Sukses


Alfred Riedl, Cinta Terbelah 2 antara Indonesia dengan Vietnam

Bola.com, Jakarta - Vietnam lawan yang dihadapi Timnas Indonesia di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Minggu (9/10/2016), meninggalkan banyak kesan bagi Alfred Riedl. Sang pelatih Tim Merah-Putih pernah menukangi Tim Negeri Paman Ho.

Sama seperti halnya di Timnas Indonesia, Alfred Riedl tiga kali melatih Vietnam. Tepatnya pada periode 1998–2001, 2003–2004, dan 2005–2007. Publik sepak bola negara penganut faham sosialis tersebut sudah amat akrab dengan arsitek kelahiran Wina, 2 November 1949 itu.

Walau belum pernah mempersembahkan trofi juara, Alfred Riedl amat dicinta. Sang mentor dianggap figur penting dalam membangun fondasi sepak bola Vietnam.

Prestasi paling berkesan adalah saat Alfred sukses mengantar Vietnam menembus perempat final Piala Asia 2007. Saat itu empat negara Asia Tenggara dipercaya oleh AFC jadi tuan rumah turnamen. Selain Vietnam, juga Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Walau jadi tuan rumah, hanya Vietnam yang lolos ke fase knock-out.

Vietnam yang ada di grup B bersama tim-tim kuat macam Jepang, Qatar, dan Uni Emirat Arab, lolos ke perempat final dengan status runner-up. Vietnam mengantungi kemenangan 2-0 atas Uni Emirat Arab kemudian diikuti hasil imbang melawan Qatar (1-1) serta kalah 1-4 kontra Jepang.

Sayang, laju Le Cong Vinh dkk. terhenti di babak 8 besar setelah mereka kalah 2-0 dari Irak di Stadion Rajamanggala, Thailand. Kubu lawan akhirnya jadi kuda hitam meraih gelar juara turnamen elite Benua Asia.

Walau gagal, puja-puji mengalir deras dari masyarakat Vietnam. Pasalnya, Timnas Vietnam tidak dihitung bakal jadi yang terbaik di antara negara-negara Asia Tenggara lain. Bursa taruhan justru lebih menjagokan Thailand, yang spesialis juara Piala AFF dan SEA Games, bakal memberi kejutan di Piala Asia 2007.

Alfred mengaku Piala Asia 2007 jadi salah satu momen paling spesial sepanjang perjalanan kariernya. "Kami menampilkan pemain-pemain muda. Banyak di antara mereka hijau pengalaman di turnamen internasional. Namun, dengan semangat juang membara dan diikuti kerja keras kami bisa lolos ke perempat final," ungkap Alfred.

Pada saat itu liga domestik Vietnam diguncang skandal pengaturan skor. Banyak pemain bintang timnas mereka ditangkap dan dipenjara.

Perjudian di Liga Vietnam mulai berkembang sejak tahun 2001 lewat judi online. Sampai tahun 2008, dilaporkan polisi sudah menangkap lebih dari 350 bandar judi sepak bola yang juga terus tumbuh di Vietnam.

Setelah tak lagi melatih Timnas Vietnam pada 2008 Alfred tak lantas mudik ke negaranya. Ia lantas melatih klub lokal negara tersebut, Xi Mang Hai Phong FC.

Hanya ia semusim di sana. Tak tahan dengan intervensi pemilik klub Alfred Riedl memilih mengundurkan diri.

"Pada awalnya mengasyikkan melatih di klub tersebut, lama-lama jadi tidak terasa menyenangkan. Bos klub terlalu banyak campur tangan. Ia bahkan berulangkali meminta saya merubah susunan line-up pemain. Saya tidak mau bekerja dengan orang tersebut," cerita Alfred beberapa tahun silam dengan Bola.com.

2 dari 3 halaman

Donor Ginjal

Alfred Riedl kemudian menerima tawaran melatih Timnas Laos. Ia sukses mengantarkan Laos menembus semifinal SEA Games 2009. Tim papan bawah Asia Tenggara tersebut sempat menggasak Timnas Indonesia U-23 dengan skor 2-0 pada fase penyisihan.

Walau terhitung berhasil di sana Alfred justru memilih pergi dari Laos selepas SEA Games. Ia 'mudik' ke Vietnam.

Menariknya, proses negosiasi awal antara dirinya dengan Rahim Soekasah (Ketua Badan Tim Nasional PSSI) menjelang Piala AFF 2010 dilakukan di Ho Chi Minh City.

"Vietnam sudah seperti rumah kedua bagi saya," kata pelatih yang sempat juga menakhodai Liechtenstein dan Palestina tersebut.

