Sekilas Kisah Pilu Manchester United Kala Disalip Arsenal Padahal Sudah Unggul 12 Poin, Sakitnya Tuh Di Sini

oleh Nurfahmi Budi diperbarui 18 Feb 2021, 11:35 WIB
Roy Keane dkk melakukan selebrasi. Manchester United pernah mengalami nasib tak mengenakkan pada 1997/1998. (AFP/Paul Barker)

Bola.com, Jakarta - Manchester City menjadi perbincangan hangat setelah memastikan bisa menambah selisih poin dengan para pesaing di klasemen sementara Liga Inggris 2020/2021. Kemenangan atas Everton, Kamis (18/2/2021) dini hari WIB, membuat mereka nyaman di puncak.

Pada laga di markas Everton, Stadion Goodison Park, Manchester City unggul 3-1 atas tuan rumah. Tiga gol tim tamu lahir via kaki Phil Foden, Riyad Mahrez dan Bernardo Silva. Satu gol Everton datang dari Richarlison.

Advertisement

Membawa tiga angka dari kota pelabuhan, Manchester City unggul 10 poin dari Manchester United dan Leicester City. Artinya, kabar ini menjadi sesuatu yang menggembirakan sebelum jadwal padat merayap sampai akhir musim.

Meski membawa kegembiraan, bukan berarti Manchester City bisa berleha-leha. Sejarah membuktikan, ada dua tim yang pernah merasakan 'kecele' dan tak mawas diri, sehingga keunggulan minimal 10 poin, menjadi lenyap dan berganti duka.

Satu di antara yang mengalami kisah pilu nan menyesakkan itu adalah Manchester United. Peristiwa ini terjadi pada musim 1997/1998, terutama setelah Manchester United kehilngan Eric Cantona, dan tak banyak membeli pemain.

 

Video MU

2 dari 3 halaman

Ini Ceritanya

Roy Keane pernah mengalami masa tak mengenakkan berasma Manchester United pada 1997/1998. (AFP/Andrew Yates)

Kala itu, pasukan Sir Alex Ferguson mengawali musim dengan sempurna. Mereka terus berada di atas tanpa ada yang bisa mengadang. Bahkan, Roy Keane dkk sempat unggul sampai 12 poin dari Arsenal, yang kala itu terus menempel sejak pekan ke-4.

Sampai petaka itu datang sejak masuk ke bulan Maret, sebuah periode yang banyak orang menilai sebagai fase menentukan dan paling menyiksa. Sinyal melempem Manchester United terlihat ketika mereka membutuhkan gol Paul Scholes ke gawang West Ham di Upton Park, sehingga laga berakhir imbang 1-1.

Pada saat bersamaan, Arsenal unggul 1-0 atas Wimbledon. Hasil itu menjadi modal bagi dua tim ini bersua pada akhir pekan, Sabtu 14 Maret 1998. Hasil akhir pertarungan besar tersebut menjadi milik Arsenal.

Arsenal menang setelah Marc Overmars menaklukkan Peter Schmeichel, 15 menit sebelum bubaran. Overmars sanggup memanfaatkan heading Nicolas Anelka, yang membuat fans Manchester United tertunduk lesu, lemah dan terasa pilu.

 

3 dari 3 halaman

Resmi Tersungkur

Setelah kekalahan itu, Manchester United seolah terjun bebas. Mereka kehilangan empat poin ketika tertahan Liverpool (10/4/1998) dan Newcastle United (18/4/1998). Dua laga tersebut berakhir 1-1.

Gara-gara imbang versus The Magpies, Manchester United kehilangan singgasana, digantikan Arsenal. Setan Merah sempat mengancam berkat kemenangan atas Crystal Palace dan Blackburn Rovers.

Sayang, Arsenal bisa menjaga jarak setelah menghajar Blackburn Rovers (4-1) dan Wimbledon (5-0). Pada laga terakhir, Manchester United menang atas Barnsley, tapi itu tak berarti apa-apa karena Arsenal tetap menjadi jawara.

 

Berita Terkait