Bola.com, Makassar - Sepulang dari Eropa, Bima Sakti sempat memperkuat Pelita Jaya di pentas Liga Indonesia. Bersama klub milik konglomerat Nirwan Bakrie ini, aksi Bima tak bisa dituntaskan dengan trofi juara karena kompetisi 1997-1998 terhenti akibat krisis politik dan ekonomi yang melanda Indonesia kala itu.
Peruntungan Bima Sakti di level klub akhirnya datang ketika Nurdin Halid yang memegang kendali manajemen PSM mengajaknya bergabung bersama Juku Eja jelang Liga Indonesia 1999-2000. Bagi Bima, Nurdin bukan sosok asing karena Nurdin menjadi manejer Pelita Jaya pada kompetisi yang terhenti.
Baca Juga
Tembus Perempat Final Piala Asia U-23 2024, Timnas Indonesia Bisa Jadi Kekuatan Baru di Asia
Kukuh di Puncak Klasemen, Kapan Real Madrid Bisa Merayakan Gelar Liga Spanyol Musim Ini?
Daftar Pemain Berlabel Polisi yang Bisa Ditarik Bhayangkara FC ke Liga 2 demi Promosi ke Liga 1, Termasuk dari Timnas Indonesia
Advertisement
Tak hanya Bima, turut bergabung pemain level tim nasional lainnya, seperti Aji Santoso, Hendro Kartiko, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Miro Baldo Bento, plus pemain asing level atas seperti Carlos de Mello dan Joseph Lewono. Mereka berkolaborasi dengan pemain asli Makassar, seperti Ansar Abdullah, Alibaba, Ronny Ririn, Yusrifar Djafar, Yuniarto Budi, Syamsuddin Batola, dan Rahman Usman.
Alhasil dengan materi mentereng, PSM melenggang mulus ke tangga juara. Dari bertengger di peringkat atas Wilayah Timur, dominan di 8 Besar, dan akhirnya menekuk PKT Bontang 3-2 pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Secara personal, Bima juga mendapat penghargaan sebagai pemain terbaik musim itu.
Bima dinilai pantas mendapatkan penghargaan itu. Sepanjang musim, ia tak pernah mendapatkan kartu. Padahal, posisinya sebagai gelandang bertahan sangat rentan mendapat sanksi dari wasit.
"Laga final jadi momen spesial buat saya. Dalam pertandingan itu, saya menghadapi Ponaryo Astaman yang sudah saya anggap sebagai adik sendiri, serta coach Fachri Husaini, senior dan panutan saya," kenang Bima pada channel youtube Garuda Nusantara.
Fachri pula yang diakui Bima sebagai pemain yang paling membuatnya kesulitan kala berduel di lapangan. Pada musim itu, PSM dan PKT tercatat empat kali berduel. Masing-masing dua partai Wilayah Timur, satu kali di 8 Besar, dan final.
"Pergerakan coach Fachri sulit ditebak. Duetnya bersama Mansyur membuat saya kelimpungan mengawal mereka," jelas Bima Sakti.
Video
Cedera di Vietnam
Pada kesempatan itu, Bima Sakti juga menceritakan pengalaman buruknya saat berkarier di level senior. Pada 2002, ia mengalami cedera engkel kaki kiri parah saat memperkuat Petrokimia Putera di Piala Ho Chi Minh City, Vietnam.
Pada laga semifinal menghadapi tim nasional India, Bima mendapat tekel brutal dari Baichung Bhutia. Setelah dilakukan diagnosis, Bima dikabarkan mengalami patah tulang fibula dan engkel kaki kirinya mengalami pergeseran.
Advertisement
Ia terpaksa absen dari sepak bola selama 9 bulan. Bima pun kehilangan kesempatan memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2002.
"Saya beruntung pada masa pemulihan cedera, keluarga dan terutama istri saya terus memberikan dukungan. Alhamdulillah saya bisa bermain lagi sampai usia 40 tahun," ungkap Bima.
Bima mengaku tak pernah menyimpan dendam kepada Bhutia yang langsung meminta maaf setelah kejadian itu. Bima malah menyalahkan diri sendiri yang lalai menjelang pertandingan, di mana biasanya sehari sebelum laga, ia sudah beristirahat di kamar pada jam 9 malam.
"Saat itu, saya malah berkeliling di pusat kota belanja kaos. Juga ada perasaan memandang remeh tim lawan. Jadi ambil hikmahnya saja, ini mungkin teguran dari Allah SWT buat saya," papar Bima.
Meski dikenal sebagai pemain yang sportif dan santun di lapangan, Bima mengungkapkan ada satu momen yang membuat dirinya lepas kontrol dan melalukan tekel brutal ke pemain lawan.
"Saya lupa kapan peristiwanya, yang pasti saat itu, saya melakukannya kepada pemain Petrokimia Putera. Lalu ada yang menegur saya. Dia bilang tak pantas seorang pemain timnas melakukan hal itu. Malunya minta ampun saat itu," pungkas Bima.
Advertisement