Sukses


Contoh-Contoh Puisi Berantai, Menarik Dikulik dan Menghibur

Bola.com, Jakarta - Puisi berantai adalah satu di antara bentuk puisi yang menarik, di mana setiap baris harus berpengaruh dan memiliki keterkaitan yang kuat dengan baris sebelumnya dan baris setelahnya.

Puisi berantai terdiri dari tiga atau lebih baris, tetapi bisa juga lebih dari itu. Puisi berantai tidak hanya tentang hubungan baris secara literal, tetapi juga bermaksud membangun satu cerita atau tema yang utuh.

Membuat puisi berantai membutuhkan keterampilan imajinasi dan kreativitas yang tinggi dari penyair.

Puisi berantai paling sedikit dibawakan oleh dua orang. Mekanisme puisi berantai hampir mirip dengan drama karena sama-sama memerankan suatu peran, tetapi bedanya terletak pada dialog yang disampaikan.

Selain itu, puisi berantai hanya membacakan sesuai peran, tanpa benar-benar melakukan peran.

Berikut contoh-contoh puisi berantai, menarik dikulik dan menghibur, Rabu (22/5/2024).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Pejuang, Mbok Jamu, Dokter Gigi, Pemudi Bucin, dan Peternak Ayam

Pejuang: Aku adalah seorang pejuang, setiap perjuanganku akan aku korbankan untuk....

Mbok Jamu: Mbok jamu. Itu adalah panggilanku, karena aku adalah penjual jamu keliling. Setiap pagi aku berkeliling menjajakan...

Dokter Gigi: Kuman-kuman dan bakteri dapat merusak gigi dan gusi. Gigi berlubang dapat aku obati dengan...

Pemudi Bucin: Cinta, suatu anugerah bagiku, tidak ada makna hidup tanpa ada cinta, karena cinta itu bisa membuat...

Peternak Ayam: Anak-anak ayam, yang kupelihara selalu kurawat, dan aku beri makan, sehingga membuat anak-anak ayamku...

Pejuang: Berkhianat. Oleh karena itu, kita berjuanglah untuk...

Mbok Jamu: Menjual jamu. Dengan harapan, agar kamu bisa...

Dokter Gigi: Mengunyah. Makanan yang kamu makan bisa menyebabkan gigi rapuh. Selain itu, flek-flek yang menumpuk akan merapuhkan...

Pemudi Bucin: Kekasihku. Kamu lah sumber kehidupanku, tidak ada kamu tidak terasa indah. Karena dengan adanya dirimu, senyumanku..

Peternak Ayam: Berbau busuk. Dan tidak nyaman untuk ayam-ayamku jika kandang ayam tidak dibersihkan dari...

Pejuang: Granat dan juga ranjau yang berserakan. Kekacauan tak terlekan. Bergelimang mayat-mayat yang..

Mbok Jamu: Menggendong jamu, seharian tidak menyurutkan niatku untuk terus berkeliling dari satu gang ke gang lainnya meski keringat membasahi...

Dokter Gigi: Lubang pada gigi, dan gusi berdarah, kamu bisa datang ke klinik ku. Aku akan mengobati gigi kamu dengan alat canggih, agar...

Pemudi Bucin: Terlihat romantis, adalah tindakan yang aku lakukan agar terlihat saling mencintai dan dicintai. Saling memahami adalah kunci cinta antara aku dengan...

Peternak Ayam: Flu burung yang mewabah. Sangat kusesali ayam-ayamku yang terserang flu burung, hingga aku terpaksa untuk memotong...

Pejuang: Kepala dari komandanku, jika ia memerintahkan aku untuk menyerang, maka akan aku lakukan, jika kepala komandanku...

Mbok Jamu: Minum jamu, yang bisa diminum sebelum...

Dokter Gigi: Gigi kamu dicabut, tambal gigi yang berlubang tidak terasa sakit. Semua itu membahayakan...

Pemudi Bucin: Hatiku dan hatimu, sudah menyatu dan tidak bisa terpisahkan. Hati-hari yang kita lalui bersama sampai kita...

Peternak Ayam: Disembelih secara massal, akibat dari flu burung yang menyerang. Kerugian pun tak bisa aku elak, entah kapan flu burung itu akan menghilang. Tahi ayam

yang kotor akan aku bersihkan hingga...

Pejuang: Perjuanganku...

Mbok Jamu: Hasil jamuku...

Dokter Gigi: Operasi gigi pasienku...

Pemudi Bucin: Kisah cintaku...

Peternak Ayam: Hasil telur-telur ayamku..

Seluruhnya: Berhasil...

3 dari 4 halaman

Caleg, Petani, dan Maling

Caleg: Akan aku cerdaskan bangsa, untuk Indonesia tercinta. Namun, semuanya bisa kita lakukan jika bersama-sama. Karena…

Petani: Uang sudah dilipat di bawah meja, hingga meja pun tak bisa melihatnya. Sudah letih menggarap sawah, hasil tak ada, pajak pun hanya mengenyangkan perut pejabat yang seperti…

Maling: Monyet, aku terbiasa disebut monyet, panjang tangan dan sebutan indah lainnya. Nyawa menjadi pertaruhan, demi sesuap nasi untuk mengenyangkan.

Petani: Perut pejabat gendut-gendut, dalam perutnya ada emas rakyat, ada beras petani, ada pajak para pedagang kecil. Lihatlah kami, sengsara merasakan…

Caleg: Kebahagiaan besar untuk kami, mampu memperjuangkan hak para petani, hak kaum buruh yang terinjak-injak, hak para anak generasi bangsa. Untuk para koruptor, akan ku…

Maling: Biarkan. Walau aku disebut monyet, maling atau apalah. Anak-anakku butuh sesuap nasi, butuh lembaran bergambar presiden Soekarno untuk pendidikannya, hanya sebatas ayam tetangga, aku bisa di…

Caleg: Hukum mati. Untuk mereka yang sudah menggelapkan uang rakyat, mari kita…

Petani: Potong. Lalu tinggal dicangkul dan terus seperti itu. Namun, pupuk kain naik harganya, adakah pejabat memikirkan nasib kami para petani? Di sini kami terseok-seok di antara tanaman padi, sementara di sana mereka…

Maling: Mencuri dengan terpaksa, maafkan aku anak-anakku, sebenarnya tak ingin kucukupkan perutmu dengan uang haram. Apa daya, pekerjaan susah diperoleh, harga kebutuhan pokok semakin naik. Walaupun nanti aku ketahuan dan dibunuh oleh mereka yang…

Caleg: Mencuri uang rakyat.

4 dari 4 halaman

Pengemis dan Pejuang

Pengemis: Terik mentari tak mampu berkompromi.

Hanya demi sesuap nasi aku harus terus …

Pejuang: Bangkit pemuda-pemudi, bangkitlah untuk kejayaan negeri.

Biar kata hukum tumpul ke atas dan tajam …

Pengemis: Ke bawah ngarai aku berteduh.

Memegang perutku yang terus berdendang …

Pejuang: Lirih ku rapalkan doa agar tekad selalu membaja.

Biar jatuh tetap teguh untuk membangun …

Pengemis: Negeri asing kini memanggil.

Seiring badanku yang menggigil, mungkinkah aku akan …

Pejuang: Berakhir di sini, tekadku memang berakhir di sini.

Untuk kemajuan negeri dan kejayaan tumpah …

Pengemis: Darahku terasa membeku dan aku seolah tak lagi bernyawa.

Mungkin ini akhir tekadku yang gagu, mati di ngarai seorang diri.

 

Dapatkan artikel contoh puisi berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer