Liga Spanyol: Zidane Kurang Kasih Sayang di Real Madrid

oleh Wiwig Prayugi diperbarui 05 Des 2020, 18:30 WIB
Pelatih kepala Real Madrid Zinedine Zidane pada laga Liga Spanyol antara Real Madrid melawan Alaves di stadion Alfredo di Stefano di Madrid, Spanyol, Sabtu, 28 November 2020. (Foto AP / Bernat Armangue)

Bola.com, Jakarta - Psikoanalis Prancis dan penulis buku 'Inside Zidane's head', Sabine Callegari, mengindikasikan bahwa Zinedine Zidane membutuhkan cinta dari orang-orang di sekitarnya untuk merasa nyaman di Real Madrid.

Callegari yakin alasan Zidane hengkang dari Real Madrid pada 2018, setelah meraih trofi Liga Champions ketiganya berturut-turut, adalah kurangnya kasih sayang yang dialaminya di klub.

Advertisement

"Zidane tidak tahan dengan ketidakpuasan," kata Callegari kepada EFE dikutip dari Marca, Sabtu (5/12/2020). 

"Dia perlu merasa dicintai untuk mengisi kurangnya kasih sayang orang tua. Seorang bintang, di atas segalanya, adalah manusia yang menderita seperti orang lain. Dari pernyataannya, jelas bahwa dia tidak merasakan cinta yang sama dari klub dan ruang ganti dan itu membuatnya pergi," imbuhnya.

Menurut Callegari, Zidane adalah orang yang perfeksionis.

"Dia biasanya tidak melakukan hal-hal itu. Dia selalu menyelesaikan apa yang dia mulai, terkadang memaksakannya pada diri sendiri," katanya.

"Di lain waktu, saat dia pergi, dia meninggalkan klub di tengah pesta. Tapi jika dia merasa dikhianati, maka dia tidak akan pernah memaafkan."

Nasib Zidane di Real Madrid di ujung tanduk menyusul hasil minor pada awal musim ini. Isu pemecatan pun mulai berkembang.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kurang Kasih Sayang

Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane (kedua dari kiri), memimpin sesi latihan di Olympiyskiy Stadium, Kiev, Senin (30/11/2020), jelang laga matchday ke-5 Grup B Liga Champions 2020/21 menghadapi tuan rumah Shakhtar Donetsk, Selasa (1/12/2020). (AFP/Sergei Supinsky)

Callegari melanjutkan, kurangnya kasih sayang dari sang ayah membuat Zinedine Zidane mencari cinta di ruang ganti klub atau dengan petinggi klub.

"Dia tidak pernah menerima pengakuan atas keistimewaannya," lanjut Callegari. "Zidane lebih dari mitosnya, lebih dari karakter sempurna yang tampil di depan umum," katanya.

"Jika dia sempurna, dia tidak akan mendapatkan kejutan seperti itu, seperti sundulan ke Marco Materazzi atau kepergiannya dari Madrid pada 2018."

"Drama pribadi itu (menyundul Materazzi di Piala Dunia 2006) membuatnya lebih manusiawi dan membuatnya menjadi orang yang mampu melampaui dirinya sendiri."

 

Sumber: Marca

Berita Terkait