Bola.com, Malang - Arema FC belum bisa lepas dari ancaman degradasi. Apalagi di pekan 31 BRI Liga 1, mereka dihajar PSS Sleman 1-4 di Stadion Manahan, Solo, Senin (15/4/2024).
Tim berjulukan Singo Edan ini tertahan di urutan 16 dengan 31 poin. Selain itu, kekalahan dari PSS memperburuk catatan kebobolan Arema.
Baca Juga
BRI Liga 1: Duel Madura United Vs Arema Tanpa Penonton, Suporter Siap Padati Area Luar Stadion
4 Tim yang Masih Berpotensi Degradasi dari BRI Liga 1: Arema FC Paling Aman, Klub Milik Raffi Ahmad Punya Tugas Berat
Posisi Arema FC Belum Aman, Ancaman Degradasi Membayangi hingga Pekan Pamungkas BRI Liga 1
Advertisement
Gawang Arema sudah kebobolan 57 gol. Itu lebih buruk ketimbang Bhayangkara FC yang kini jadi juru kunci Liga 1. Karena gawang Bhayangkara kemasukan 53 gol. Tapi jika dibandingkan dengan klub lain, Arema ada di urutan ketiga untuk klub dengan jumlah kebobolan tertinggi.
Pelatih Arema, Widodo Cahyono Putro mengakui jika pertahanan timnya jadi salah satu titik lemah. Meski dia berupaya memperbaikinya, hasilnya masih belum maksimal. Sejak ditangani Widodo, Arema hanya membuat 2 cleansheet dalam 7 pertandingan.
Dari pantauan Bola.com, ada 3 persoalan utama yang membuat gawang Arema rentan kebobolan. Mulai dari minim stok stoper, kurang komunikasi hingga lemah ketika mengantisipasi bola atas. Mengontrak kiper asing, Julian Schwarzer juga tak banyak membantu. Berikut ulasan tiga faktor yang membuat pertahanan Arema FC mudah ditembus lawan.
Minim Stok Stoper
Saat ini, Arema hanya punya dua pemain yang berposisi asli sebagai stoper, yakni Bagas Adi Nugroho dan Syaeful Anwar.
Tapi sejak pertengahan musim, dua gelandang asing, Julian Guevara dan Charles Almeida bergantian jadi stoper, sehingga hasilnya kurang maksimal lantaran dua pemain asing tersebut seperti belum terbiasa menempati posisi terakhir di lini pertahanan. Ada beberapa momen di mana mereka lengah mengawal striker lawan.
Advertisement
Sebenarnya, stok stoper Arema sudah ideal saat awal musim. Mereka punya Ichaka Diarra, Asyraq Gufron dan Joko Susilo. Namun tiga pemain tersebut hengkang dengan alasan berbeda. Joko diminta kembali ke klub lamanya, PSMS Medan mendekati Liga 1 bergulir.
Gufron dan Ichaka dilepas karena karakter bermainnya tidak cocok dengan pelatih pengganti, Fernando Valente. Anehnya, pelatih asal Portugal itu tidak mencari tambahan stoper saat transfer window. Imbasnya, Singo Edan menyisakan dua stoper lokal. Sebuah komposisi yang tidak ideal tentunya. Persoalan ini yang sekarang diwariskan kepada Widodo.
Advertisement
Minim Komunikasi
Dalam tiga laga terakhir, pemain belakang Arema tampak memikul beban yang lebih berat. Ketegangan tampak di wajah mereka. Imbasnya, mereka minim komunikasi. Yang paling terlihat saat Julian Guevara mencetak gol bunuh diri saat melawan PSS.
Ketika tidak ada pressing dari lawan, Julian menanduk bola ke arah gawang. Dengan harapan memberi umpan kepada sang kiper, Julian Schwarzer. Tapi, keduanya tak melakukan komunikasi. Schwarzer telanjur keluar gawang untuk memburu bola tersebut, sehingga bola meluncur ke gawang yang sudah kosong.
Advertisement
Selain itu, jarang terlihat pemain Arema melakukan komunikasi saat pertandingan sehingga di belakang kolaborasi mereka kurang terlihat. Beda dengan beberapa musim lalu. Ketika Arema masih punya bek asal Portugal, Sergio Silva. Dia termasuk pemain yang sering berteriak untuk berkomunikasi dengan rekan-rekannya.
Lemah Duel Bola Atas
Empat gol PSS yang tercipta ke gawang Arema kemarin semua berasal dari tandukan. Termasuk gol bunuh diri yang dilakukan bek Arema, Julian Guevara. Tampaknya, kiper Arema, Julian Schwarzer punya kelemahan dalam mengantisipasi tandukan lawan.
Di sisi lain, bek Arema juga kurang tanggung dalam duel bola atas. Buktinya, mereka kecolongan semua gol heading di laga lawan PSS. Padahal Arema punya Julian Guevara dengan postur 193 cm.
Advertisement
Namun, dia sepertinya tidak terbiasa jadi stoper dan mengawal pemain lawan, sedangkan Bagas Adi posturnya tidak terlalu tinggi. Seperti gol terakhir PSS yang dicetak Saddam Gaffar, terlihat Bagas menunggu Julian untuk duel bola atas. Dari segi postur, Julian lebih baik. Tapi, ternyata keduanya saling menunggu dan bola disambar Saddam.     Â
Advertisement