5 Petenis Pria Terkaya di Dunia Saat Ini: Penghasilan Novak Djokovic Paling Menggiurkan

Medvedev telah mengukir prestasi Grand Slam yang gemilang dalam waktu yang relatif singkat.

Petenis Rusia itu memenangkan Grand Slam pertamanya di AS Terbuka 2021, sekaligus mengakhiri upaya Novak Djokovic untuk meraih Grand Slam dalam satu tahun kalender.

Ia juga telah mencapai final Australia Terbuka sebanyak tiga kali, meski selalu kalah. Petenis berusia 29 tahun ini, yang sangat piawai di lapangan keras, sering mencapai babak akhir Grand Slam – sesuatu yang telah meningkatkan saldo rekening banknya secara signifikan.

Di usianya yang baru 24 tahun, Jannik Sinner telah melampaui ambang batas £30 juta berkat peningkatan pesat dan mentalitas kompetitif yang dingin.

Petenis Italia ini dengan cepat menjadi salah satu pemain yang menentukan di generasinya, memenangkan gelar Australia Terbuka dua kali berturut-turut pada tahun 2024 dan 2025, serta AS Terbuka 2024 dan Final ATP yang bergengsi.

Permainannya memadukan presisi klinis dengan kekuatan baseline yang tak kenal lelah, sementara pergerakan, permainan pengembalian, dan toleransi pukulannya terus berkembang setiap musim.

Dibimbing oleh duo pelatih Darren Cahill dan Simone Vagnozzi, sikap tenang dan kematangan taktis Sinner telah menjadikannya model konsistensi modern.

Ia memasuki Wimbledon bukan hanya sebagai favorit bersama Carlos Alcaraz, tetapi juga sebagai pemain dengan performa terbaik di dunia.

Digadang-gadang akan memimpin era pasca-Tiga Besar, Carlos Alcaraz sudah enam kali menjadi juara Grand Slam.

Ia menjadi petenis putra nomor satu dunia termuda dalam sejarah pada tahun 2022 dan telah mendefinisikan ulang atletisme modern dengan kecepatan, variasi, dan jangkauan lapangannya yang eksplosif.

Alcaraz menjuarai AS Terbuka pada tahun 2022 dan mengejutkan Djokovic di final Wimbledon 2023, menjadikannya superstar dunia di usianya yang baru 20 tahun.

Permainannya memadukan pukulan brutal dengan sentuhan halus, sementara kegembiraan, ketahanan, dan karismanya di lapangan telah menjadikannya salah satu tokoh paling dicintai dalam olahraga ini.

Banyaknya gelar Grand Slam, kemenangan tur, dan hadiah uang yang telah ia kumpulkan di usia 22 tahun adalah sesuatu yang tidak diraih kebanyakan pemain dalam seluruh kariernya, dan dengan tahun-tahun terbaiknya yang masih menanti, semuanya baru saja dimulai.

Alexander Zverev telah menjadi pesaing abadi selama hampir satu dekade, menggabungkan postur tubuh, kelincahan, dan permainan dasar yang kuat untuk menapaki peringkat lebih awal dan mempertahankannya.

Ia meraih medali emas Olimpiade pada tahun 2021, memenangkan ATP Finals dua kali, dan mencapai final Grand Slam pertamanya dari tiga final di AS Terbuka 2020.

Meskipun mengalami cedera dan sorotan di luar lapangan, Zverev secara konsisten mencapai babak akhir Grand Slam dan Masters, mengoleksi 24 gelar ATP dan mengukuhkan dirinya sebagai salah satu pemain paling tangguh di turnamen.

Ia tiba di Wimbledon tahun ini dalam performa yang kuat, setelah mencapai final Australia Terbuka dan perempat final di Roland Garros, tetapi lapangan rumput SW19 masih menjadi permukaan yang paling tidak menguntungkannya.

Dalam upaya kesembilannya, ia masih berharap dapat melewati babak keempat. Meskipun Zverev masih mengejar gelar Grand Slam yang sulit diraihnya, kesuksesan finansialnya tidak perlu diragukan lagi, dengan hadiah uang sebesar hampir £40 juta dalam kariernya yang menempatkannya dengan kokoh di antara para atlet elit olahraga ini.

Novak Djokovic, legenda Serbia ini telah menorehkan rekor, memegang rekor 24 gelar Grand Slam putra dan menghabiskan lebih dari 400 minggu kumulatif sebagai petenis nomor 1 dunia, terbanyak dalam sejarah tenis.

Meskipun rekor 237 minggu Roger Federer masih tak tertandingi, umur panjang dan konsistensi Djokovic telah menjadikannya pemain tertua yang pernah menduduki posisi teratas dalam peringkat ATP.

Ia adalah satu-satunya petenis yang memenangkan keempat Grand Slam, setiap turnamen Masters 1000, dan ATP Finals setidaknya dua kali.

Total hadiah uangnya hampir £100 juta lebih banyak daripada petenis lainnya dan akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengejarnya. Namun, yang benar-benar membedakan Djokovic adalah daya tahannya yang luar biasa.

Selama lebih dari dua dekade, ia telah mendominasi berbagai era, pertama melawan Federer dan Nadal sebagai bagian dari Tiga Besar olahraga ini dan kini berhadapan langsung dengan generasi baru yang dipimpin oleh Carlos Alcaraz dan Jannik Sinner.

Bahkan di usia 38 tahun, Djokovic terus berkembang dan telah meyakinkan para penggemar bahwa ia akan tetap berjaya setidaknya hingga tahun 2028 untuk mempertahankan medali emas Olimpiade-nya.

Sebagai seorang pemenang sejati, ia tetap bersemangat dan fokus, mengukuhkan posisinya di antara para petenis terhebat sepanjang masa.

Sumber: Givemesport