Tiket Piala Dunia 2026 Mulai Naik Tajam, Turnamen Rakyat Kini Milik Kalangan Berduit

Ironis. Harga Tiket Piala Dunia 2026 merambat naik, suporter mulai tersingkir dari stadion.

Bola.com, Jakarta - Semboyan FIFA berbunyi "For the Game. For the World" (Untuk Pertandingan. Untuk Dunia).

Namun, dengan harga tiket Piala Dunia 2026 yang terus meroket bahkan sebelum undian grup digelar atau bola pertama ditendang, slogan itu kini terdengar makin jauh dari kenyataan.

Dalam waktu kurang dari dua hari setelah jendela penjualan pertama dibuka, FIFA diam-diam menaikkan harga tiket di sedikitnya sembilan pertandingan.

Tiket laga penyisihan grup Timnas Amerika Serikat di Los Angeles dan Seattle, misalnya, yang semula dijual seharga 535 dolar AS (sekitar Rp8,8 juta) pada Rabu, naik menjadi 565 dolar AS (Rp9,3 juta) di penghujung hari yang sama.

Kursi kategori terbawah, yang dikenal sebagai Category 3, juga tak luput dari kenaikan, dari 185 dolar AS (Rp3 juta) menjadi 205 dolar AS (Rp3,3 juta).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Siapa yang Diuntungkan?

Situasi serupa terjadi di stadion-stadion besar lain. Di MetLife Stadium, New York, harga tiket babak 16 besar kini telah menembus empat digit alias di atas 1.000 dolar AS (Rp16,5 juta), sementara tiket perempat final di Kansas City dipatok mendekati 1.200 dolar AS (Rp19,8 juta).

FIFA menyebut sistem ini sebagai "variable pricing", mekanisme yang diklaim bertujuan melindungi suporter dari praktik calo. Namun, banyak yang mempertanyakan siapa sebenarnya yang diuntungkan.

Pasalnya, badan sepak bola dunia itu kini memiliki platform penjualan ulang (resale platform) sendiri, dan menarik dua kali potongan 15 persen dari setiap transaksi.

Lebih jauh lagi, FIFA bahkan menjual "Right To Buy" digital token seharga 3.999 dolar AS (sekitar Rp66,2 juta). Token itu bukan tiket pertandingan, melainkan hanya "hak istimewa" untuk membeli tiket di tahap berikutnya!

3 dari 3 halaman

Penggemar Jadi Korban Pertama

Bagi banyak penggemar sejati sepak bola, ironi ini terasa begitu nyata.

Mereka justru menjadi korban pertama dari kebijakan harga yang makin tak terjangkau, sembari bertanya-tanya apakah slogan FIFA tentang inklusivitas dan persatuan dunia hanyalah kedok dari turnamen yang kini tampak makin eksklusif bagi kalangan berduit.

Selama puluhan tahun, Piala Dunia dikenal sebagai "pesta rakyat dunia", ajang yang menyatukan budaya dan emosi dari berbagai penjuru lewat si kulit bundar. Kini semangat itu seolah perlahan menguap.

Pesan tersirat dari FIFA kini terasa jelas: jika tak mampu membayar, bersiaplah tersingkir. Langkah berikutnya, menurut banyak pengamat, mungkin tinggal menunggu saat Piala Dunia ikut dipagari sistem siaran berbayar.

"For the Game. For the World"?

Mungkin tidak lagi.

 

Sumber: Inside World Football

Video Populer

Foto Populer