Outfield Superstar: Andres Iniesta, Sisa Jiwa La Furia Roja

oleh Ary Wibowo diperbarui 18 Jun 2016, 17:04 WIB
Oufield Superstar: Andres Iniesta (Bola.com/Rudi Riana).

Bola.com — Sederhana. Itulah Andres Iniesta. Jika bintang sekelas Wayne Rooney selalu tampil berapi-rapi, Iniesta bermain nyaris tanpa ekspresi. Dia hanya cukup mengolah bola dengan tulus tanpa emosi, berbeda juga dengan Cristiano Ronaldo yang terkadang menunjukkan arogansi.

Advertisement

Iniesta sudah biasa hidup sederhana semenjak besar di salah satu desa kecil bernama Fuentealbilla. Di desa yang hanya berpenduduk 2.000 jiwa itu, Iniesta bekerja keras setiap hari demi merajut mimpi. Hingga pada 1996, kemampuannya terendus pemandu bakat Barcelona, Albert Benaiges.

14 tahun berselang, mimpi sang anak desa Fuentealbilla terwujud. Namanya melejit ketika mampu membawa tim nasional Spanyol meraih gelar juara Piala Eropa 2008. Di bawah bimbingan mendiang Luis Aragones, Iniesta bersama Xavi Hernandez menjelma menjadi duet gelandang paling berbahaya di dunia.

Andres Iniesta saat memperkuat tim nasional Spanyol pada babak kualifikasi Piala Dunia 2010. Dari kiri ke kanan: Joan Capdevila, David Villa, Xavi Hernandez, Andres Iniesta. (AFP/Jasper Juinen).

Di dalam lapangan, Iniesta selalu tahu letak celah-celah kosong. Dengan cermat, ia sering menempatkan bola yang membuat para lawannya tak pernah menduga. Bersama Xavi, Iniesta membuat umpan-umpan pendek ciri khas tiki-taka terlihat begitu sedap dipandang mata.

Alhasil, Spanyol menjadi kekuatan utama sepak bola dunia. Setelah meraih Piala Eropa 2008, timnas Spanyol kembali menggondol Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012. Hingga pada akhirnya, kegemilangan duet Iniesta-Xavi harus berakhir melalui batas kehidupan bernama: umur manusia. 

Sebelum tampil di Piala Dunia 2014, Xavi mulai sering duduk di bangku cadangan Barcelona karena memasuki usia 34 tahun. Iniesta terlihat seperti kehilangan belahan jiwa. Bukti terlihat ketika Spanyol tampil di Brasil. Harmonisasi keduanya memudar. Aliran bola tiki-taka macet.

Andres Iniesta (kiri) saat memberikan kata sambutan dalam acara perpisahan Xavi Hernandez (kanan), di Barcelona. (Barcelona).

Spanyol pun gagal total. Untuk kali pertama dalam beberapa tahun terakhir, mereka harus angkat koper lebih awal setelah gagal lolos dari putaran grup. Tak berselang lama, Xavi memutuskan pensiun dari La Furia Roja. Keputusan yang juga membunyikan alarm bahaya bagi tiki-taka.

Prancis
Namun, Iniesta ternyata mampu memutarbalikkan prediksi. Dua tahun, dia mencoba beradaptasi tanpa kehadiran Xavi. Performa di Piala Eropa 2016 pun menjadi bukti. Di tengah bayang-bayang para bintang muda seperti Alvaro Morata, Pedro, hingga Nolito, Iniesta tetap menonjolkan diri sebagai maestro sejati.

Pada pertandingan pertama, Spanyol menang 1-0 atas Republik Ceska. Penentu kemenangan memang Gerard Pique. Akan tetapi, determinasi Iniesta begitu vital. Bahkan, UEFA secara khusus memberikan penghargaan Man of the Match untuk pemain berusia 32 tahun itu.

Gelandang tim nasional Spanyol, Andres Iniesta (tengah), saat berupaya melewati kawalan para pemain Turki, pada matchday kedua Grup E Piala Eropa 2016, di Stade Allianz Riviera, Jumat (17/6/2016). (AFP/Boris Horvat).

Lima hari berselang, giliran Turki menjadi korban. Spanyol menang tiga gol tanpa balas. Morata menyumbang dua gol, sementara sisanya dikreasi Nolito. Namun, lagi-lagi, UEFA mendaulat Iniesta sebagai bintang. Hingga matchday kedua, hanya dia yang tercatat dua kali beruntun meraih predikat itu.

Whoscored memberikan nilai 7,85 atas penampilan Iniesta saat melawan Turki. Pada pertandingan itu, persentase umpan berhasil Iniesta mencapai 94 persen, dari total 21 kali percobaan. Ia juga tercatat 3 kali memberikan umpan matang yang berbuah ancaman ke gawang lawan.

Andres Iniesta

Menurut catatan Squawka, dari dua pertandingan Spanyol, rata-rata tingkat akurasi umpan Iniesta sebesar 92 persen. Dari persentase itu, delapan di antara 93 umpan Iniesta berhasil menjadi tujuh peluang emas dan satu berbuah gol. Catatan inilah yang menjadi bukti Iniesta tetap istimewa.

Tim nasional Spanyol saat ini memang tidak lagi menampilkan permainan indah lewat tiki-taka seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, di lapangan tengah mereka, masih ada Iniesta. Sosok jenderal sederhana yang kini menjadi sisa jiwa generasi emas La Furia Roja.

Sumber: Berbagai sumber

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Prancis dengan kualitas HD di sini