Sukses


    Kolom Ian Situmorang: Kroasia vs Inggris Menjanjikan Laga Seru

     

    Kolom Ian Situmorang Mungkinkah The Three Lion, Inggris akan mengulang nostalgia 1966? Atau hal itu tinggal kenangan yang tak akan pernah terwujud kembali. Jalan seperti apa yang akan ditapaki Harry Kane cs. akan terjawab pada duel lawan Kroasia di Stadion Luzhniki, Kamis (12/7) dini hari.

    Kroasia sudah merasakan posisi peringkat ketiga pada 20 tahun silam, tepatnya di Prancis. Apakah kesempatan terbang lebih tinggi tidak akan direnggut Luka Modric cs. pada semifinal Piala Dunia 2018 Rusia? Mengalahkan Inggris berarti satu langkah lebih baik.

    Gareth Southgate, pelatih Inggris hadir dengan pasukan muda yang minim pengalaman, tapi punya jiwa petarung. Sikap pantang menyerah sebelum peluit panjang berbunyi.

    Pelatih Kroasia, Zlatko Dalic tidak memasukkan reformasi tim dengan memperbanyak pemain muda sebagai skala prioritas. Bagi Dalic, pemain senior dengan pengalaman berlaga di liga kompetitif adalah pilihan paling tepat saat ini.

    Pada dasarnya, kerangka pasukan muda Southgate dibangun sebagai persiapan Piala Eropa 2020. Bila saat ini sudah mampu memberikan prestasi membanggakan, maka itu adalah bonus menyenangkan.

    Berbeda dengan konsep Dalic yang merasa ini adalah momen terbaiknya untuk menuntaskan impian lama. Untuk dua tahun ke depan di Piala Eropa, mayoritas pemain masih dapat dipertahankan, tapi sudah merosot di PD Qatar 2022.

    Catatan pertemuan kedua tim sejak 1996 terjadi sebanyak 7 kali. Inggris 3 kali menang, 2 kali seri dan 2 kali kalah. Pertemuan terakhir pada 9 September 2009 di babak penyisihan PD 2010, Inggris menang 5-1.

    Langkah kedua tim menuju semifinal cukup seru. Inggris sudah mengalami kekalahan 0-1 dari Belgia di penyisihan grup. Sekali menang adu penalti melawan Kolombia. Mencetak gol 11 kemasukan 4 gol. Harry Kane mendominasi dengan 6 gol.

    Kroasia main 5 kali, tidak pernah kalah, dua kali lolos lewat adu penalti melawan Denmark dan Rusia. Membukukan 10 gol, kemasukan 4 gol. Hebatnya, pemain yang mampu mencetak 10 gol tersebut ada 8 orang.

    Kejelian pelatih memilih pemain yang sesuai dengan kebutuhan tim berperan penting. Southgate dan Dalic pasti tidak akan banyak mengubah komposisi pemain. Prinsip dasar olahraga adalah don’t change the winning team.

    Kemungkinan besar yang diterapkan Southgate adalah perintah ‘mematikan’ duo penyuplai Modric dan Rakitic. Sama hal dengan instruksi Dalic untuk menahan laju ‘tukang goreng’ Rahim Sterling dan mengamati gerakan Kane, terutama dalam menerima umpan bola mati.

    Penguasaan lapangan tengah menjadi kunci permainan siapa yang akan tampil sebagai pemenang. Siapa yang mencetak gol pertama kemungkinan akan tampil sebagai perebut tiket final. Bila ada yang unggul, maka gaya main akan berubah dengan mengendorkan irama permainan.

    Inggris menunjukkan kemajuan yang sangat besar melampaui ekspektasi dengan petarung muda. Walau demikian, saya cenderung memilih Kroasia yang lebih matang menjadi salah satu wakil di final.

    Ini adalah partai yang sangat menawan, super ketat!*

    Video Populer

    Foto Populer