Sukses


Ajat Sudrajat: Idola Bobotoh Persib dan Acungan Jari Tengah ke Pemain Arema

Bola.com, Jakarta - Sosok Ajat Sudrajat akan terus tersimpan di memori Bobotoh, suporter fanatik Persib Bandung. Dirinya dianggap Sang Pangeran meski sosoknya kontroversial.

Periode 1980-an jadi era kebangkitan Persib Bandung di pentas sepak bola nasional. Terakhir meraih trofi juara Perserikatan pada 1961, tim kebanggaan Jawa Barat ini kembali berada di jajaran elit usai mengalahkan Perseman Manokwari 1-0 pada final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 11 Maret 1986.

Sukses ini membayar kegagalan pada dua musim sebelumnya, di mana Persib hanya bertengger di peringkat dua pada kompetisi 1983 dan 1985 setelah kalah menghadapi lawan yang sama, PSMS Medan pada laga puncak. Persib menutup era 1980-an dengan meraih trofi juara pada musim 1989-1990 usai mengalahkan Persebaya 2-0 di Stadion Gelora Bung Karno, 11 Maret 1990.

Tak hanya di level nasional, pada periode ini, nama Persib pun menggema di pentas internasional dengan meraih gelar pada turnamen Pesta Sukan Brunei Darussalam 1986. Di partai puncak yang berlangsung di Stadion Sultan Hassanal Bolkiah Bandar Seri Begawan, 27 Juli 1986, Maung Bandung mengalahkan tim nasional Malaysia 1-0.

Keberhasilan Persib pada ajang bergengsi di atas tak bisa dilepaskan dari sosok Ajat Sudrajat, striker kharismatik sekaligus kontroversial yang menjadi legenda hidup kecintaan Bobotoh.

Elegan dengan insting mencetak gol yang tinggi kental melekat pada diri Ajat saat beraksi bersama Persib di lapangan hijau. Penampilan ciamik Ajat itu pun dianggap mewakili karakter khas Persib, yakni mengandalkan permainan dari kaki ke kaki yang cepat untuk 'membunuh lawan'.

Pendirian Monumen Sepakbola berbentuk patung pemain pada 1990 di Jalan Tamblong erat dikaitkan dengan Ajat sebagai bukti pengakuan dan kecintaan masyarakat Bandung kepadanya.

 

Video

2 dari 3 halaman

Pemain Asli Bandung

Ajat adalah produk binaan klub amatir Bandung, Jawa Barat. Pemain kelahiran Bandung 5 Juli 1962 ini mengawali kariernya dengan bergabung pada klub amatir, Propelat pada 1977. Tiga tahun mengasah kemampuan di klub itu, Ajat mulai mencuri perhatian publik setelah membawa klubnya meraih gelar pada sebuah turnamen di Jawa Barat sekaligus menjadi pemain terbaik.

Meski posturnya terbilang pendek untuk ukuran striker, Ajat kerap mencetak gol lewat sundulan. Tak ayal, kelebihan itu membuat bobotoh menyamakan aksinya dengan legenda sepakbola Argentina dan Napoli, Diego Maradona.

Ajat mengawali kiprahnya bersama Persib Bandung pada kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1983-1984. Pada musim itu, Ajat menjadi buah bibir ketika mencetak gol penentu kemenangan Persib atas tuan rumah PSP Padang pada putaran pertama penyisihan Grup Barat di Stadion Imam Bonjol.

Kemenangan itu sangat vital untuk mengangkat kepercayaan diri tim setelah pada tiga partai terdahulu, Persib gagal menang. Masing-masing kalah 0-1 dari PSMS Medan serta dua kali imbang menghadapi Persiraja Aceh 2-2 dan Persija Jakarta 0-0.

Terbukti pada putaran kedua di Stadion Siliwangi, Persib menyapu bersih setiap laga dengan kemenangan. Termasuk melibas PSP Padang 5-0 yang diwarnai hattrick perdana Ajat di level Divisi Utama. Sukses Ajat bersama Persib berlanjut pada babak 4 Besar di Stadion Gelora Bung Karno dengan menjadi juara grup. Sayang, Ajat gagal menuntaskan kiprah cemerlang pada debutnya itu. Persib gagal meraih juara setelah kalah 0-1 dari PSMS pada laga final.

Setelah itu, aksi Ajat di lapangan hijau selalu jadi trademark Persib. Bersama tim berjulukan Maung Bandung itu, Ajat meraih dua gelar Perserikatan pada 1986 dan 1990 plus juara Pesta Sukan Brunei 1986.

Penampilannya bersama Persib mengantar Ajat masuk skuat tim nasional. Namun, kariernya di tim nasional tak secemerlang kala membela Persib. Pengalaman pahit Ajat di timnas kala Indonesia dibantai Thailand 0-7 pada semifinal Sea Games 1985 di Stadion Supachalasai, Bangkok.

3 dari 3 halaman

Jari Tengah kepada Arema

Di balik aksi ciamiknya, ada sisi lain yang menandai kiprah Ajat bersama Persib. Pada 1990, ia memutuskan tak lagi memperkuat klub yang membesarkan namanya itu. Ajat terlibat konflik dengan pengurus Persib terkait bonus juara Piala Perserikatan 1990. Ia pun hengkang ke Bandung Raya, klub Galatama yang bermarkas di Bandung.

Pada tahun yang sama, Ajat sempat menjadi 'musuh bersama' suporter Arema Malang di Grup B Piala Utama yang berlangsung di Stadion Siliwangi. Ajang ini mempertemukan empat jagoan tim Perserikatan dan Galatama.

Pada laga itu, penampilan pemain Arema yang keras menjurus kasar diredam oleh gol ciamik Ajat yang memnafaatkan tendangan bebas Djadjang Nurdjaman. Saat berselebrasi, Ajat mengacungkan jari tengahnya ke pemain Arema.

Sebagai catatan, di grup ini, Persib memborong seluruh partai dengan kemenangan. Dua laga lainnya, masing-masing mengalahkan Persija Jakarta 4-0 dan Krama Yudha Tiga Berlian 1-0 Di ajang ini, langkah Persib dihentikan oleh Pelita Jaya di semifinal yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, 25 November. Pada laga yang dibumbui kericuhan, Persib kalah 2-3.

Di sisi lain, ada catatan lain terkait dengan kebersamaan Ajat bersama Persib. Di saat legenda lain seperti Robby Darwis, Yusuf Bachtiar, Djajang Nurdjaman, dan Sutiono Lamso mengakhiri kiprahnya dengan menjadikan Persib sebagai klub terakhir mereka meraih trofi juara, Ajat malah berbeda.

Ajat meraih gelar di pengujung kariernya sebagai pemain dengan membawa Mastrans Bandung Raya mengalahkan PSM Makassar 2-0 di final Liga Indonesia 1995-1996.

Video Populer

Foto Populer