Sukses


Pengertian Hoarding Disorder, Ketahui Ciri, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Bola.com, Jakarta - Istilah 'hoarding disorder' mungkin belum terlalu dikenal dalam masyarakat Indonesia. Namun, begitu istilah itu diganti dengan seseorang yang suka 'menimbun' barang, Anda pasti sudah tidak asing lagi.

Ya, hoarding disorder bisa diartikan sebagai tindakan menimbun (hoard) benda-benda yang sebenarnya tidak diperlukan. 

Hoarding disorder termasuk gangguan jiwa, sering kali berhubungan dengan masalah pada kesehatan jiwa, seperti depresi berat, masalah psikotik (seperti schizofrenia), dan obsessive compulsice disorder (OCD).

Saat ini, hoarding bahkan digolongkan sebagai gangguan cemas (anxiety disorder) dan merupakan bagian dari gejala OCD.

Intensitas gangguan ini bervariasi dari ringan hingga berat. Pada beberapa kondisi yang berat, orang dengan hoarding disorder akan menumpuk barangnya begitu banyak hingga mempersempit ruang gerak di tempat tinggalnya dan menyebabkan gangguan dalam beraktivitas sehari-hari.

Perlu dicermati, Kebiasaan hoarding berbeda dengan kebiasaan mengoleksi barang. Para kolektor umumnya mengoleksi barang tertentu yang dapat menjadi sumber kebanggaan, misalnya perangko, benda antik, buku, dan merawat serta menyimpannya dengan rapi.

Sementara hoarder, sebutan untuk orang dengan hoarding disorder, menyimpan benda apa pun dan menumpuknya secara sembarangan.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas perilaku hoarder, yang perlu Anda ketahui sehingga Anda maupun orang di sekitar Anda tidak terjebak atau terkena gangguan satu ini.

Untuk lebih jelasnya, berikut ulasan mengenai ciri-ciri hoarder, dampak dan cara mengatasi hoarding disorder, dilansir dari Klikdokter, Senin (6/6/2022).

2 dari 4 halaman

Ciri-Ciri Pelaku Hoarding Disorder

Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas perilaku hoarder, di antaranya:

- Menyimpan barang yang sering kali dianggap tidak bernilai

Barang yang disimpan hoarder dianggap tidak bernilai bagi orang lain. Contoh barang yang sering kali disimpan adalah koran, majalah, kantung kertas dan plastik, boks karton, foto, peralatan rumah tangga, makanan, pakaian, dan lainnya.

Pada kasus tertentu, seseorang bisa melakukan hoarding binatang―yaitu memiliki banyak hewan peliharaan daripada yang mampu dirawat secara aman dan efektif.

- Kesulitan mengatur barang dan membuat keputusan

Bagi hoarder, barang kepunyaannya dianggap bernilai dan mungkin akan digunakan di kemudian hari. Oleh karena itu, hoarder kesulitan untuk memilah barang mana yang perlu disimpan dan dibuang.

- Sangat terikat dengan barang miliknya

Hoarder biasanya akan marah jika seseorang mencoba membuang dan merapikan barang-barangnya. Bahkan, hal sederhana seperti menyentuh atau memindahkan tumpukan barangnya bisa membuat seorang hoarder marah.

3 dari 4 halaman

Dampak Hoarding Disorder

Hoarding dapat menimbulkan efek negatif pada hoarder dan anggota keluarganya, terutama yang tinggal satu rumah. Efek ini bisa berkaitan dengan faktor emosional, fisik, sosial, finansial, dan bahkan legal.

Berikut dampak-dampak yang bisa dialami pengidap hoarding disorder:

- Memiliki kualitas hidup yang buruk

Tumpukan barang-barang yang terus disimpan akan membuat rumah hoarder menjadi tidak fungsional. Dalam berbagai kasus, barang yang menumpuk sangat banyak membuat orang menjadi tidak bebas bergerak di rumah.

Sering kali, barang yang menumpuk juga tidak dapat dibersihkan sehingga menimbulkan higienitas rumah yang buruk. Tentunya, hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan.

Hoarder juga dapat mengeluarkan dana terus-menerus untuk membeli berbagai barang sehingga bisa saja terlilit masalah keuangan.

- Memiliki hubungan buruk dengan keluarga dan teman

Keluarga dan teman terdekat mungkin berusaha membantu hoarder untuk membereskan barang-barangnya. Namun, hal ini malah menimbulkan masalah akibat keterikatan hoarder dengan barang-barang tersebut.

Lama-kelamaan, hoarder dapat memilih untuk mengisolasi diri dari lingkungannya ketimbang menjalani konflik terkait barangnya. Di sisi lain, hoarder juga biasanya malu akan kondisi rumahnya, jadi enggan menerima kunjungan tamu.

4 dari 4 halaman

Cara Mengatasi Hoarding Disorder

Mereka  yang mengalami hoarding disorder harus menjalani konsultasi dengan ahli kesehatan jiwa (psikiater). Nantinya dokter akan melakukan penilaian melalui skoring The Activities of Daily Living in Hoarding (ADL-H). Sistem penilaian ini akan memperlihatkan seberapa besar dampak hoarding disorder terhadap kualitas hidup orang tersebut.

Penanganannya umumnya adalah melalui terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy/CBT). Terapi ini bertujuan untuk mencoba mengubah pola pikir seseorang sehingga tindakan dan perilakunya pun berubah. 

Namun, bila hoarding disorder disebabkan oleh depresi atau gangguan cemas, dokter akan memberikan pengobatan yang sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.

 

Sumber: Klikdokter.com (Published: 5/10/2018, 7/10/2018)

Dapatkan artikel pengertian dari berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer