Kondisi Menyedihkan Wisma Eri Irianto Persebaya yang Tak Terurus

oleh Zaidan Nazarul diperbarui 15 Jan 2016, 18:00 WIB
Piala-piala yang dimenangi Persebaya masih terpasang rapi di Mes Eri Irianto. (Bola.com/Zaidan Nazarul)

Bola.com, Surabaya - Kondisi bekas mes Persebaya Surabaya atau Wisma Eri Irianto yang terletak di Jalan Karanggayam 1, Surabaya, semakin parah. Kerusakan di beberapa bagian bangunan tersebut terus meluas. Mes pun tampak kumuh karena tak terurus dengan baik.

Hal itu tampak ketika bola.com menyambangi gedung yang menjadi saksi bisu kejayaan Persebaya di masa lalu itu pada Jumat (15/1/2016). Hal itu bisa dilihat di sejumlah bagian luar dan dalam gedung. Dinding, atap, serta lantai yang dulu selalu putih-bersih, kini pudar karena catnya mulai mengelupas, tertumpuk debu dan noda.

Bahkan di bagian tembok sisi kiri pintu masuk utama, tampak noda coklat yang memanjang dari atas hingga ke bawah. Noda tersebut merupakan bekas aliran air hujan dari atap gedung yang bocor.

Bekas genangan air hujan juga terlihat di atap dan lantai gedung. Bahkan salah satu aliran air hujan itu mengarah ke saluran instalasi listrik dan lampu. Jika dibiarkan, tentu tak hanya menimbulkan kerusakan yang kian parah, tapi juga mengancam keselamatan karyawan di sana.

Advertisement

“Kalau pas hujan seperti air terjun. Semua area mes banjir, ruang-ruang kemasukan air. Perabotan kayu yang ada di dalam ruangan sampai rapuh. Beberapa di antaranya dimakan rayap,” ujar Putut Suwartono, karyawan mes Persebaya yang sudah mengabdi sejak 1986 itu.

Mes Eri Irianto tempat yang melahirkan legenda-legenda Persebaya Surabaya kondisinya benar-benar menyedihkan karena tidak diurus. (Bola.com/Zaidan Nazarul)

Tak hanya properti sekretariat yang dimakan rayap, sejumlah arsip dan berkas yang disimpan di dalam rak juga hancur lantaran turut dimakan rayap. Sayang, bola.com tidak bisa mendokumentasikan barang-barang dan arsip yang rusak itu karena sudah dibakar oleh karyawan beberapa hari sebelumnya.

Pintu kaca setiap ruangan serta jendela tak lagi memantul, karena terlapisi debu dan sarang laba-laba. Belum lagi banyaknya keramik di lantai 1 yang terlepas.  Saat ini, kerusakan keramik itu mulai merembet ke tangga menuju lantai 2.  

 

 

“Bagaimana tidak rusak, tidak ada biaya untuk merawatnya. Pengurus tidak pernah muncul di mes. Sementara itu, karyawan tidak diperhatikan,” ujar Ratno, sekuriti bekas mes Persebaya yang sudah tidak menerima gaji 23 bulan terakhir.

Gambaran tentang mes yang juga dinamai Wisma Eri Irianto (nama eks pemain Persebaya yang meninggal dunia saat masih aktif bermain) itu tampak semakin jelas di lantai 2. Ada tumpukan sejumlah botol air mineral bercampur sprei kumal yang tak terpakai di teras depan mes yang biasanya digunakan sebagai lokasi pemain menjalani terapi pijat.

Masih di lokasi yang sama, di atas meja pijat pemain terdapat tumpukan bantal lusuh dan kotor. Untung, puluhan piala yang menjadi bukti masa keemasan Persebaya sejak era perserikatan hingga Liga Indonesia masih utuh dan dalam kondisi baik.

Maklum, puluhan Piala serta kostum kebesaran Eri Irianto itu berada di dalam lemari kaca yang terbingkai dari aluminium. Lemari ini memproteksi semua yang ada di dalam karena  kedap udara.

Keadaan ini terjadi sejak Persebaya 1927 bubar jalan menyusul tidak mendapatkan pengakuan sebagai anggota PSSI pada tahun 2013 lalu. Akibatnya, gedung yang dibangun pada tahun 1991 atau di era Purnomo Kasidi (mantan Wali Kota Surabaya dan Ketua Umum Persebaya) ini tak lagi terawat.

Kondisi lantai Mes Eri Irianto rusak parah karena lama tidak ditempati awak tim Persebaya Surabaya. (Bola.com/Zaidan Nazrul)

Jika terus dibiarkan seperti ini tanpa ada perhatian dari pemerintah kota setempat dan pengurus Persebaya 1927, tak tertutup kemungkinan gedung ini hanya tinggal puing-puing. Karena saat ini saja, ada beberapa penyanggah genting yang sudah rusak.

“Garvalum yang dipakai untuk menyanggah genting ada yang sudah reyot dan gentingnya pecah. Di sisi luar, ada asbes plastik yang juga pecah dan rusak. sehingga air hujan langsung masuk ke dalam gedung. Jika tidak dirawat, mungkin bangunan ini tinggal menunggu waktu saja,” kata M. Faisol, sekuriti bekas mes Persebaya lainnya.

Sangat ironis karena dari sinilah banyak pemain hebat dilahirkan. Tak hanya pemain asal Surabaya, beberapa mantan pemain top yang berasal dari luar Jawa pun pernah merasakan ditempa di mes  Persebaya 1927 ini.

Sayang, hingga kini tidak ada tanda-tanda dari Pemkot Surabaya maupun pengurus yang berinisatif untuk menyelamatkan aset sepak bola Surabaya paling berharga di kota ini.