Aturan Bosman, Awal Mula Transfer Pemain Gratis

oleh Okky Herman Dilaga diperbarui 28 Des 2015, 06:00 WIB
Jean-Marc Bosman (tengah) pelopor diberlakukannya aturan Bosman. (AFP)

Bola.com - Pada 3 Januari 2014, striker Borussia Dortmund, Robert Lewandowski, menandatangani kontrak berdurasi lima tahun di Bayern Munchen. Dortmund harus merelakan kepergian Lewandowski ke klub rival pada musim 2014-2015.

Padahal, penampilan Lewandowski bersama Dortmund begitu gemilang. Pemain Polandia itu tercatat menghasilkan 103 gol dalam 187 pertandingan Dortmund di berbagai ajang. Menurut Transfermarkt, nilai pasar Lewandowski saat itu berkisar 35 juta poundsterling.

Advertisement

Alih-alih mendapatkan biaya 35 juta poundsterling dari hasil menjual Lewandowski, Dortmund harus gigit jari karena kepindahan sang pemain ke Bayern tidak menghasilkan sepeserpun uang alias gratis. Kontrak Lewandowski bersama Dortmund memang berakhir pada 30 Juni 2014.

Pihak Dortmund sudah menyodorkan kontrak baru yang ternyata terus ditolak Lewandowski. Alhasil, pemain didikan akademi Lech Poznan itu bebas bernegosiasi dengan Bayern mulai 30 Desember 2014, tanpa harus meminta persetujuan kubu Dortmund.

Dortmund bukan satu-satunya klub yang terpaksa melepas pemain andalan ke klub lain tanpa biaya sepeserpun. Banyak pemain yang pindah secara gratis semenjak aturan Bosman diberlakukan pada 15 Desember 1995.

Lantas, apa hubungan antara kepindahan pemain secara gratis dengan aturan Bosman?

Robert Lewandowski saat perkenalan sebagai pemain Bayern Munchen pada awal musim 2014-2015. (AFP/Christof Stache)

Sejarah aturan Bosman

Cerita ini bermula ketika pesepak bola asal Belgia, Jean-Marc Bosman, dilarang pindah oleh klubnya, RFC de Liege, ke klub asal Prancis, Dunkerque, pada 1990. Padahal, kontrak Bosman bersama RFC de Liege sudah kadaluarsa.

Kegagalan transfer itu akibat pihak RFC de Liege menginginkan Dunkerque membayar biaya transfer untuk mendapatkan Bosman. Namun, Dunkerque keberatan dengan nilai transfer yang ditawarkan RFC de Liege.

Hal tersebut membuat Bosman bingung lantaran kontraknya telah habis, namun tidak diperbolehkan pindah ke klub lain. Kubu RFC de Liege kemudian hanya memberikan gaji sebesar 25 persen kepada Bosman selama kontraknya berakhir sampai ada klub baru yang menyanggupi nilai transfer untuk meminang Bosman.

Merasa diperlakukan tidak adil, Bosman lantas mengadukan hal ini kepada Pengadilan Eropa di Luksemburg, berdasarkan regulasi transfer dan status pemain FIFA pada Pasal 17. Bosman harus berhadapan dengan RFC de Liege, Federasi Sepak Bola Belgia, dan UEFA dalam kasus tersebut.

Butuh sekitar lima tahun bagi Bosman untuk mendapat keadilan yang dicari. Pada 15 Desember 1995, Pengadilan Eropa memenangkan gugatan Bosman. Namun, Bosman saat itu sudah pensiun sebagai pemain. Dia hanya mendapatkan ganti rugi yang ditengarai nilainya tidak begitu besar.

