Bola.com, Jakarta - Desember menjadi bulan terakhir di pengujung tahun. Tentu kita perlu mensyukuri apa pun yang telah dialami sepanjang 11 bulan lalu.
Semoga kita bisa menjalani Desember dengan baik, penuh keceriaan, dan kebahagiaan. Di bulan Desember ini akan lebih berwarna jika kamu membaca puisi.
Baca Juga
Advertisement
Membaca puisi bertema bulan Desember menjadi cara yang bisa membuat diri kita termotivasi menjalani kehidupan, khususnya menumbuhkan kembali semangat yang sempat padam atau mulai meredup.
Selain itu, kamu bisa menebar semangat dengan berbagi puisi bertema bulan Desember ke sahabat, keluarga, pacar, teman, hingga kolega.
Apakah kamu sedang mencari referensi puisi bulan Desember? Kamu bisa melihat rekomendasinya pada artikel ini.
Ada banyak puisi bulan Desember yang bisa memotivasi dan memberikan semangat kepadamu dan mereka yang kamu kasihi.
Berikut lima contoh puisi bulan Desember, dikutip dari laman Gurupenyemangat dan Berkaspuisi, Rabu (29/11/2023).
Syukur di Bulan Desember
Januari sudah lama pergi
Meninggalkan awal tahun
Advertisement
Bersama manisnya mimpi-mimpi
Aku terlalu riang
Hingga lupa bersyukur
Â
Februari sudah lama kutinggalkan
Hari yang singkat
Bahkan purnama memerah tidak sempat kulihat
Aku terlalu sibuk hingga merasa kesempatan sudah tampat
Akhirnya aku lupa bersyukur
Terlewat
Â
Maret aku sudah tidak ingat lagi
Waktu yang sibuk
Hingga aku baru bisa tidur setelah dini hari
Lagi-lagi aku lupa
Lupa aku lagi-lagi
Tidak teringat bersyukur
Â
April aku masih sibuk
Sibuk menebar impian bersama Ibunda Pertiwi
Padahal cuma kata-kata
Lagi aku melupa syukur
Â
Bulan kelima entah ada kisah apa
Mungkin tentang tidur siangku
Tidur yang dingin
Berselimut kegagalan
Sakit hati
Tangisku lupa meneteskan syukur
Â
Tengah tahun yang singkat
Tidak ada rasanya
Lewat begitu saja
Barangkali hanya ada rasa iba
Dengan sedikit syukur yang tak rela
Â
Ketika Juli menyapa
Aku sibuk berkarya
Mengorek-ngorek rencana
Meratap gagal yang lebih dari separuhnya
Sesalku lagi-lagi tidak mengajak syukur
Â
Agustus tiba
Ragaku bergelora
Teriak merdeka
Tapi hatiku sendiri terjajah
Lupa bersyukur
Hingga akhirnya sulit untuk menerima
Â
September pun masih sedih
Ragaku berlinang basah
Waktu dipenuhi rasa gelisah
Lupa syukur, lupa belajar untuk pasrah
Â
Kisah Oktober?
Sama seperti November
Rasanya waktu begitu cepat berlalu
Seakan aku belum cukup tidur
Padahal tidurku yang tak teratur
Tak lagi ingat dengan syukur
Â
Kini Desember telah menyapa
Dengan bentuk senyum yang tak selaras dengan rupa
Banyak orang ceria
Tapi sebenarnya dusta
Â
Aku sudah lelah berbelok hati
Sakit rasanya untuk gagal lagi
Â
Sudahlah;
Mimpi tinggallah mimpi
Tapi kesempatan syukurku belum tentu datang lagi
Â
Aku bahagia di bulan Desember atas sehat
Aku bahagia di bulan Desember atas selamat
Maka izinkan aku untuk menjadi orang yang hebat.
