Sukses


Kekecewaan APPI terhadap Penyelenggaraan Turnamen di Indonesia

Bola.com, Jakarta - Presiden Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional Indonesia (APPI), Ponaryo Astaman, mengatakan turnamen-turnamen yang telah digelar untuk mengisi kekosongan kompetisi tidak berdampak besar bagi semua pemain sepak bola Tanah Air. Ia menilai, terbatasnya waktu penyelenggaraan turnamen membuat pemain tak bisa menampilkan performa terbaik. 

Semenjak kompetisi ISL berhenti pada pertengahan April 2015, sudah ada tiga tiga turnamen bertaraf nasional. Ketiga turnamen tersebut adalah Piala Kemerdekaan, Piala Presiden 2015, dan Piala Jenderal Sudirman.

Namun, menurut pemain Ponaryo, serangkaian turnamen yang telah dilaksanakan tak bisa memperbaiki sepak bola Indonesia. Sebab, tidak semua pemain bisa tampil di turnamen, karena klubnya tidak bermain di ISL dan Divisi Utama.

"Banyak kelemahan yang kami lihat di turnamen-turnamen yang telah digelar sejak kompetisi berhenti. Contohnya, dari segi waktu dari turnamen itu tidak ideal untuk pesepak bola dan pelatih," kata Ponaryo saat diskusi APPI di Hotel Century Park, Jakarta, Kamis (14/1/2016).

"Turnamen-turnamen itu bergulir maksimal selama tiga bulan. Ini membuat persiapan tim tidak berjalan ideal. Jika fase ini tidak dilakukan secara sempurna pemain tampil kurang maksimal, bahkan bisa sampai cedera," ia menambahkan.

Lebih lanjut, mantan pemain PSM Makassar tersebut menyatakan turnamen juga membuat para pelatih jadi kesulitan dalam meramu strategi. Sebab, para pemain belum kembali ke performa terbaiknya, tapi dituntut untuk bermain bagus.

"Turnamen-turnamen membuat pelatih kesulitan untuk membuat jadwal yang ideal sehingga mereka tak bisa meracik strategi dengan baik untuk tim," ujarnya.

Selain Ponaryo, dalam acara diskusi juga hadir beberapa anggota APPI lainnya, seperti Bambang Pamungkas, Valentino Simanjuntak, dan Bima Sakti. Selain itu ada Leonard Tupamahu dan Ramdani Lestaluhu.

Sebelumnya, Ponaryo Astaman melontarkan pernyataan kontroversial, yakni akan memboikot turnamen yang digelar, sebagai protes karena tidak semua pesepak bola merasakan manfaat turnamen.

Video Populer

Foto Populer