Sukses


11 Fakta Unik Mengiringi Duel Panas Timnas Indonesia Vs Thailand

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia bakal menjajal kekuatan Thailand pada laga puncak Piala AFF 2016. Pertandingan ini merupakan final ke-11 turnamen yang mempertemukan negara-negara kawasan Asia Tenggara. Kedua tim bakal bersua pada 14 dan 17 Desember 2016.

Perjalanan Timnas Indonesia lolos ke partai puncak amat dramatis. Tim asuhan Alfred Riedl, hanya menggelar persiapan selama dua bulan, setelah FIFA secara resmi mencabut sanksi kepada PSSI pada bulan Mei 2016 lalu.

Sudah setahun lebih Tim Merah-Putih tidak berlaga di persaingan internasional. Jelang Piala AFF 2016, Boaz Solossa dkk. hanya sempat empat kali menjalani uji coba. Itupun melawan negara-negara sesama Asia Tenggara macam Vietnam (2 kali), Malaysia, dan Myanmar.

Dan benar saja datang ke Filipina dengan kondisi serbaminimalis Timnas Indonesia terseok-seok menjalani penyisihan Grup A. Pada pertandingan perdana Tim Garuda kalah telak 2-4. Selanjutnya hanya bisa bermain imbang melawan tuan rumah Filipina 2-2.

Indonesia akhirnya lolos dari kepungan penyisihan setelah menang 2-1 kontra Singapura. Begitu memasuki babak semifinal, perlawanan keras didapat Timnas Indonesia dari Vietnam.

Menang pada duel leg pertama dengan 2-1 di Stadion Pakansari, Bogor, Andik Vermansah dkk. juga kalah dengan skor serupa di markas lawan Stadion My Dinh, Hanoi. Pertandingan harus dilanjutkan perpanjangan waktu.

Manahati Lestusen jadi pahlawan setelah sukses menjebol gawang Tim Negeri Paman Ho lewat tendangan penalti. Timnas Indonesia menikmati keuntungan tendangan 12 pas setelah striker, Ferdinand Sinaga, ditekel keras oleh kiper Vietnam di area kotak penalti. Skor 2-2 menutup pertandingan.

Di sisi lain, Thailand yang berstatus sebagai juara bertahan langkahnya terhitung mulus. Setelah menggasak Timnas Indonesia, tim asuhan Kiatisuk Senamuang secara beruntun mengalahkan Singapura 1-0 dan Filipina 1-0.

Memasuki fase semifinal Thailand makin tidak terbendung. Tim Gajah Putih menang telak 2-0 di kandang Myanmar. Berikutnya saat menjamu kubu lawan di Bangkok, Thailand menang 4-0.

Duel Timnas Indonesia kontra Thailand terhitung klasik di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara selama ini dianggap mewakili dua kutup kekuatan sepak bola kawasan ini. Bola.com merangkum fakta-fakta unik menyangkut kedua tim. Ada baiknya Anda perlu tahu, agar bisa meresapi rivalitas panas antara Tim Merah-Putih dengan Tim Gajah Putih.

 

 

 

2 dari 12 halaman

Pertemuan Ketiga di Final AFF

Pertemuan Ketiga di Final Piala AFF

Duel final antara Timnas Indonesia kontra Thailand di Piala AFF 2016 merupakan ulangan kali ketiga. Sebelumnya kedua tim juga berjumpa di partai puncak turnamen elite antarnegara Asia Tenggara tersebut pada edisi 2000 dan 2002.

Tim Negeri Gajah Putih sukses menekuk Tim Merah-Putih di dua pertemuan tersebut. Pada Piala Tiger (nama lama Piala AFF) 2000 Timnas Indonesia kalah telak 1-4 melawan Thailand.

Timnas Indonesia saat berjumpa Thailand di Piala AFF 2000. (Bola.com/Kientcut.net.vn)

Gol semata wayang Indonesia dicetak Uston Nawawi. Di sisi lain bomber Thailand Worrawot Srimaka mengamuk mencetak hattrick plus ditambah satu gol Tanongsak Prajakkata.

Sebelumnya di babak penyisihan Timnas Thailand yang diasuh oleh pelatih asal Inggris, Peter Withe juga menang telak 4-1 atas Tim Garuda. Gara-gara hasil negatif di penyisihan, pelatih kepala Nandar Iskandar dicopot dari jabatannya.

