Misteri Sulitnya Pembalap Wanita Tembus F1: Bayangkan Kali Terakhir Terjadi pada 1992!

Para pembalap wanita yang mengikuti F1 Academy 2025, event yang memang hanya diperuntukkan oleh kaum Hawa. (F1 Academy)... Selengkapnya

Bola.com, Jakarta - Rekam jejak menuliskan dalam sejarah ajang balap jet darat hanya lima perempuan yang pernah mentas di F1 dan tidak ada satupun sejak 1992.

Pada F1 GP Spanyol 1975, yang dihentikan karena kecelakaan yang menewaskan empat orang, Lella Lombardi menjadi perempuan pertama dan satu-satunya yang mencetak poin di F1.

Beberapa perempuan pernah menjadi test driver atau pengembangan untuk tim F1. Contohnya Susie Wolff berpartisipasi dalam empat sesi latihan bebas untuk Williams pada musim 2014 dan 2015.

Di Amerika Serikat, khususnya di seri IndyCar, perempuan justru jauh lebih sukses di balapan mobil kursi tunggal. Danica Patrick menjadi perempuan pertama yang memenangkan balapan IndyCar pada 2008.

Sementara Simona De Silvestro, yang sempat direncanakan membalap untuk Sauber di F1 pada 2015, meraih podium di Houston pada 2012.

Ada juga tim khusus perempuan yang berlaga di World Endurance Championship, dengan lima pembalap berpartisipasi di ajang 24 Hours of Le Mans awal bulan ini.

F1 Academy, kategori setara F4 khusus perempuan, didirikan pada 2023 dan hanya mengizinkan pembalap wanita ikut serta, dengan tujuan utama akhirnya membawa pembalap perempuan ke Formula 1.

Semua tim F1 mendukung seri ini dan masing-masing memiliki satu pembalap yang menggunakan branding tim mereka. Abbi Pulling memenangkan gelar tahun lalu, yang memberinya kursi penuh di Kejuaraan GB3 untuk musim ini.

2 dari 3 halaman

Masalah Pembalap Wanita Sulit ke F1

Bagi sebagian besar peserta, pendanaan adalah masalah besar untuk bisa melangkah lebih jauh dari level tersebut, namun ada hambatan besar lainnya.

Carrie Schreiner, yang membalap untuk Sauber di F1 Academy edisi 2023 dan 2024 serta memenangkan satu balapan, memberikan pandangannya tentang apa yang juga menghambat pembalap perempuan mendekati F1 saat ini.

“Ada terlalu sedikit perempuan. Itulah mengapa mungkin akan butuh beberapa tahun lagi," Carrie menuturkan kepada media Jerman, Bild.

“Masalahnya, kamu butuh Super Licence untuk Formula 1. Untuk mendapatkannya, kamu perlu 40 poin yang didapatkan di seri junior seperti Formula 2 atau Formula 3. Kamu harus masuk ke sana lalu berada di depan atau memenangkan balapan. Belum ada perempuan yang berhasil melakukannya."

"Siapa pun yang memenangkan musim F1 Academy mendapat 10 poin. Itu artinya Anda tidak bisa langsung dapat kursi di F1. Tidak ada bos tim F1 yang bisa berkata: Saya akan merekut pembalap perempuan saat ini, hanya karena dia wanita. Itu tidak realistis."

"Kami perempuan didukung di F1 Academy dan semua orang di luar sana diperlihatkan bahwa ini bukan hanya olahraga laki-laki. Kami harus lebih percaya diri. Semakin banyak perempuan yang ikut, semakin besar peluang salah satu dari mereka bisa berhasil suatu saat nanti," harap Carrie.

3 dari 3 halaman

Sosok Doriane Pin

Pemimpin klasemen F1 Academy saat ini adalah pembalap Prancis Doriane Pin, yang musim lalu finis kedua di belakang Pulling dan merupakan bagian dari tim junior Mercedes.

Dalam sebuah wawancara Desember lalu, Lewis Hamilton menyebut Pin yang berusia 21 tahun sebagai salah satu dari dua pembalap yang akan ia pilih untuk membalap di tim F1 miliknya sendiri.

"Dia keren banget. Jika saya membuat tim, mungkin suatu hari nanti, tim itu akan beragam sejak awal," Lewis Hamilton menuturkan.