3 Faktor Kekalahan Timnas Indonesia U-23 dari Australia U-23: Masih Beda Kelas

oleh Aryo Atmaja diperbarui 27 Okt 2021, 09:49 WIB
Timnas Indonesia U-23 Vs Tajikistan U-23. (Instagram PSSI).

Bola.com, Jakarta Timnas Indonesia U-23 menelan kekalahan dari Timnas Australia U-23 pada leg pertama Grup G Kualifikasi Piala Asia U-23 2022. Skuad Garuda Muda kalah tipis 2-3 di Republican Central Stadium, Dushanbe, Tajikistan, Selasa (26/10/2021) malam.

Timnas Indonesia U-23 harus tertinggal dua gol lebih dahulu pada pertandingan ini. Marc Tokich membawa Australia U-23 unggul di menit ke-53, disusul gol Patrick Wood.

Advertisement

Gelandang Timnas Indonesia U-23, Witan Sulaeman sempat memperkecil kedudukan lewat gol indah kaki kirinya menit ke-63. Namun Australia kembali menjauh 1-3 lewat gol Jacob Italiano.

Enam menit menjelang waktu normal berakhir, Taufik Hidayat menipiskan jarak menjadi 2-3. Namun kekalahan Timnas Indonesia U-23 tidak dapat terhindarkan.

Anak asuh Shin Tae-yong masih memiliki peluang untuk menyingkirkan Australia U-23 pada leg kedua, Jumat (29/10/2021) mendatang. Dengan catata, Bagus Kahfi dkk. minimal wajib menang dengan selisih dua gol.

Bola.com memiliki sejumlah catatan yang menjadi faktor kekalahan Timnas Indonesia U-23 dari Australia U-23 di leg pertama. Perbedaan kualitas menjadi alasan utamanya.

2 dari 4 halaman

1. Lini Belakang Kurang Konsentrasi

Pemain Timnas Indonesia U-23, Bagus Kahfi (kanan), mencoba melepaskan diri dari kawalan dua pemain Australia U-23. (dok. PSSI)

Lini belakang Timnas Indonesia U-23 benar-benar diuji oleh permainan ofensif Australia U-23 sejak awal pertandingan. Serangan sporadic dilancarkan tim besutan Trevor Morgan yang mengandalkan Jacob Italiano dan Patrick Wood.

Benar saja laga baru berjalan tiga menit, Indonesia harus dihukum tendangan penalti karena pelanggaran terhadap Lewis Miller di area terlarang. Beruntung Timnas Indonesia U-23 punya Ernando Sutaryadi yang tampil gemilang.

Kiper Persebaya Surabaya itu menggagalkan tendangan penalti Patrick Wood. Ernando kemudian tampil berjibaku untuk beberapa kali menyelamatkan gawangnya dari kebobolan. Meski tetap saja jebol tiga kali di laga ini.

Kuartet lini belakang diisi Asnawi Mangkualam, Rizky Ridho, Alfeandra Dewangga, dan Pratama Arhan seperti kurang konsentrasi atas tiga gol dilesakkan oleh Australia U-23. Ditambah sederet peluang emas Australia yang sebenarnya bisa mencetak lebih dari tiga gol.

“Perasaan saya, Timnas Indonesia terlalu sering mendapat hukuman hadiah penalti karena mudahnya melanggar lawan. Barangkali karena keseringan dilakukan di sepak bola Indonesia yang ikut diterapkan ketika tampil di level internasional,” terang pengamat sepak bola nasional asal Solo, Aris Budi Sulistyo kepada Bola.com.

3 dari 4 halaman

2. Kurang Berani Menguasai Bola

Penyerang Timnas Indonesia U-23, Bagus Kahfi. (PSSI).

Timnas Australia U-23 bermain lebih taktis dan mendominasi permainan atas tim Merah-putih muda. Mereka memainkan sepak bola efektif namun banyak peluang, terbukti dengan tiga gol yang disarangkan.

Sementara permainan Timnas Indonesia U-23 lebih banyak didikte. Di sisi lain, para pemain Indonesia U-23 kurang berani mengasai bola dengan lama, karena masing serang mudah kehilangan.

Atau dengan mudahnya buntu di tengah jalan saat direbut lawan. Hal ini membuat kreativitas khusunya saat membangun serangan cukup minim, dan dengan mudah dibaca lawan.

“Harus lebih berani dalam menguasai bola, membuat permainan menjadi lebih rapi dan pemain semakin percaya diri. Namun saya lihat dengan mudahnya kehilangan bola,” ungkap Aris Budi.

4 dari 4 halaman

3. Sering Bermain Individu

Penyerang Timnas Indonesia U-23, Hanis Saghara, menyebut kekompakan semua pemain jadi kunci kemenangan 2-1 atas Tajikistan pada laga uji coba.

Faktor ini menjadi satu di antara bagian dari kegagalan Timnas Indonesia U-23 mengatasi Australia. Sebagian pemain masih terlihat ingin unjuk gigi memamerkan skilnya.

Seperti dengan mencoba melewati banyak pemain lawan melalui gocekan. Atau aksi lain yang sebenarnya tidak efektif ketika bermain sebagai kesatuan tim dan mengutamakan kerja sama.

“Saya yakin para pemain punya skill yang baik, tapi harus lebih pintar dalam bermain secara tim. Pertemuan kedua harus lebih mementingkan kerja sama bola dari kaki ke kaki. Intinya jangan membiarkan lawan menguasai permainan,” tegas mantan pelatih Persik Kediri itu.

Berita Terkait