Bertindak sebagai tuan rumah pada Piala Tiger 2002, Tim Merah-Putih juga dibuat tak berdaya oleh Thailand pada partai final turnamen dengan skor 4-2.Pertandingan harus diakhiri lewat drama adu penalti setelah kedua tim bermain imbang 2-2 di waktu normal.

Walau bentrok digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Timnas Indonesia tertinggal 0-2 lebih dahulu. Yaris Riyadi dan Gendut Dony jadi penyelamat untuk memaksakan terjadinya perpanjangan waktu berujung adu tos-tosan.

3 dari 12 halaman

Thailand Juara Terbanyak

 Thailand Juara Terbanyak

Bersama Singapura, Thailand jadi negara terbanyak mengoleksi gelar Piala AFF.

Tim Negeri Gajah Putih jadi yang terbaik pada edisi 1996 (mengalahkan Malaysia 1-0), 2000 ( 4-1 kontra Indonesia), 2000 ( 4-2 kontra Indonesia), serta 2014 (agregat 4-3 kontra Malaysia).

Thailand juga mencatatkan diri sebagai negara yang paling sering jadi finalis, mereka total enam kali menembus pertandingan puncak Piala AFF. Selain tahun saat menjadi juara, Thailand juga pada melaju ke final pada edisi 2007.

Thailand saat berjumpa Malaysia di final Piala AFF 2014. (Liputan6.com)

Saat itu mereka kalah agregat 3-2 saat menjajal Singapura. Pada pertemuan pertama di Tim Negeri Singa, Thailand kalah 1-2. Selanjutnya pada duel leg kedua di Bangkok kedua tim berbagi skor imbang 1-1.

Kegagalan menjadi kampiun juga terjadi di Piala AFF 2008. Saat berjumpa Vietnam Thailand juga kalah agregat 3-2. Pada leg pertama mereka kalah 1-2 di Hanoi, berikutnya hanya meraih hasil imbang 1-1 di Bangkok.

4 dari 12 halaman

Indonesia Langganan Gagal di Final

Indonesia Langganan Gagal di Final

Sejak Piala AFF bergulir pada tahun 1998 (dengan nama Piala Tiger), Timnas Indonesia belum pernah sekalipun jadi juara. Pencapaian maksimal Tim Merah-Putih hanya lima kali jadi runner-up.

Timnas Indonesia kalah difinal pada edisi 2000 serta 2002 melawan Thailand (4-1 dan 4-2), kontra Singapura 2004 (agregat 2-5), kontra Malaysia (agregat 4-2).

Kegagalan jadi yang terbaik di Piala AFF 2010 menyisakan luka. Mengingat Malaysia yang menjadi lawan sempat dikalahkan oleh Tim Merah-Putih dengan skor telak 5-1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan.

Striker Malaysia Mohd Safee Sali (kanan) dibayangi bek Indonesia Zulkifli Syukur pada leg pertama final Piala AFF di Stadion Bukit Jalil, 26 Desember 2010. (AFP/Kamarul Akhir)

Namun siapa sangka pada duel puncak leg pertama Timnas Indonesia kalah telak 0-3 di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Hasil negatif ini sempat memicu rumor tak sedap. Dua pemain Tim Garuda, Markus Horison dan Maman Abdulrahman digosipkan menerima suap.

Timnas Indonesia melakukan revans pada leg kedua dengan skor 2-1 di SUGBK. Kemenangan ini terasa tak berguna karena Tim Negeri Jiran tetap melenggang sebagai juara.

Tim Garuda punya kesempatan memperbaiki rekor saat berjumpa Thailand di laga puncak Piala AFF 2016. Pertandingan penentuan menjadi jawara bakal dihelat di Stadion Pakansari (Bogor) pada 14 Desember dan Stadion Rajamangala (Bangkok) pada 17 Desember.

5 dari 12 halaman

Final Ketiga Alfred Riedl

Final Ketiga Alfred Riedl

Pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, cukup lama berpetualang di kawasan Asia Tenggara. Pada 1998 nakhoda asal Austria tersebut datang dari negaranya untuk menukangi Vietnam.

Ia langsung membuat prestasi mengesankan dengan mengantar Tim Negeri Paman Ho ke final Piala AFF. Sayang pada pertandingan puncak yang digelar di Stadion Hanoi Vietnam kalah 0-1 dari kuda hitam Singapura lewat gol Sasikumar.

