Dari Stadion Megah ke Krisis Uang: Beratnya Dampak Finansial Degradasi bagi West Ham

Turun ke Championship selalu berdampak berat secara ekonomi, terutama bagi klub dengan biaya operasional besar. Sejak 2016, ketika kontrak baru hak siar Premier League meledak nilainya, dampak finansial degradasi makin terasa tajam. Rata-rata, pendapatan klub yang terdegradasi anjlok 46 persen, terutama karena berkurangnya pemasukan dari siaran televisi.

Musim lalu saja, tim juru kunci Premier League, Southampton, masih mengantongi £109 juta dari hak siar. Tapi jika turun kasta, klub hanya mendapat parachute payment sebesar £49 juta di tahun pertama, lalu £40 juta di tahun kedua, dan turun lagi menjadi sekitar £18 juta di tahun ketiga. Ditambah dengan subsidi kecil dari EFL sekitar £5 juta, total pendapatan dari TV nyaris terpangkas setengahnya.

Bagi West Ham, yang memiliki pemasukan komersial hingga £58 juta, tertinggi kesembilan di Premier League, kehilangan dana sebesar itu jelas berisiko besar. Meski masih mungkin mengandalkan basis fans besar di London Stadium, pendapatan dari sponsor dan penjualan tiket hampir pasti ikut turun.

Masalah terbesar lainnya adalah beban gaji. Pada musim 2023/24, West Ham mencatatkan rekor pengeluaran gaji sebesar £161 juta, naik 18 persen dari musim sebelumnya. Meskipun sebagian kontrak pemain sudah mengatur pemotongan gaji otomatis jika tim terdegradasi, itu tak cukup menutup selisih dari turunnya pendapatan besar-besaran.

Di sisi lain, biaya amortisasi transfer juga melonjak menjadi £83,5 juta, rekor tertinggi klub sejauh ini. Artinya, investasi besar pada pemain dalam beberapa musim terakhir belum berbuah sesuai harapan. West Ham masih menanggung utang bersih transfer sebesar £127 juta per Mei 2024, dan sekitar dua pertiganya jatuh tempo dalam waktu dekat.

Jika pendapatan berkurang dan tak ada dana segar dari pemilik, West Ham mau tak mau harus menjual pemain bintang untuk menutup neraca keuangan. Nama-nama seperti Jarrod Bowen bisa jadi aset berharga jika terpaksa dilepas.

Keuntungan terbesar West Ham mungkin terletak pada status mereka sebagai penyewa London Stadium. Biaya sewa tahunan sekitar £4 juta tergolong kecil untuk stadion sebesar itu, dan bahkan bisa turun separuh jika tim benar-benar terdegradasi. Berbeda dengan klub lain yang terbebani biaya pemeliharaan stadion besar, West Ham justru masih bisa menekan pengeluaran dari sisi ini.

Meski begitu, biaya operasional lain tetap tinggi. Dalam laporan terakhir, other expenses klub mencapai £60 juta per tahun. Angka itu sulit ditekan tanpa mengorbankan performa di lapangan. Jika hasil tak segera membaik, musim ini bisa berubah menjadi bencana finansial.

West Ham sebenarnya masih terlihat “sehat” di atas kertas, dua kali mencatat keuntungan dalam tiga musim terakhir, dan rasio gaji terhadap pendapatan di angka 60 persen, relatif aman. Tapi lonjakan biaya dan hasil yang tak sebanding di lapangan membuat situasi ini semakin rapuh.