Sukses


Keriuhan Warnai Kampanye Kawhi Leonard Menuju MVP NBA

Bola.com, San Antonio - Lima tahun lalu pelatih San Antonio Spurs, Gregg Popovich, melabeli Kawhi Leonard sebagai pemain masa depan tim. Saat ini, pada awal musim keenamnya di NBA, Leonard bisa menjadi wajah atau pusat perhatian sepanjang kompetisi. 

Bintang Golden State Warriors, Stephen Curry, masih terus menciptakan rekor tiga poin. James Harden menjadi pemain yang lebih mengesankan berkat polesan pelatih Mike D'Antoni dan bakal rajin mengisi lembar statistik. Russell Westbrook jelas menjadi kartu kunci Oklahoma City Thunder. Sedangkan LeBron James yang akan berusia 31 tahun memacu diri menjalani musim ke-14 di NBA dan tantangan mempertahankan titel NBA

Leonard terus melaju. 

"Dia (Kawhi Leonard) terus bertambah bagus," kata pelatih Utah Jazz, Quin Snyder, seperti dilansir NBA.com. "Orang-orang menyebutnya sebagai kandidat MVP (Most Valuable Player) dan itu benar."  

Prediksi itu sangat alamiah sejak Leonard berada di posisi kedua pada hasil voting MVP musim lalu, hanya kalah dari Curry. Prediksi itu juga masuk akal melihat bagaimana dia meledak bagai roket pada awal musim ini.

Setelah memperbaiki rata-rata torehan poinnya pada lima musim pertama di NBA dan mencapai 21,2 poin per game pada 2016-2017, tampaknya terlalu berlebihan jika meminta Leonard melakukan yang lebih baik lagi. Tapi, sepanjang tujuh laga perdana musim ini, rata-rata poinnya adalah  26,4 (peringkat ketujuh di liga) dan membukukan rata-rata 2,3 steal per laga (peringkat ketiga di liga). 

Leonard membuka NBA musim ini dengan tampilan spektakuler yang menghasilkan 35 poin, lima steal, lima rebound, dan tiga assist saat menghadapi Golden State Warriors, kemudian kembali dengan sumbangan 35 poin, lima steal, lima assist dan tiga rebound pada laga selanjutnya di kandang Sacramento Kings. Sepanjang 25 tahun terakhir, hanya Allen Iverson dan Eddie Jones yang mampu mencatat sedikitnya 30 poin dan lima steal dalam pertandingan back to back. Dalam tujuh laga, Kawhi Leonard tiga kali menyumbangkan lebih dari 30 poin, hanya lebih sedikit dari total yang dilakukannya pada musim lalu.  

"Anda bisa melihat cara dia berjalan atau ketika dia melangkah ke lapangan. Dia bukan hanya ingin menjadi Pemain Bertahan Terbaik Tahun Ini," ujar rekan setimnya, Patty Mills. "Dia ingin menjadi pemain terbaik, selalu. Dia jelas punya kemampuan untuk melakukan itu." 

Namun, Leonard baru-baru ini mengatakan hal yang berbeda kepada jurnalis USA Today, Sam Amick. "Saya akan menjadi MVP jika hanya saya mampu merebut gelar NBA." 

Semua itu terjadi pada tahun pertamanya tanpa NBA Hall of Fame, Tim Duncan, di belakangnya. Leonard menjadi pemimpin di dalam dan luar lapangan, menjadi lebih vokal di ruang ganti. Dia mempraktikkan masukan dari Duncan untuk bisa lebih baik saat mengatasi defender yang menempel ketat dirinya saat mendribel, maupun saat di bawah ring atau saat melakukan foul. Rata-rata free throw per laganya juga naik dua kali lipat dalam setahun, dari 4,6 menjadi 9,0. 

Seperti Duncan, Leonard lebih suka bermain dibanding membicarakan dirinya. Seperti Duncan, dia biasanya datang pertama saat latihan dan paling terakhir meninggalkan tempat latihan. Dia tahu, tahun ini merupakan masa rawan bagi Spurs setelah Duncan pensiun. 

"Cukup menjadi seorang pemimpin," ujar Leonard. "Hanya memastikan saya tahu apa yang terjadi di lapangan di setiap posisi. Cukip selalu siap untuk mendapatkan mental sebagai pemimpin tim musim ini, hanya itu. Tentu saja seluruh aspek dalam permainan saya. Saya memperbaiki semua hal musim panas ini, bukan hanya fokus pada satu hal." 

"Saya banyak belajar darinya (Duncan), yang membuat diri saya menjadi lebih baik. Hanya benar-benar mendengarkannya. Saya tahu bahwa dia memahami permainan dan hanya dengan melihat bagaimana dia berbicara dengan para pemain, atau pemain seperti saya," ujar Kawhi Leonard.  

 

Video Populer

Foto Populer