Setahun berselang Alfred juga meroketkan Vietnam ke final SEA Games. Pelatih yang satu ini amat dicinta masyarakat Vietnam.

 Alfred Riedl, dua kali gagal di final Piala AFF. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Ia menyulap tim berjulukan The Golden Stars dari negara ayam sayur di kawasan Asia Tenggara untuk kemudian masuk percaturan elite.

Vietnam satu-satunya negara Asia Tenggara tuan rumah Piala Asia 2007 yang sukses menembus perempat final. Sementara itu Indonesia, Thailand, dan Malaysia terkapar di penyisihan.

Saat singgah ke Indonesia pada 2010, Alfred Riedl langsung menunjukkan tangan emasnya dengan meloloskan Tim Merah-Putih ke partai puncak sebelum akhirnya dipermalukan oleh Malaysia. Kesempatan menjadi juara kali pertama didapat arsitek berusia 67 tahun tersebut di Piala AFF 2016.

6 dari 12 halaman

Kiatisuk Membidik Gelar Kelima

Kiatisuk Senamuang Membidik Gelar Kelima

Pelatih Thailand, Kiatisuk Senamuang, merupakan pesepak bola legendaris Tim Negeri Gajah Putih. Arsitek yang saat aktif bermain berposisi sebagai striker ini mempersembahkan banyak gelar bagi negaranya.

Sebagai pemain ia sukses mengantar Thailand kampiun Piala AFF sebanyak tiga kali: 1996, 2000, dan 2002. Kariernya makin kinclong dengan tambahan empat medali emas SEA Games: 1993, 1995, 1997, dan 1999.

Pelatih Thailand Kiatisuk Senamuang, sukses sebagai pemain dan pelatih. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Pensiun sebagai pemain pria kelahiran 11 Agustus 1973 tersebut dipercaya menukangi Timnas Thailand U-23 di SEA Games 2013. Hasilnya? Luar biasa! Ia langsung mempersembahkan trofi, setelah mengalahkan Timnas Indonesia U-23 dengan skor 1-0.

Tak berhenti sampai di situ, Kiatisuk Senamuang langsung membuat sejarah dengan meloloskan Thailand ke semifinal Asian Games 2014. Di tahun yang sama pelatih yang pernah bermain di klub Inggris, Huddersfield Town itu juga mengantar Thailand juara Piala AFF.

Saat ini Thailand juga tengah bersaing di Kualifikasi Piala Dunia 2018 babak akhir zona Asia. Jika sukses di final Piala AFF 2016, Kiatisuk Senamuang menambah daftar prestasi buat timnas negaranya.

7 dari 12 halaman

4 Pemain Indonesia Top Scorer

4 Pemain Indonesia Top Scorer

Walau belum mengoleksi gelar juara Piala AFF, Indonesia boleh berbangga menempatkan empat pemainnya sebagai top scorer sepanjang sejarah turnamen.

Gendut Doni jadi pemain paling tajam di Piala Tiger 2000 dengan koleksi lima gol. Pada edisi selanjutnya 2002 giliran Bambang Pamungkas jadi yang terproduktif dengan lesakan delapan gol.

Ilham Jayakesuma (kanan), jadi pemain paling tajam di Piala AFF 2004. (AFP)

Pada Piala AFF 2004, Ilham Jayakesuma dianugerahi gelar sepatu emas dengan catatan gol tujuh buah.

Pemain Tim Merah-Putih terakhir yang mencatatkan diri sebagai yang tertajam adalah Budi Sudarsono pada Piala AFF 2008. Budi jadi top scorer bareng Agu Casmir (Singapura) dan Teerasil Dangda (Thailand) dengan torehan masing-masing lima gol.

Namun, rata-rata para pemain yang dapat penghargaan sepatu emas asal Indonesia, mengaku tidak merasa puas dengan pencapaiannya. Mereka lebih senang tidak jadi pemain tertajam asal Timnas Indonesia jadi juara Piala AFF.

8 dari 12 halaman

Firman Satu-satunya Pemain Terbaik

Firman Utina Satu-satunya Pemain Terbaik

Sepanjang 10 jilid Piala AFF, hanya seorang pemain asal Timnas Indonesia yang mencatatkan diri sebagai pemain terbaik.