Advertisement
Selamat Datang Desember
Selamat datang Desember
Aku baru saja bangun
Advertisement
Belum rela menarik selimut
Hari ini masih dingin seperti biasanya
Masih mencium semerbak sunyi
Berteman dengan almanak kusam
Tertawa kepada cermin
Menyapu kisut dan kedut
Mengurut pundak
Menggemburkan nadi yang kemarin gersang oleh masuk angin
Â
Selamat datang Desember
Aku masih menunggu terangnya purnama terakhir di tahun masehi
Ditemani kerlap-kerlip kejora
Kembang api warna-warni
Juga asap kendaraan yang mengepul
Sungguh jalanan yang sesak
Semua orang ingin menyambut tamu agung
Tapi lupa dengan tamu lama
Â
Mereka yang sudah duduk sendiri di sebelas purnama terakhir
Menatap kalender usang
Memindahkan tanggalnya sendiri
Mencoret hari-hari berubah cuti
Belum ingin menghapus mimpi dan berhenti berjuang
Â
Selamat datang Desember
Bulan yang basah dan berangin
Bulan penuh keluh kesah dan harapan atas ingin
Ceriaku sudah bertumbuh
Malasku sudah berlabuh
Maka izinkan aku bangun lebih cepat daripada azan Subuh.
Sedih di Bulan Desember
Cinta adalah sembilu
Menikam tepat di relung kalbu
Advertisement
Kala tak temukan seutas biru
Rindu jadi batu
Pilu merayu
Lupakan bahasa ibu
Relakan terkasih; titahmu
Â
Desember kepingan luka
Mengalir bak mata air; air mata
Mengurung di labirin rasa
Hitam pudarkan semua cahaya
Pada asa tak lagi sama
Labuhkan biduk di muara sua
Berpeluk fatamorgana
Â
Desember persandingan terang pada temaram
Tarian birahi tanpa intonasi
Pada mimpi tak tergenapi
Kidung sunyi selaksa duri
Bumi pijakan diri langit naungan hati
Merepih jiwa dilarik janji
Dalam balutan tabir misteri
Â
Desember desir hari penghabisan
Mengupas pikiran serupa sayatan
Kalam-kalam hujatan
Menggiring jiwa pada renungan
Tak selalu ada pelangi seusai hujan
Semua diam tersimpan
Kidungkan lirih nada kematian.
Advertisement
Hujan Bulan Desember
Hujan terasa lebih deras, lebih lebat di bulan ini
Bulan Desember, bulan akhir semua bulan
Advertisement
Hujan bulan Desember
Membasahi semua jalan kenangan
Buliran air mengaliri lubang-lubang sepi
Melewati terowongan hati yang hitam, kelam
Bermuara pada lautan masa lalu
Hujan bulan Desember
Lebih deras lebih lebat dari hujan bulan Juni
Membanjiri pelosok hati yang kering
Karna terbakar api amarah dan nafsu
Airnya meluap-luap, menghancurkan sekat ikhlas dan sabar
Desember bermula banjir
Diakhir banjir
Menyisakan serpihan rindu
Ranting-ranting duka
Sampah-sampah mimpi
Yang kini berserakan
Dan terbuang di jalanan yang bernama cinta.
Desember Kelabu
Irama langkahku terhenti di pengujung tahun
Napas ini mulai terengah
Advertisement
Banyak impian
Sayang dia pergi dengan jengah
Â
Aku tersadar
Hati ini semakin kosong
Tak ada warna
Tak ada teman
Tak ada sahabat
Sibukku fana
Senyumku gelap
Sedikit pun tak terlirik oleh gemerlap
Â
Ternyata Desember ini kelabu
Harap hampanya menyayat kalbu
Mengurung senyumku dalam belenggu
Serasa ada bangku kosong yang menyuruhku duduk berselimut debu
Â
Desember kelabu
Aku terharu dengan sedihku
Sedih karena tak tampak lagi langit biru
Â
Hingga kini
Aku masih terengah
Aku masih ingin menghabiskan sisa napas untuk menggeru.
Â
Sumber: Gurupenyemangat, Berkaspuisi
Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement