Catatan Serie A Sepanjang 2019 : Magnet Inter Milan dan Pergeseran Juventus

oleh Nurfahmi Budi diperbarui 29 Des 2019, 11:30 WIB
Pemain Juventus merayakan keberhasilannya meraih gelar juara Liga Italia Serie A di Stadion Allianz, Turin, (19/5/2019). Juventus berhasil mengunci titel juara Liga Italia 2018/2019. (AP Photo/Antonio Calanni)

Bola.com, Jakarta - Liga Italia Serie A 2019-2020 tengah berhenti sejenak. Giornata terakhir tahun 2019 terjadi pada akhir pekan lalu. Hasilnya, cukup mengejutkan, karena Inter Milan berada di posisi puncak. Meski bernilai sama dengan Juventus, 42, Nerrazurri unggul selisih gol.

Pada sisi lain, hal itu sebenarnya tak terlalu mengagetkan. Maklum, pada permulaan bursa transfer musim panas, Inter Milan melakuka beragam tindakan terobosan. Satu di antaranya adalah memanggil jasa Antonio Conte.

Advertisement

Pada pekan lalu, Sampdoria melawan Juventus menjadi pembuka, yakni pada Kamis (19./12/2019) di Stadio Comunale Luigi Ferraris. Bianconeri berhasil keluar sebagai pemenang dengan skor tipis 2-1.

Hasil itu sempat membuat Juventus memuncaki klasemen sementara, sampai digusur kembali oleh Inter Milan. Klub besutan Antonio Conte itu mengalahkan Genoa dengan skor 4-0 pada Minggu (22/12/2019I di San Siro.

Pada pekan terakhir tengah musim tersebut, satu yang mencolok adalah laga antara Atalanta melawan AC Milan. Tampil di hadapan pendukung setia yang memadati Atleti Azzuri d'Italia, Atalanta berhasil menuai kemenangan dengan skor telak 5-0 atas klub berjuluk Rossoneri tersebut.

Oleh karena itu, Sahabat Bola.com bisa melihat sekilas tentang apa yang terjadi sepanjang tahun 2019.

 

2 dari 6 halaman

Memudarnya Dominasi Juventus

Georgina Rodriguez bersama Cristiano Ronaldo usai meraih Juventus meraih trofi Juara Italia Serie A di stadion Allianz di Turin pada Mei 2019. (AFP/Marco Bertorello)

Tidak bisa disangkal, Italia masih belum bisa jauh dari kiprah apik Juventus. Mereka telah mendominasi kompetisi domestik sejak tahun 2011 hingga sekarang.

Di Serie A, Juventus tidak menemui kesulitan menjadi pemenang. Mereka memimpin puncak klasemen hingga pekan terakhir dengan keunggulan 11 poin atas tim yang menghuni peringkat kedua, Napoli.

Scudetto sudah pasti mereka miliki sejak bulan April 2019. Kemenangan atas Fiorentina membuat mereka, secara hitung-hitungan, sudah tak bisa terkejar lagi oleh Napoli yang menjadi pesaingnya.

Namun Juventus hanya mampu menjuarai Serie A. Mereka melempem di Coppa Italia. Perjalanan Cristiano Ronaldo dkk harus kandas di babak perempat final setelah mereka kalah atas Atalanta dengan skor 0-3.

Pada akhirnya, kompetisi tersebut menghasilkan pemenang baru setelah empat tahun lamanya. Klub tersebut adalah Lazio, yang pada babak final berhasil mengalahkan Atalanta dengan skor 2-0.

 

3 dari 6 halaman

Juventus Memasuki Era Peralihan

Pelatih Juventus, Maurizio Sarri, memberikan instruksi kepada Cristiano Ronaldo pada laga Serie A di Stadion Allianz, Turin, Minggu (15/12). Juventus menang 3-1 atas Udinese. (AFP/Isabella Bonotto)

Dominasi Juventus selama lima tahun terakhir tak bisa lepas dari jasa sang pelatih, Massimiliano Allegri. Sejak dirinya tiba di tahun 2015 lalu, gelar Scudetto dan Coppa Italia tak pernah bisa lepas dari genggaman Juventus.