Akan tetapi, keberhasilan Bosman memenangkan gugatan tersebut memunculkan tiga aturan baru yang dikenal sebagai aturan Bosman. Ketiga aturan itu adalah:

  1. Melarang adanya nilai transfer untuk pemain yang kontraknya sudah berakhir. Sebelum itu, klub bisa mendapatkan kompensasi dari transfer pemain, meskipun pemain tersebut telah habis kontraknya. Selain itu, klub juga bisa mengganjal kepindahan pemain yang habis masa kontraknya ke klub lain.
  2. Klub tidak berhak menahan pemain yang masa kontraknya selesai untuk mendapatkan kompensasi. Pemain tersebut masuk kategori bebas transfer dan bisa bernegosiasi dengan calon klub baru saat kontrak bersama klub sebelumnya tersisa enam bulan. Jika pemain tersebut menandatangani kontrak dengan klub lain, klub sebelumnya tidak mendapatkan uang sepeserpun. Klub pembelinya bisa menjadikan nilai transaksi tersebut sebagai gaji bagi pemain itu dalam masa kontrak.
  3. Menolak batasan pemain asing yang boleh bermain dalam satu pertandingan di liga dalam negara-negara Eropa, seperti yang diberlakukan UEFA. Sebelumnya, UEFA menetapkan peraturan "3+2" untuk pemain asing yang turun dalam kompetisi Eropa, yakni hanya tiga pemain luar Uni-Eropa dan dua pemain asimilasi, yaitu pemain asing yang sudah bermain di liga bersangkutan melalui jalur pemain muda.

Menguntungkan klub atau pemain?

Keputusan tersebut berimbas besar bagi pesepak bola dunia. Pada 1996, Ajax Amsterdam tidak bisa menahan Edgar Davids yang lebih memilih gabung ke AC Milan ketimbang memperpanjang durasi kontrak di Amsterdam ArenA.

David Beckham juga pernah merasakan berada dalam posisi Bosman, namun lebih manusiawi. Saat kontraknya bersama Real Madrid tersisa enam bulan, Beckham memutuskan menandatangani kontrak bersama Los Angeles Galaxy dan akan pindah pada awal Juli 2007.

Pihak Real Madrid, terutama pelatih Fabio Capello, kesal karena takut Beckham tidak fokus membela tim selama periode Januari-Juni 2007. Capello lantas tidak memainkan Beckham dalam beberapa laga setelah sang pemain meneken kontrak bersama LA Galaxy.

David Beckham (kanan) pernah disingkirkan pelatih Real Madrid saat itu, Fabio Capello, pada musim 2006-2007. (AFP/Pierre-Philippe Marcou)

Akan tetapi, Beckham menunjukkan sikap profesional dengan terus berlatih bersama skuat Los Blancos. Ketakutan Capello akhirnya memudar. Pelatih asal Italia itu kemudian kembali memercayai Beckham dan terbukti menjadi salah satu pemain yang memiliki peran penting membawa Real Madrid menjuarai La Liga Spanyol pada musim 2006-2007.

Kini, 20 tahun telah berlalu sejak aturan Bosman diberlakukan untuk sepak bola dunia. Namun, aturan itu juga menimbulkan pro-kontra. Beberapa pihak menyebut, para pemain andalan yang kontraknya bakal berakhir, bisa "memeras" klub untuk memberikan tawaran gaji jauh lebih tinggi. Jika hal itu tidak dipenuhi, pemain bisa pergi ke klub lain yang mau menampungnya dan memberikan pendapatan besar.

Pada 2005, UEFA mempelajari ulang aturan Bosman. Pasalnya, UEFA takut peraturan tersebut pada akhirnya bisa memperlebar jurang antara klub mapan dengan klub semenjana. "UEFA akan melawan segala efek negatif dalam aturan Bosman," kata Sekretaris Jenderal UEFA saat itu, Lars-Christer Olsson.

Namun, hingga kini aturan Bosman tetap berlaku tanpa adanya perubahan sejak 1995.

"Dalam sepak bola, hal baik adalah sesuatu yang dapat berubah dalam hitungan detik," Didier Drogba

Sumber: Berbagai sumber