Legenda Timnas Indonesia: Naturalisasi Boleh, tapi Jangan Lupakan Pembinaan Pemain Muda

oleh Aditya Wany diperbarui 02 Apr 2024, 15:45 WIB
Para pemain Timnas Indonesia U-16 yang dipersiapkan untuk ajang Piala AFF U-16 2024 melakukan briefing sebelum memulai sesi latihan di lapangan latihan Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta, Minggu (31/03/2024) sore. (Bola.com/Abdul Aziz)

Bola.com, Jakarta Timnas Indonesia sedang menjalani masa bulan madu karena memiliki performa apik. Terakhir, Tim Merah Putih sukses menang dua kali dengan skor 1-0 dan 3-0 atas Vietnam dalam Grup F babak kedua kualifikasi Piala Dunia 2026.

Hal itu tidak lepas dari program naturalisasi pemain keturunan yang gencar dilakukan oleh PSSI. Muncul nama Jay Idzes, Justin Hubner, Ragnar Oratmangoen, Thom Haye, hingga Nathan Tjoe-A-On yang memberi kontribusi optimal.

Advertisement

Kini, kabarnya ada beberapa nama yang juga sedang diproses menjadi WNI. Satu di antaranya adalah kiper Maarten Paes. Lalu, muncul pula pemain serba bisa Calvin Verdonk disebut berpeluang tampil pada Juni 2024 mendatang.

Legenda Timnas Indonesia, Hanafing, merasa tidak masalah jika program naturalisasi masih terus digencarkan. Namun, dia mengingatkan bahwa PSSI tetap perlu memerhatikan pengembangan pembinaan sepak bola muda.

“Sekarang Timnas Indonesia sudah semakin baik dengan adanya pemain naturalisasi. Tapi, youth development itu juga penting. Nah, saya melihat adanya kurang perhatian untuk pengembangan pemain muda,” kata Hanafing kepada Bola.com.

2 dari 4 halaman

Pembinaan

PSS Sleman U-18 raih gelar jawara Elite Pro Academy (EPA) Liga 1 2023/2024. (Dok PSS Sleman)

Ungkapan Hanafing itu tercermin pada sistem kompetisi di Indonesia yang belum memadai. Sebenarnya ada Elite Pro Academy (EPA) yang mewadahi para pemain U-16, U-18, dan U-20 untuk berkembang.

Hanya saja, ajang itu memiliki sistem turnamen, bukan kompetisi penuh. Hal ini tentu memberikan dampak yang berbeda bagi para pemain muda yang tidak terbiasa menghadapi tekanan kompetisi penuh.

Belum lagi, fasilitas penunjang akademi sepak bola juga kurang diperhatikan. Hanya sedikit klub-klub Liga 1 yang memiliki lapangan latihan sendiri yang seharusnya bisa mempermudah pemain dalam berlatih.

“Prestasi timnas meningkat bukan berarti mengabaikan pemain muda. Mereka juga perlu mendapat fasilitas. Kalau tidak, nanti akan ada jarak kualitas pemain binaan kita sendiri, dengan mereka yang naturalisasi,” imbuh Hanafing.

3 dari 4 halaman

Terlupakan

Elite Pro Academy (EPA) 2021: Di U-16, PSM menjadi juara setelah menang 2-1 atas Persib U-16, sementara untuk U-18, Bali United sebagai juaranya setelah menekuk Persib 2-0. (Bola.com/Erwin Snaz)

Selama ini, lanjut Hanafing, ada program yang terlewatkan dalam upaya meningkatkan kualitas pemain Timnas Indonesia. Ekosistem pembinaan pemain muda sering terlupakan sehingga berpotensi membuat kualitas BRI Liga 1 juga menurun.

Meski demikian, Hanafing tetap memberi dukungan dengan kebijakan naturalisasi pemain. Di samping itu, program pengembangan pemain muda lewat akademi maupun klub harus tetap memperhatikan fasilitas yang menunjang.

4 dari 4 halaman

Wajar STY Cari Pemain Keturunan

“Situasinya saat ini adalah wajar Shin Tae-young meminta naturalisasi pemain. Karena dia dituntut untuk memberikan prestasi. Untuk jangka pendek, keberadaan pemain naturalisasi tentu akan membantu,” ucap Hanafing.

“Harus diakui Timnas Indonesia menunjukkan peningkatan pesat bersama Shin Tae-young. Ranking FIFA juga naik. Saya melihat Timnas Indonesia sekarang mulai menatap persaingan di level Asia,” imbuh pria yang membawa Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games 1991 itu.

Berita Terkait