PSIS Berhati-hati dalam Negosiasi Kontrak Baru, Pemain Dipersilakan Pergi jika Gaji Tidak Cocok

oleh Nandang Permana diperbarui 04 Jul 2020, 10:30 WIB
CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi (tengah) saat meninjau Stadion Citarum, Semarang, Senin (27/1/2020) . (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Bola.com, Jakarta - Klub kontestan Shopee Liga 1, PSIS Semarang mulai ancang-ancang melakukan persiapan kelanjutan kompetisi 2020, yang rencananya dimulai Oktober mendatang. Satu di antaranya adalah membahas kontrak baru.

Manajemen PSIS masih belum menemukan formula terbaik mengenai rancangan renegosiasi kontrak baru. Oleh karena itu, mereka akan sangat berhati-hati berbicara kepada pemain.

Advertisement

Seperti diketahui, tejadi perubahan hak pemain sejak kompetisi ditangguhkan pada Maret lalu akibat pandemi COVID-19. Sesuai arahan PSSI, klub dapat memberikan hak kepada pemain, pelatih, maupun ofisial maksimal 25 persen setiap bulannya.

Selanjutnya bakal ada kontrak baru dalam pelaksanaan kompetisi di era new normal mendatang. Mengingat besar kemungkinan pertandingan lanjutan kompetisi tidak akan melibatkan penonton. Padahal tiket pertandingan adalah sumber pemasukan utama klub.

Hal tersebut yang masih dimatangkan oleh manajemen PSIS Semarang, sebelum melakukan negosiasi baru kepada skuatnya. CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi mengatakan, pihaknya masih mematangkan formula yang dapat membuatnya semua pihak senang.

"Soal renegosiasi kontrak harus hati-hati, PSIS tidak gegabah. Kami masih konsultasi dengan PSSI, bagian legal, dan komunikasi dengan para pemain. Kami akan mencari formula yang tepat, win-win solution," bebernya saat ditemui di Semarang, Jumat (3/7/2020).

 

Video

2 dari 2 halaman

Persilakan Pemain untuk Pindah Klub

Para pemain PSIS Semarang melakukan jogging dalam latihan perdana di Stadion Citarum, Semarang, Kamis (30/1/2020). (Vincentius Atmaja)

Pria bernama lengkap Alamysah Satyanegara Sukawijaya menilai, tidak sepakat apabila gaji pemain dipaksakan sebesar 50 persen. Menurutnya, kemampuan finansial klub cukup kecil, karena dampak dari COVID-19 selama ini.

"Kemampuan finansial klub tidak sampai 10 persen. Seperti di PSIS itu 70 persen pendapatan berasal dari tiket. Kalau pemasukan nol, tinggal berapa persen, padahal separuhnya sponsor, lalu mereka mundur semua. Tinggal menggantungkan subsidi dan hak komersial dari PT LIB," ujarnya.

Pihaknya menambahkan bahwa PSIS masih perlu melakukan berbagai perhitungan. Setelah itu diramu dan diputuskan, yang kemudian disampaikan kepada pemain secara transparan.

"Kami buka saja, pemain bisa menentukan dan memilih. Kami tidak perlu muluk-muluk, kalau memang tidak mau gaji sesuai kemampuan tim ya silahkan ke klub lain," jelas Yoyok Sukawi.

Berita Terkait