Bukan hal yang mengherankan jika Alfred Riedl selalu merasa Vietnam sebagai rumah keduanya. Saat menangani Vietnam pada 2006 ia sakit keras dan harus operasi cangkok ginjal. Awalnya, rumor kesehatan Riedl sempat simpang siur, banyak yang menduga ajalnya sudah dekat.

 

"Sebelum media-media Vietnam menulis sesuatu yang bodoh, saya melakukan konferensi pers. Saya bilang ke mereka, saya harus menjalani transplantasi dan berencana melakukannya di tiga atau empat bulan pertama 2007," ujar Alfred Riedl.

Siapa sangka, beberapa hari kemudian, puluhan warga Vietnam menawarkan donor ginjal kepadanya. Mereka datang dari berbagai golongan kehidupan. Mulai dari pedagang, supir, bangkir, hingga biksu.

"Saya dibuat takjub, mereka datang menawarkan diri ke pihak rumah sakit dengan rasa tulus. Saya sama sekali tidak menyangka banyak yang memberikan perhatian kepada saya," ungkapnya.

Setelah melalui sejumlah tahapan medis maka dipilihlah dua orang sebagai kandidat pendonor. Salah satu di antaranya yag kemudian naik meja operasi.

"Pasca dioperasi saya dirawat hingga hampir dua pekan, sementara sang pendonor hanya sepekan saja. Ginjal yang didonorkan ternyata cocok dan bisa menyesuaikan dengan organ-organ tubuh lainnya. Saya seperti mendapat sebuah keajaiban," cerita Alfred Riedl.

Ia tak pernah mau membuka jati diri sang pendonor. "Pastinya saya masih melakukan kontak dengannya. Saya tidak akan pernah bisa melupakan jasanya. Ia orang baik," ungkap Alfred.

"Dia menyelamatkan nyawa saya. Tanpa donornya, maka saya harus menjalani cuci darah tiga kali dalam sepekan. Itu seperti berada di akhir kehidupan," tambah mantan pemain yang sempat berkiprah di klub top Belgia, Standard Liege.

3 dari 3 halaman

Sepak Bola Segalanya

Semenjak sakit ginjal Alfred mengaku banyak mengurangi aktivitasnya. Dengan alasan kesehatan bahkan pada awal tahun 2015 lalu ia mengundurkan diri dari klub PSM Makassar.

"Saya tadinya sudah berfikir hendak pensiun sebagai pelatih. Usia saya tidak lagi muda. Namun, saya tidak bohong, sepak bola adalah bagian penting dalam hidup saya. Ketika PSSI menghubungi saya untuk menanyakan kesediaan melatih Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 saya langsung mengiyakan.

Sama seperti Vietnam, Indonesia juga negara spesial dalam perjalanan karier sebagai pelatih. Masyarakat di negara ini amat ramah. Mereka amat cinta sepak bola. Saya selalu senang bekerja di sini," ungkap Alfred Riedl.

Akan sangat menarik menyaksikan duel Timnas Indonesia kontra Vietnam pada Minggu (9/10/2016) di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Dua negara yang amat berkesan bagi Alfred Riedl. "Pertandingan yang akan sangat menyenangkan," kata pelatih berusia 66 tahun itu. 

Pelatih Timnas Vietnam, Nguyen Huu Thang pun mengakui pertandingan melawan Timnas Indonesia bakal sarat akan emosi bagi dirinya. Maklum, ia akan bertemu mantan pelatihnya semasa masih memperkuat The Golden Stars, yakni Alfred Riedl.

Huu Thang dan Alfred Riedl memang punya ikatan lumayan erat. Saat pelatih asal Austria itu melatih Vietnam pada periode pertamanya (1998-2000), Huu Thang menjabat sebagai kapten tim. Kombinasi Riedl dan Huu Thang kala itu berujung dengan status runner-up di Piala Tiger 1998.

Di final, Vietnam yang bermain sebagai tuan rumah takluk 0-1 dari Singapura.

Huu Thang memperkuat Timnas selama enam tahun mulai dari 1996-2002. Dalam rentang waktu tersebut, Huu Thanh menorehkan 55 caps dan mencetak 12 gol bersama tim dari Negeri Paman Ho.

"Saya akan bertemu dengan mantan pelatih yang melatih saya di Vietnam periode 1990-an. Ada banyak perasaan emosional dalam pertandingan nanti," kata Huu Thang dalam sesi konfrensi pers jelang laga di The Alana Hotel, Yogyakarta, Sabtu (8/10/2016).

 

Video Populer

Foto Populer