Adalah Firman Utina yang terpilih sebagai The Best Player pada Piala AFF 2010. Saat itu Tim Merah-Putih hanya berstatus runner-up setelah kalah oleh Malaysia (0-3 dan 2-1).

Kapten Timnas Indonesia Firman Utina merayakan golnya ke gawang Laos pada partai Piala AFF di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 4 Desember 2010. (AFP/Adek Berry)

Firman, yang berposisi sebagai gelandang serang mencetak satu-satunya gol bagi Tim Garuda di partai puncak.

Di sisi lain Thailand, yang empat kali mencatatkan diri sebagai juara Piala AFF, menempatkan tiga bintangnya sebagai The Best Player. Mereka antara lain Kiatisuk Senamuang (2000), Therdsak Chaiman (2002), dan Chanathip Singkrasin (2014).

9 dari 12 halaman

Rekor Produktivitas Teerasil Dangda

Rekor Produktivitas Teerasil Dangda

Sepanjang sejarah Thailand menempatkan empat pemainnya sebagai top scorer Piala AFF.

Netipong Srithong-in jadi yang tertajam pada tahun 1996 (7 gol), Worrawoot Srimaka pada tahun 2000 (5 gol) bareng Gendut Dony, serta Teerasil Dangda pada 2008 dan 2012 (4 dan lima gol).

Striker Thailand, Teerasil Dangda, berusaha melewati pemain Timnas Indonesia, pada laga Piala AFF 2016 di Philippine Sports Stadium, Filipina, Sabtu (19/11/2016). Hingga babak pertama usai Indonesia masih tertinggal 0-2. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Nama terakhir yang disebut punya peluang kembali menjadi pemain paling produktif mencetak gol di Piala AFF 2016. Saat ini Teerasil Dangda yang pernah berkiprah di klub Spanyol, Almeria itu, memimpin daftar pengoleksi gol terbanyak dengan torehan lima gol.

Pemain paling dekat yang bisa memupuskan mimpi Teerasil jadi top scorer adalah Boaz Solossa asal Indonesia. Saat ini bomber andalan Tim Merah-Putih sudah mencetak tiga gol hingga laga semifinal.

10 dari 12 halaman

Sepak Bola Gajah

Sepak Bola Gajah

Piala AFF 1998 jadi momen kelam dalam perjalanan sepak bola Indonesia dan Thailand. Keduanya berada di satu grup bareng Myanmar dan Filipina.

Tim Merah-Putih sukses menjalani dua pertandingan pertama dengan hasil yang memuaskan. Bima Sakti dkk. sukses membungkam Filipina 3-0 dan Myanmar dengan skor 6-2. Sementara itu, Thailand mengawali turnamen dengan kurang baik setelah hanya bermain 1-1 dengan Myanmar dan baru menang 3-1 saat menghadapi Filipina di pertandingan kedua.

Timnas Indonesia pun berada di atas angin saat menghadapi Thailand. Tim Garuda memiliki enam poin, unggul dua poin dari Thailand yang berada di posisi kedua setelah melewati dua pertandingan pertama itu. Keduanya pun sudah dipastikan lolos ke semifinal

Namun, setelah pertandingan terakhir Grup B usai dimainkan pada 30 Agustus 1998, di mana kemenangan 4-1 yang diraih Singapura atas Laos menjadikan mereka juara grup dengan Vietnam sebagai runner-up, cerita menarik pun terjadi.

Gol bunuh diri yang dicetak bek Timnas Indonesia, Mursyid Effendi, di Piala Tiger 1998. (Youtube)

Indonesia dan Thailand seakan berpikir untuk menghindari Vietnam di semifinal, tim yang saat itu dianggap sebagai lawan yang lebih kuat ketimbang Singapura.

Kedua tim yang diperkirakan akan memperlihatkan atmosfer yang panas justru bermain dengan tempo yang lambat dan tampak tidak bergairah. Indonesia berhasil unggul lebih dulu melalui Miro Baldo Bento yang mencetak gol pada menit ke-53.

Thailand kemudian membalas melalui Kritsada Piandit 10 menit kemudian. Namun, kedudukan menjadi imbang 2-2 setelah gol Aji Santoso pada menit ke-84 dibalas hanya dalam dua menit oleh Therdsak Chairman.