Namun pada akhirnya, sebuah era selalu menemui akhirnya. Allegri memutuskan mundur dari jabatannya dan kemudian digantikan oleh Maurizio Sarri, yang diketahui sebagai eks pelatih Napoli.

Sarri memberikan perubahan yang segar dalam permainan Juventus, walaupun belum sepenuhnya sempurna. Juventus mulai terlihat rajin menyerang dengan sajian permainan yang atraktif.

Namun, bicara soal hasil, Juventus masih belum memuaskan publik. Kendati baru menelan satu kekalahan di ajang Serie A, mereka acap kali meraih kemenangan dengan skor tipis. Tak bisa dimungkiri, Juventus sedang berada di masa transisi.

 

4 dari 6 halaman

Sensasi di Bursa Transfer Musim Panas

4. Juventus (192 juta euro) - Pembelian Matthijs de Ligt, Danilo, Luca Pellegrini. (AFP/Marco Bertorello)

Semua mata tertuju kepada Juventus dan Inter Milan pada bursa transfer musim panas kemarin. Kedua klub tersebut cukup aktif dalam mendatangkan nama-nama yang cukup mentereng di dunia sepak bola.

Juventus sukses mengamankan jasa bek muda berbakat asal Belanda, Matthijs De Ligt. Untuk mendapatkan tanda tangan pria berumur 20 tahun itu, mereka harus merogoh kocek sebesar 75 juta euro plus bonus.

Sementara itu, Inter Milan berhasil menghadirkan bomber asal Belgia, Romelu Lukaku. Proses kepindahannya cukup berbelit-belit hingga sang pemain baru tiba di Italia jelang bursa transfer ditutup.

Lukaku didatangkan dari Manchester United dengan mahar 75 juta euro. Selain itu, Inter Milan juga sukses mendapatkan jasa Alexis Sanchez dengan status pinjaman. Namun, pemain tersebut harus menepi untuk sementara karena cedera.

 

5 dari 6 halaman

Kebangkitan Inter Milan

Striker Inter Milan, Romelu Lukaku, melakukan selebrasi usai membobol gawang Genoa pada laga Serie A 2019 di Stadion San Siro, Sabtu (21/12). Inter Milan menang 4-0 atas Genoa. (AP/Luca Bruno)

Pesaing Juventus pada musim ini bukan lagi Napoli, namun Inter Milan. Pergantian pada kursi kepelatihan memberikan dampak yang sangat signifikan kepada Nerazzurri.

Seperti diketahui, Inter Milan menunjuk Antonio Conte sebagai pelatih berikutnya. Conte diangkat sebagai pengganti Luciano Spalletti yang didepak usai membawa Inter Milan kembali finis di empat besar.

Conte langsung mengubah wajah Inter sebagai salah satu klub yang berbahaya di Serie A. Sekarang ini, mereka tengah menduduki puncak klasemen sementara dan meraih poin yang sama dengan sang juara bertahan, Juventus.

Sama seperti Juventus, mereka juga baru menelan satu kekalahan saja. Rekor kebobolannya pun kian membaik, di mana mereka baru ada 14 bola yang bersarang ke gawang Samir Handanovic.

 

6 dari 6 halaman

Rasisme yang Masih Hidup

Pemain AS Roma, Chris Smalling, dan striker Inter Milan, Romelu Lukaku. (AFP/Miguel Medina)

Rasisme masih menjadi momok bagi Serie A di tahun 2019 ini. Bahkan bisa dikatakan lebih parah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Kasus pertama terjadi pada bulan Maret, di mana Moise Kean menjadi sasaran ejekan bernada rasis dari oknum fans Cagliari. Eks striker Juventus itu bahkan sampai membalas dengan memprovokasi balik mereka usai mencetak gol.

Romelu Lukaku bahkan sudah merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan saat baru menjalani laga kedua Serie A bersama Inter Milan. Dan lagi-lagi, aksi rasis tersebut datang dari segelintir fans Cagliari.

Terakhir ada Mario Balotelli yang sekarang memperkuat klub promosi, Brescia. Ia mendapatkan ejekan dari suporter Hellas Verona. Balotelli bahkan harus dibujuk oleh pemain dari dua klub tersebut agar tidak meninggalkan permainan.

Disadur dari : Bola.net

Penulis : Yaumil Azis

Publish : Minggu, 29 Desember 2019