Setelah 24 Tahun Pensiun, Arrigo Sacchi Ingin Kembali Aktif Melatih di Usia Senja

Bola.com, Jakarta - Arrigo Sacchi, pelatih legendaris asal Italia, telah mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke dunia kepelatihan setelah 24 tahun pensiun. Pengakuan ini disampaikan Selasa hari ini waktu setempat, dan mengejutkan banyak pihak.

Kendati belum ada detail mengenai klub atau tim yang ingin dilatihnya, pernyataan ini langsung menarik perhatian penggemar sepak bola di seluruh dunia.

Pasalnya, Sacchi dikenal sebagai satu di antara pelatih paling berpengaruh dalam sejarah sepak bola modern.

Sacchi, yang kini berusia 78 tahun, memiliki rekam jejak cemerlang, terutama saat menjabat sebagai pelatih AC Milan.

Di bawah kepemimpinannya, Milan meraih dua gelar Liga Champions pada 1989 dan 1990. Selain itu, ia membawa Timnas Italia mencapai final Piala Dunia 1994. Keberhasilan tersebut menjadikannya sosok yang dihormati dan diakui di dunia sepak bola.

"Saya sedang memikirkan untuk kembali melatih, baik di Italia maupun di luar negeri," ujar Sacchi dalam wawancara dengan Adnkronos.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa, meski sudah lama tidak mengelola tim profesional, semangat dan kecintaannya terhadap sepak bola masih membara.

Ia juga menambahkan bahwa ia telah melakukan pembicaraan dengan beberapa tim di berbagai negara, termasuk Eropa dan Amerika Selatan.

"Saya memiliki beberapa opsi, tetapi saya tidak tahu apakah saya akan bisa melakukannya di Italia," ungkap Sacchi.

Hal ini menunjukkan keraguan yang mungkin muncul akibat kecintaannya yang mendalam terhadap negara asalnya.

"Saya memiliki satu kekurangan: saya mengatakan apa yang saya pikirkan dan terkadang saya harus mengatakan hal-hal tentang kita juga, dan saya merasa menyesal untuk mengatakannya kadang-kadang," tutur mantan pelatih Parma dan Atletico Madrid ini.

Sacchi dikenal luas karena revolusi taktik yang ia terapkan selama masa kepelatihannya.

Filosofi permainan yang ia usung, yang menekankan pada penguasaan bola dan permainan kolektif, telah menjadi acuan bagi banyak pelatih di seluruh dunia. Konsep ini tidak hanya mengubah cara bermain AC Milan, tetapi juga memengaruhi tim-tim lain dalam sepak bola internasional.

Keberhasilan Sacchi di AC Milan tidak lepas dari kemampuannya untuk mengembangkan pemain-pemain berbakat. Ia mampu mengubah pemain-pemain muda menjadi bintang-bintang dunia, seperti Marco van Basten dan Franco Baresi.

Dengan pendekatan yang inovatif, Sacchi mengajarkan pentingnya disiplin dan kerja sama tim, yang menjadi kunci kesuksesan Milan di pentas Eropa.

Setelah meninggalkan kursi kepelatihan di Parma pada 2001, Sacchi tidak sepenuhnya menjauh dari dunia sepak bola.

Ia sempat menjabat sebagai direktur olahraga di Real Madrid tahun 2004-2005 dan kemudian menjadi koordinator teknis untuk tim muda Italia antara tahun 2010 hingga 2014.

Meski demikian, banyak penggemar yang merindukan kehadirannya di pinggir lapangan sebagai pelatih.

Selain itu, Sacchi aktif sebagai kolumnis di La Gazzetta dello Sport, di mana ia memberikan analisis dan pandangan mengenai perkembangan sepak bola saat ini.

Keterlibatannya dalam media menunjukkan bahwa ia tetap mengikuti perkembangan dunia sepak bola, meski tidak lagi terlibat langsung sebagai pelatih.

Pernyataan Sacchi tentang keinginannya untuk kembali melatih telah memicu antusiasme di kalangan penggemar sepak bola. Banyak yang berharap ia dapat membawa kembali filosofi permainan yang sukses dan menginspirasi generasi pelatih dan pemain baru.

Dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya, Sacchi dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi klub mana pun yang beruntung memilikinya.

"Mereka juga telah meminta saya, misalnya di Brasil, Argentina, Spanyol, dan banyak negara lainnya," tambah Sacchi.

Hal ini menunjukkan bahwa meski ia memiliki keraguan untuk kembali ke Italia, banyak klub di luar negeri yang masih menghargai kemampuannya dan ingin memanfaatkan pengalaman yang dimilikinya.