Bola.com, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Barat (Jabar), mengungkapkan sejumlah daerah telah terdampak bencana pada akhir 2025. Ia juga mengatakan 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat berpotensi mengalami fenomena pergerakan tanah dalam skala menengah hingga tinggi. .
Kepala Pelaksana BPBD Jabar, Teten Mulku Engkun mengatakan, potensi tersebut didasarkan data Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang telah menganalisis kondisi hujan, curah hujan, jenis tanah, dan lainnya, di daerah-daerah Jabar.
"Hampir di seluruh kabupaten kota di Jawa Barat potensi gerakan tanah menengah sampai dengan tinggi,” ujar Teten dihubungi wartawan, Senin (8/12/2025).
Teten menyebut sejumlah daerah mengalami potensi bencana tersebut. Di Kabupaten Bandung, ada kecamatan Arjasari, Baleendah, Banjaran, Cisarua, Cimenyan, Ciparay, Ciwidey, Ibun, hingga Kertasari.
Kemudian di Kabupaten Bandung Barat, daerah seperti Lembang, Parongpong, Cisarua, Gunung Halu, Rongga, turut berpotensi mengalami bencana pergerakan tanah berdasarkan hasil kajian yang disebut di atas.
"Kemudian di Kabupaten Bogor ada Ciawi, Caringin, Cibungbulang, Cigombong, Cijeruk gitu ya, Pamijahan, kemudian di Garut, Tasikmalaya, hampir seluruh kabupaten kota lainnya punya potensi tersebut," ujar Teten.
Daerah Terancam Banjir
Di sisi lain, Teten juga menyebutkan beberapa daerah berpotensi di Jawa Barat terancam diterjang banjir. Daerah itu antara lain meliputi daerah Sukabumi tepatnya di Cikidang, Cibadak, Cicurug, Parungpura. Kemudian di wilayah Garut seperti di Tarogong, Cilawu, Bayongbong, Cisurupan, Cikelet.
"Kemudian di Bandung dan Bandung Barat ada Cimenyan, Cisarua, Lembang, Pangalengan, Pasir Jambu ada banyak lagi,” kata dia.
Lebih jauh, Teten menambahkan adanya kemiripan kondisi morfologi tanah di wilayah Jawa Barat dan wilayah terdampak bencana di Sumatra seperti provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
"Morfologi perbukitan yang curam gitu ya. Ritologi vulkanik quarter-nya yang mudah mengalami pelapukan, kemudian jaringan sungai di lembahnya sempit untuk potensi banjir banjir bandang tinggi," kata Teten.
Pentingnya Mitigasi Bencana
Kemudian banyak pemukiman-pemukiman pada kaki lereng tebing sungai. "Jadi salah satu resiko-resiko tersebut gitu. Nah, itu yang perlu dikhawatirkan," imbuh dia.
Dengan kondisi demikian, dia kembali menekankan pentingnya mitigasi dan kewaspadaan baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Sehingga tidak ada dampak lebih parah yang terjadi di masa mendatang.
"Jadi saran kami itu tuh bukan nakut-nakutin ya, sekali lagi bukan nakut-nakutin tapi harus waspada dan yang terpenting mah kembalikan alam kepada habitatnya," kata Teten.