Bola.com, Jakarta - Keterlibatan pengusaha Indonesia dalam dunia sepak bola internasional semakin meluas dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa saham klub di Italia, Inggris, Australia, hingga Belgia dimiliki taipan asal Indonesia.
Secara keseluruhan, musim 2024/2025 menunjukkan hasil yang beragam dari investasi pengusaha Indonesia di klub sepak bola luar negeri. Como 1907 menjadi kejutan positif di Serie A, menunjukkan manajemen yang baik dan investasi yang tepat sasaran.
Baca Juga
Efek Domino Kepergian Xabi Alonso dari Leverkusen: Dampaknya bagi Real Madrid, Ancelotti, Fabregas, dan Como
Sepak Terjang Como 1907 setelah Kembali ke Serie A: Klub Milik Orang Indonesia yang Mampu Bersaing dengan AC Milan
3 Stadion Terkecil di Liga Italia Serie A yang Menuai Atensi Publik: Ada Mabes Kapten Timnas Indonesia
Advertisement
FCV Dender mampu menunjukkan soliditas di Belgian Pro League. Sementara itu, Brisbane Roar dan Oxford United harus berjuang keras di liga masing-masing dan menunjukkan investasi saja tidak cukup tanpa strategi dan implementasi yang efektif di lapangan.
Perbandingan penampilan keempat klub tersebut, memberikan pelajaran berharga tentang kompleksitas pengelolaan klub sepak bola di berbagai liga dengan tantangan dan dinamika yang berbeda.
Keberhasilan Como bisa menjadi model, sementara tantangan yang dihadapi Brisbane Roar dan Oxford United menjadi pengingat kesuksesan membutuhkan lebih dari sekadar dukungan finansial.
Berikut ini perbandingan penampilan Como 1907, FCV Dender, Brisbane Roar, dan Oxford United pada musim ini yang sahamnya dimiliki pengusaha Indonesia.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Como 1907
Kepemilikan keluarga Hartono melalui SENT Entertainment Ltd. di Como 1907 menunjukkan dampak positif yang signifikan. Setelah promosi dramatis ke Serie A pada awal musim ini, banyak yang memprediksi Como akan kesulitan bersaing.
Namun, di bawah arahan Cesc Fabregas dan dengan dukungan finansial yang stabil, Como mampu tampil mengejutkan. Duduk di peringkat ke-12 dengan 39 poin dari 33 pertandingan adalah pencapaian yang patut diacungi jempol untuk tim promosi.
Keseimbangan antara kemenangan (10), hasil imbang (9), dan kekalahan (14) menunjukkan soliditas tim. Mereka mampu meraih poin penting melawan tim-tim kuat dan menunjukkan daya saing di liga yang dikenal taktis dan kompetitif.
Keberhasilan Como bertahan di Serie A pada musim pertamanya setelah penantian panjang adalah bukti investasi yang cerdas dan manajemen tim yang efektif. Kehadiran pemain seperti Assane Diao juga memberikan kontribusi signifikan, menambah kualitas dan pengalaman di skuad.
Â
Advertisement
FCV Dender
Musim 2024/2025 Belgian Pro League telah menorehkan catatan tersendiri bagi FCV Dender, klub yang berada di bawah kepemilikan pengusaha Indonesia, Sihar Sitorus. Mereka finis di posisi ke-12 klasemen akhir dengan raihan 32 poin.
Dender memetik 32 poin berkat 8 kemenangan, 8 hasil imbang, dan 14 kekalahan dari 30 pertandingan. Hasil itu menggambarkan perjalanan tim yang cenderung stabil di papan tengah, namun menyimpan asa untuk berlaga di Liga Europa musim depan via jalur play-off.
Secara keseluruhan, penampilan Dender musim ini bisa dibilang solid namun belum istimewa. Mereka mampu mengamankan posisi di papan tengah, menunjukkan bahwa investasi Sihar Sitorus memberikan stabilitas bagi klub.
Namun, untuk bersaing di papan atas dan meraih tiket kompetisi Eropa secara langsung, Dender perlu meningkatkan performa di berbagai aspek, terutama dalam hal konsistensi meraih kemenangan.
Â
Brisbane Roar
Kondisi kontras dialami Brisbane Roar, klub yang dimiliki Bakrie Group. Terjebak di peringkat ke-12 dari 13 tim di A-League, dengan hanya 15 poin dari 24 pertandingan adalah hasil yang sangat mengecewakan.
Torehan kurang oke itu pun menggambarkan performa yang jauh dari harapan. Meskipun mendatangkan pemain Timnas Indonesia, Rafael Struick, kontribusinya belum signifikan dalam mengangkat performa tim.
Inkonsistensi dan masalah di berbagai lini tampaknya menjadi kendala utama bagi Brisbane Roar musim ini. Posisi juru kunci yang mereka tempati mengindikasikan perlunya evaluasi mendalam terhadap manajemen tim, strategi transfer, dan taktik permainan untuk musim mendatang.
Â
Advertisement
Oxford United
Oxford United, yang saham mayoritasnya dimiliki Erick Thohir dan Anindya Bakrie, menghadapi musim yang berat di Divisi Championship. Berada di urutan ke-19 dengan 49 poin dari 44 pertandingan, hasil dari 12 kemenangan, 13 hasil imbang, dan 19 kekalahan, menunjukkan mereka sedang berjuang untuk menghindari zona degradasi.
Setelah promosi, tantangan di Championship terbukti lebih berat dari yang diperkirakan. Inkonsistensi performa menjadi masalah utama, meskipun sempat ada harapan dengan pergantian manajer.
Dengan sisa beberapa pertandingan, Oxford United harus berjuang keras untuk mengamankan poin agar tetap bertahan di kasta kedua Liga Inggris. Investasi dari pengusaha Indonesia diharapkan dapat memberikan stabilitas finansial dan dukungan untuk membangun tim yang lebih kompetitif pada masa depan.