Dengan hanya tersisa empat menit hingga laga usai, tiba-tiba sebuah momen yang sulit dipercaya terjadi. Pemain Timnas Indonesia, Mursyid Effendi, mencetak gol bunuh diri pada menit ke-90 yang membuat Indonesia akhirnya kalah 2-3.

Apes bagi kedua tim di semifinal. Thailand yang akhirnya harus menghadapi Vietnam harus kalah. Begitu pun dengan Indonesia yang berhasil menghindari Vietnam dan bermain menghadapi Singapura. Yusuf Ekodono dkk. harus kalah 1-2 dari Singapura di babak empat besar.

11 dari 12 halaman

2 Pemain Berdarah Eropa

2 Pemain Berdarah Eropa

Di skuat Timnas Indonesia maupun Thailand terdapat ada sosok pemain berdarah Eropa.

Di Tim Merah-Putih ada figur Stefano Lilipaly. Sang gelandang serang berdarah campuran Belanda-Ambon. Ia lahir di Utrecht dan baru disumpah menjadi warga negara Indonesia pada tahun 2011 silam.

Stefano yang sepanjang hidupnya menetap di Negeri Kincir Angin, merupakan pemain binaan Akademi FC Utrecht. Ia kini berkiprah di klub SC Telstar yang berlaga di kompetisi Divisi Dua Belanda.

Gelandang Timnas Indonesia, Stefano Lilipaly, fokus mengikuti latihan di Lapangan SPH Karawaci, Banten, Minggu (11/12/2016). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Pada 2013 ia sempat bermain di klub Jepang, Consadole Sapporo. Karena kurang jam terbang, ia sempat mencoba peruntungan di Persija Jakarta pada awal 2015. Hanya karena kecewa pembayaran gajinya tersendat sang pemain akhirnya mudik ke Belanda.

Di sisi lain, Thailand juga punya pemain keturunan Eropa, tepatnya asal Swiss. Ia adalah Charyl Chappuis, yang berposisi sebagai gelandang.

Pemain belia kelahiran Kloten, Swiss, 12 Januari 1992 itu sempat membela Timnas Swiss U-15 hingga U-20 pada periode tahun 2006-2011. Ia dididik di Akademi Grasshoppers.

Pada tahun 2013 ia memutuskan total membela Timnas Thailand. Penampilan perdananya adalah SEA Games Myanmar 2013. Setelah membawa Tim Negeri Gajah Putih U-23 juara ajang multievent tersebut Charyl Chappuis langsung promosi ke Timnas Thailand level senior setahun berselang.

12 dari 12 halaman

Boaz Solossa Paling Senior

Boaz Solossa Paling Pengalaman

Boaz Solossa jadi pemain paling matang jam terbang di Piala AFF. Striker andalan Timnas Indonesia ini sudah turun di turnamen elite kawasan ASEAN tersebut pada tahun 2004.

Saat itu usianya baru 18 tahun dan belum memiliki klub profesional. Bakatnya ditemukan pelatih Tim Garuda saat itu, Peter Withe, lewat ajang PON Palembang 2004.

Walau berusia muda Boaz sama sekali tidak terlihat gelagapan tampil di pertandingan sarat tekanan. Total ia tercatat mencetak lima gol, kedua terproduktif di Timnas Indonesia setelah Ilham Jayakesuma dengan tujuh gol.

Aksi Boaz Solossa melewati hadangan pemain Thailand pada laga grup A di Filipina, (19/11/2016).  (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Sayangnya seperti tak berjodoh, Boaz yang beberapa kali dihantam cedera berat kehilangan momen di beberapa edisi Piala AFF selanjutnya. Ia baru comeback pada Piala AFF 2014.

Sayang ia gagal bersinar saat itu, karena langkah Timnas Indonesia terhenti di penyisihan. Saat ini seperti mengulang masa-masa on-fire Piala AFF 2004. Berstatus sebagai kapten Tim Merah-Putih, Boaz sukses mengantar Indonesia lolos ke final Piala AFF 2016.

Striker berusia 30 tahun itu tercatat sebagai mesin gol utama dengan torehan tiga gol.Striker Thailand, Teerasil Dangda, jadi satu-satunya pemain yang mendekati senioritas Boaz Solossa. Ia telah bermain di Piala AFF sejak edisi 2007.

 

 

Video Populer

Foto Populer