Kenapa sih Guardiola Merombak 10 Pemain di Liga Champions? Ujungnya Man City Kalah dari Leverkusen, Ini Penjelasannya

"Saya ingin melakukan 11 perubahan, tapi saya tidak punya pemain untuk membuat 11," ujar Guardiola kepada TNT Sport sebelum pertandingan.

"Kalau Anda punya skuad berisi 22 pemain dan hanya memainkan 11, terus begitu, maka Anda sebenarnya tidak punya 22 pemain, Anda hanya punya 11. Kami harus menjalani semuanya bersama-sama, pertandingan sangat banyak dan kami butuh kaki-kaki segar, semua terlibat. Saya senang memberi kesempatan bermain pada mereka," ujarnya.

"Itulah alasan mereka menjadi pemain Man City, karena mereka semua benar-benar bagus. Jadi, saya memilih line-up ini," tambahnya.

Dengan kata lain, Guardiola menurunkan tim yang mirip skuad Carabao Cup.

Namun, ketika Patrik Schick membuat skor menjadi 2-0 di awal babak kedua, tampak jelas bahwa juara Bundesliga 2023/24 itu berada di level yang jauh berbeda dibanding Huddersfield Town atau Swansea City, dua tim Inggris yang sebelumnya mereka libas di turnamen piala domestik.

Guardiola menurunkan susunan pemain yang sama dalam tiga laga Premier League terakhir, hal yang jarang dia lakukan.

Namun, Man City masih dalam fase transisi setelah musim 2024/25 runtuh di periode yang sama tahun lalu, memaksa klub melakukan dua bursa transfer yang sangat sibuk.

Karena itu Guardiola masih mencari pola terbaik, termasuk bagaimana menyelaraskan duet kreator Phil Foden dan Rayan, serta bagaimana mendapatkan kontrol permainan yang ia inginkan sambil tetap memaksimalkan produktivitas Erling Haaland.

Menurut Guardiola, pengulangan adalah kunci. Dia biasanya baru memilih XI yang benar-benar stabil di penghujung musim, ketika para pemain sudah menunjukkan konsistensi selama berbulan-bulan.

Guardiola juga beberapa kali menyinggung soal "vibes", suasana tim, yang harus tetap positif, terutama setelah perpecahan musim lalu yang menyebabkan skuad rapuh dan kapten Kyle Walker bahkan memutuskan pindah ke AC Milan sebagai pemain pinjaman pada Januari.

Namun malam itu, vibes justru buruk. Tim yang kurang berpengalaman dan sudah sering mendengar bahwa Man City sangat bergantung pada Haaland untuk mencetak gol, tampil tanpa menciptakan peluang berarti.

Mereka pun menelan dua kekalahan beruntun setelah sebelumnya kalah dari Newcastle.

Rico Lewis, Oscar Bobb, dan Rayan Ait-Nouri juga harus ditarik keluar setelah penampilan buruk di babak pertama. Man City baru terlihat hidup setelah Haaland, Foden, dan Jeremy Doku masuk, tetapi saat itu pertandingan sudah tak bisa diselamatkan.

Guardiola kerap menyatakan betapa ia mencintai Liga Champions. Namun, keberaniannya menurunkan tim pelapis menunjukkan bahwa format baru kompetisi ini membuat risiko menjadi jauh lebih kecil.

The Sky Blues sudah mengoleksi 10 poin, dan dua kemenangan dari tiga laga tersisa melawan Real Madrid, Bodo/Glimt, dan Galatasaray kemungkinan cukup untuk mengamankan posisi delapan besar.

Meski begitu, andai kalah di Santiago Bernabeu pada 11 Desember mendatang, bisa membuat keputusan malam ini terlihat jauh lebih keliru.

"Ya, terlalu banyak perubahan," ucap Guardiola dalam konferensi pers usai pertandingan.

"Dalam musim yang panjang, semua pemain harus terlibat, tapi mungkin kali ini terlalu banyak, melihat hasilnya. Mereka bermain dengan mentalitas tidak membuat kesalahan, bukan dengan mentalitas melakukan apa yang harus dilakukan. Ketika Anda bermain tidak untuk menghukum lawan, Anda tidak bebas, tidak rileks, baik dengan bola maupun tanpa bola. Kami sebenarnya cukup dekat, tetapi tidak cukup agresif," ulas Guardlola. 

"Kalau Anda sering bermain, Anda lebih nyaman. Tapi, pemain yang jarang bermain mungkin berpikir mereka tidak boleh melakukan kesalahan. Namun, justru pada momen itu mereka harus bebas, berani salah. Menembus garis, bergerak, mendekat, dan melakukan yang seharusnya dilakukan. Kesalahan itu wajar, tapi ada tindakan yang harus dilakukan dan kami terlalu jarang melakukannya," lanjutnya.

Guardiola memang tidak akan mengakuinya, tetapi ia tampaknya menilai bahwa dua pertandingan Premier League dalam empat hari melawan Leeds United (peringkat 18) dan Fulham (peringkat 15) jauh lebih penting dan memiliki margin kesalahan lebih kecil dibanding pertandingan Liga Champions yang disebut-sebut sebagai laga besar melawan tim peringkat tiga Bundesliga.

Arsenal unggul tujuh poin di puncak klasemen di Premier League, dan sesuatu harus dikorbankan. Namun, performa lemah para pemain pelapis menunjukkan bahwa kedalaman skuad Man City mungkin tidak cukup untuk bersaing dalam perburuan gelar.

Guardiola sudah mengalami malam-malam Liga Champions yang lebih baik dan beberapa yang lebih menyakitkan. Akan tetapi, mungkin belum pernah ada malam yang terasa sesenig dan sesulit dipahami seperti ini.

Sumber: Sporting News