Bola.com, Jakarta - Setelah 2,5 tahun, keputusan MU mendatangkan Antony dari Ajax pada musim panas 2022 kini dianggap sebagai satu di antara kesalahan terbesar dalam sejarah transfer klub.
Dengan nilai transfer mencapai 85,5 juta pound, kesepakatan ini telah menjadi beban finansial yang berat bagi klub.
Baca Juga
Advertisement
Saat pertama kali MU mengejar Antony, harga awal sang pemain diperkirakan hanya sekitar 25-30 juta pound. Namun, serangkaian tekanan dan negosiasi yang kurang efektif membuat harga Antony melonjak hingga 95 juta euro (sekitar 85 juta euro).
Angka tersebut naik 40 juta euro dari harga awal yang diminta.
Kesepakatan ini mencerminkan kelemahan Setan Merah dalam proses negosiasi, di mana mereka terjebak dalam euforia musim transfer serta tuntutan tinggi dari Ajax.
Edwin van der Sar, CEO Ajax saat itu, memanfaatkan situasi untuk meminta harga astronomis yang akhirnya disetujui oleh MU.
Berita Video, momen keseruan Yamaha Aerox Track Day 2025 pada Kamis (16/1/2025)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ekspektasi Tinggi, Realitas Mengecewakan
Antony diharapkan menjadi tambahan berkualitas untuk skuat Erik ten Hag. Ten Hag, yang pernah bekerja sama dengan Antony di Ajax, percaya bahwa sang pemain akan cocok dengan rencana taktisnya di Old Trafford.
Namun, transfer ini sejak awal menunjukkan tanda-tanda kurang matang, terutama jika dibandingkan dengan opsi lain seperti Raphinha, yang pindah ke Barcelona dengan harga 55 juta pound setelah mencetak 17 gol dan memberikan 12 assist dalam dua musim di Premier League.
Debut Antony sebenarnya cukup menjanjikan, di mana ia langsung mencetak gol dalam kemenangan 3-1 atas Arsenal. Namun, performa tersebut tidak berlanjut.
Setelah beberapa momen cemerlang, seperti gol melawan Barcelona di Old Trafford dan Liverpool di Piala FA, Antony kesulitan menunjukkan konsistensi.
Advertisement
Kekurangan Antony
Beberapa masalah utama Antony di lapangan meliputi:
- Gaya bermain satu kaki: Antony terlalu bergantung pada kaki kirinya, membuatnya mudah diprediksi lawan.
- Minim kreativitas: Ia sering gagal melewati lawan dan lebih memilih memotong ke dalam daripada menyerang langsung.
- Kurang efektif di tim: Keputusan yang lamban dan kurangnya kontribusi signifikan membuatnya sulit terintegrasi dengan tim.
Selain performa di lapangan, Antony juga menghadapi masalah besar di luar lapangan. Ia sempat absen panjang untuk menangani tuduhan kekerasan seksual dari mantan pacarnya.
Kendati kasus tersebut telah dihentikan oleh polisi Brasil, penyelidikan dari Kepolisian Greater Manchester masih berlangsung. Skandal ini tentu berdampak besar pada kepercayaan diri dan performanya.
Beban Finansial Berat
Dengan harga transfer yang sangat tinggi, Antony kini menjadi aset yang sulit dijual bagi MU. Klub tidak bisa dengan mudah mendapatkan kembali uang yang telah dikeluarkan untuk merekrutnya, terutama dengan gaji Antony yang juga cukup besar.
Jika MU memutuskan untuk menjual Antony pada musim panas mendatang, mereka kemungkinan harus menerima kerugian finansial yang signifikan.
Misalnya, jika Antony dijual seharga 20 juta pound, Setan Merah akan kehilangan sekitar 14 juta pound, yang dapat memengaruhi perhitungan finansial klub secara keseluruhan.
Advertisement
Masalah Lain di Bursa Transfer
Selain Antony, MUÂ juga menghadapi masalah dengan beberapa transfer lainnya. Pemain seperti Casemiro mulai kehilangan nilai transfernya, sementara talenta muda seperti Kobbie Mainoo dan Alejandro Garnacho mungkin harus dijual untuk membantu menyeimbangkan keuangan klub.
Secara keseluruhan, transfer Antony menjadi satu di antara keputusan terburuk dalam sejarah transfer MU. Tidak hanya membawa kerugian besar secara finansial, tetapi juga menambah tekanan dalam manajemen tim.
Ke depan, klub perlu lebih bijak dalam mengambil keputusan transfer untuk menghindari kesalahan serupa dan mengelola sumber daya mereka dengan lebih efisien.
Â
Sumber: The Telegraph