Flashback: Musim 2016, Tahun Kebangkitan Andrea Dovizioso di MotoGP

oleh Hendry Wibowo diperbarui 08 Apr 2020, 19:00 WIB
Valentino Rossi (kiri) bersama juara MotoGP Malaysia 2016 Andrea Dovizioso (kanan). (MANAN VATSYAYANA / AFP)

Bola.com, Jakarta - MotoGP 2016 adalah musim di mana nama Andrea Dovizioso mulai mencuat sebagai kandidat juara dunia. Pada musim ini, pembalap Ducati itu berhasil keluar sebagai yang tercepat pada MotoGP Malaysia 30 Oktober 2016.

Podium pertama di MotoGP Malaysia merupakan kemenangan kedua Dovizioso setelah menunggu selama tujuh tahun. Kali terakhir dia naik podium sebagai juara terjadi pada 2009 di Donington Park, Inggris.

Advertisement

Pada akhir musim, Dovi-sapaan akrabnya mengakhiri kompetisi di urutan lima klasemen dengan torehan 171 poin. Tidak berlebihan rasanya menyebut musim 2016 merupakan tahun kebangkitan seorang Dovizioso.

Karena setelah ini, pembalap asal Italia itu selalu menantang Marc Marquez dalam persaingan jadi juara dunia. Lihat saja torehan runner-up pada musim 2017, 2018, dan 2019.

Dalam kurun waktu tiga musim terakhir itu, Dovizioso berhasil merasakan 12 kemenangan. Dalam jumlah musim yang sama, hanya Marquez yang punya jumlah kemenangan lebih banyak.

Kini Bola.com pun mengajak pembaca melihat lagi apa yang dirasakan Dovizioso pada MotoGP 2016.

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 3 halaman

Momen Terburuk di MotoGP 2016

Pebalap Ducati, Andrea Dovizioso, akan start dari pole position pada balapan MotoGP Malaysia 2016 di Sirkuit Internasional Sepang, Minggu (30/10/2016). (Bola.com/Twitter/DucatiMotor)

Dovizioso pun menyebut balapan MotoGP Katalunya sebagai momen terburuknya sepanjang musim 2016. Pada balapan tersebut, dia hanya mampu finis di posisi ketujuh dan tak mampu menggeber motornya dengan maksimal.

"Momen tersulit saya musim 2016 adalah di Katalunya. Sejak awal balapan saya salah memakai ban dan tidak mendapat kecepatan yang diinginkan. Rasanya sungguh buruk," kata Dovizioso dikutip dari Speedweek.

Gara-gara finis di posisi ketujuh, Dovizioso hanya mendulang sembilan poin. Hasil tersebut sebenarnya lebih baik dibanding balapan MotoGP Spanyol, Prancis, Amerika Serikat dan Republik Ceko, saat pria Italia tersebut gagal merampungkan race.

Namun, Dovizioso merasa performanya saat itu sangat mengecewakan, di bawah standarnya. Salah satu indikasi buruknya penampilan Dovizioso adalah harus start dari posisi ke-10.

Itu merupakan start terburuk sang pembalap pada musim 2016. Dia juga sulit merangsek ke depan karena motor Ducati Desmosedici tak melaju cepat seperti harapan.

3 dari 3 halaman

Ditabrak Andrea Iannone

Insiden kecelakaan yang melibatkan dua pebalap Ducati, Andrea Iannone (29) dan Andrea Dovizioso (04), pada balapan MotoGP Argentina, Senin (4/4/ 2016). (Twitter)

Selain di MotoGP Katalunya, Andrea Dovizioso juga memiliki momen pahit saat MotoGP Argentina dan Austin. Pada kedua seri itu, Dovizioso terjatuh karena ditabrak oleh rekan setimnya sendiri, Andrea Iannone dan Dani Pedrosa.

Kesialan Dovizioso berlanjut ke MotoGP Jerez dan Le Mans. Rider berusia 34 tahun itu juga gagal finis pada kedua seri tersebut karena mengalami kegagalan mesin dan kecelakaan.

"Dalam seri kedua hingga keempat saya sangat tidak beruntung karena tidak meraih poin sama sekali. Terlalu banyak poin yang hilang meski saya punya peluang meraih podium pada tiga seri itu," sambungnya.

"Tentu saja kejadian itu mengubah segalanya. Seharusnya pada awal musim kami bisa meraih banyak poin," lanjutnya.

Namun tidak bisa dimungkiri, MotoGP 2016 adalah sebuah sinyal bahwa Dovizioso bakal menakutkan di musim-musim berikutnya dan pada akhirnya memang terbukti.