Bola.com, Jakarta - Harry Kane adalah predator jaminan mutu bagi Timnas Inggris. Ia berstatus sebagai Top Scorer Piala Dunia 2018 dan Piala Eropa 2020. Penggemar Inggris berharap tuah gol striker Tottenham Hotspur tersebut saat duel perdana penyisihan Grup B Piala Dunia 2022 yang dihelat di Khalifa International Stadium, Senin (21/11/2022). Nyatanya hal itu tak kejadian.
Inggris menang telak 6-2, namun tak satu gol dilesakkan Harry. Jude Bellingham mencetak gol pembuka buat Inggris. Sementara itu, pemain belia lainnya Bukayo Saka menyumbang gol kedua dan ke-4. Gol Inggris lainnya dicetak Raheem Sterling, Marcus Rashford, serta Jack Grealish.
Baca Juga
Masih Puasa Trofi Juara dan Diisukan Kembali ke Premier League, Harry Kane Bahagia Bersama Bayern Munchen
Duel Harry Kane Vs Jude Bellingham Warnai Semifinal Liga Champions 2023 / 2024: Ketika Senior Berhadapan dengan Junior
Harry Kane Semringah Bayern Munchen Singkirkan Arsenal dan Tembus Semifinal Liga Champions
Advertisement
Padahal, menghadapi Iran yang dianggap tim terlemah di Grup B, menjadi kesempatan bagi Harry Kane untuk menabung gol. Kenyataannya, situasi tak mendukung bomber berusia 29 tahun itu buat leluasa mencetak gol.
Minim Peluang, Tapi Cerdik Baca Situasi
Sepanjang babak pertama, Harry Kane tak diberi ruang bebas oleh lini pertananan Iran. Tapi di sinilah keistimewaan Harry.
Tahu posisinya tak menguntungkan, ia bermain turun lebih ke belakang. Memberi ruang kepada duet winger, Bukayo Saka dan Raheem Sterling buat mengobrak-abrik poros belakang kubu lawan.
Advertisement
Dalam kondisi minim peluang emas, Harry Kane masih bisa menyumbang dua assist buat gol ketiga Inggris yang dicetak Raheem Sterling pada babak pertama, plus sebiji lagi ke Marcus Rashford (5-1). Passing jarak jauh menjadi kekuatan pemain kelahiran 28 July 1993 tersebut.
Ia bisa jadi sosok yang ganas menjebol gawang lawan, tapi juga jadi sosok pelayan dengan umpan-umpan terukur yang berbuah gol.
Advertisement
Raja Assist
Soal kemampuannya melakukan assist, Harry Kane layak berterimakasih pada sosok Jose Mourinho. Mantan manajer Tottenham Hotspur tersebut menyulap seorang Harry dari sosok penyerang pasif yang hanya doyan menunggu pasokan bola, menjadi seorang gelandang bayangan dengan kekuatan passing yahut.
Pada musim 2020-2021, Harry menobatkan diri sebagai pemain tertajam sekaligus raja assist Premier League.
Advertisement
Dengan mengemas 23 gol di Premier League musim itu, Harry Kane untuk ke-3 kalinya merengkuh gelar Sepatu Emas setelah musim 2015/2016 (25 gol) dan 2016/2017 (29 gol) yang juga diraihnya bersama Spurs. Selain menambah koleksi sepatu emasnya, ia juga memantapkan diri sebagai pemain ke-3 dalam riwayat Liga Inggris yang mampu menuntaskan musim dengan koleksi gol sekaligus assist terbanyak.
Harry Kane mencatatkan capaian serupa yang pernah diguratkan oleh Andy Cole (Newcastle) pada 1993/1994 dengan 34 gol dan 13 assist, serta Jimmy Floyd Hasselbaink (Leeds United) pada 1998/1999 yang mengoleksi 18 gol dan 13 assist dalam satu musim Premier League.
Terinspirasi Firmino
Jose Mourinho mengaku terinspirasi pada sosok Firmino di Liverpool. Penyerang yang kerap menyulap dirinya menjadi gelandang. Hanya saja dibanding pemain asal Brasil itu, Harry Kane lebih ganas dalam urusan mencetak gol. Ia tak melupakan khitahnya sebagai predator.
"Saya melihat potensi seorang Harry dalam urusan memberikan umpan. Saya menginginkan seorang penyerang yang aktif dalam permainan. Tak hanya terpaku di lini depan, tapi juga sering membantu lini tengah. Ia mampu melakukan hal tersebut dengan baik," kata Jose.
Advertisement
Duet Harry Kane dan Son Heung-min amat mematikan di era The Special One. Keduanya mengoleksi gol kombinasi berdua sebanyak 37 gol dalam semusim.
Rekor kombinasi Premier League sebelumnya dimiliki duo Chelsea, Didier Drogba dan Frank Lampard. Dua pemain legendaris ini mencatatkan 36 gol hasil kolaborasi keduanya.
Duet ganas lainnya adalah David Silva dan Sergio Aguero (29 gol) serta Thierry Henry dan Robert Pires (29 gol).
Advertisement
Inggris Diuntungkan
Gareth Southgate, pelatih Inggris diuntungkan dengan perubahan gaya main Harry Kane. Permainan Three Lions lebih dinamis, karena Harry yang dalam posisi mati kartu bisa dengan cepat mengubah posisi bermainnya.
Pergerakan Kane turun ke lini tengah kerap membuat pertahanan lawan yang dihadapi terbongkar kerapatannya. Tengok saja apa yang dialami Iran.
Advertisement
Mereka terlalu terfokus menjaga pergerakan Kane, hingga lupa ada pemain-pemain lain yang siap menjadi pemecah kebuntuan.
Sumber: Berbagai sumber
Liputan Eksklusif Bola.com
Advertisement
Advertisement