10 Superstar yang Menjadi Magnet di Liga Italia Era 1990-an, Mulai Franco Baresi hingga Gabriel Batistuta

oleh Ario Yosia diperbarui 17 Nov 2020, 07:50 WIB
Franco Baresi, Gabriel Batistuta dan Ronaldo. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Jakarta - Kompetisi Seria A menikmati masa kejayaan pada era 1990-an. Kompetisi level tertinggi di sepak bola Italia tersebut menjadi yang paling ternama di seluruh penjuru dunia. Penggila bal-balan dibuat terpesona menyaksikan persaingan elite kompetisi satu ini.

Kepopuleran Liga Italia saat itu jauh mengungguli kompetisi Premier Leaguea, La Liga maupun Bundesliga. Tak heran, Serie A menjadi magnet bagi pemain-pemain top dunia. 

Advertisement

Bintang sepak bola dari berbagai penjuru dunia berlomba-lomba menjajal karier di Italia. Berkiprah di Negeri Pisa menjanjikan pendapatan tinggi dan popularitas yang meroket. 

Tak mengherankan, pada era 1990-an Serie A tak pernah kekurangan pemain hebat. Mereka mayoritas berkumpul di klub-klub papan atas Serie A. 

Saat itu, di Italia terkenal dengan klub-klub yang berjuluk The Magnificent Seven alias tujuh klub hebat. Anggota klub elite tersebut adalah AC Milan, Inter Milan, Juventus, AS Roma, Lazio, Fiorentina dan Parma. 

Persaingan di antara tujuh tim papan atas tersebut sangat menarik dan ketat. Apalagi, masing-masing klub juga memiliki bintang-bintang hebat. 

Siapa saja bintang sepak bola yang berkibar di Liga Italia pada era 1990-an. Berikut 15 di antaranya, seperti dilansir Daily Mail dan Planet Football

Video

2 dari 11 halaman

Gianluigi Buffon

Gianluigi Buffon ketika mengawal gawang Parma saat melawan Juventus. (EPA/Benvenuti)

Gianluigi Buffon seperti sudah ditakdirkan menjadi pemain hebat. Dia menjalani laga debut di Serie A pada November 1995 ketika kiper Luca Bucci absen dalam tandang ke AC Milan karena ke AC Milan. Saat itu, Buffon mampu menjaga gawangnya tak kebobolan, serta bisa meredam Marco Simone dan George Weah. 

"Buffon adalah pemain terbaik mereka. Sangat jarang melihat pemain 17 tahun yang sangat berani dan penuh determinasi," kata pelatih AC Milan saat itu, Fabio Capello.

Dia kemudian selalu menjadi pilihan pertama di Parma dan melakoni debut untuk Timnas Italia pada usia 18 tahun. Pada akhir 1990-an dia memenangi Piala UEFA dan Coppa Italia.  

 

3 dari 11 halaman

Marcel Desaily

Pada 1993 Marseille ingin menjual pemain Prancis Marcel Desaily. Pelatih AC Milan saat itu, Fabio Capello, bergerak cepat memboyong sang pemain ke San Siro. Langkah AC Milan itu ditertawakan pelatih Barcelona, Johann Cruyff. 

Namun, keputusan Capello tak salah. Desailly tampil mengesankan sebagai bek dan gelandang bertahan tangguh di AC Milan dan berduet dengan Demetrio Albertini. Barisan pertahanan Rossoneri menjadi tangguh bak dinding karang. 

Desailly ikut membantu AC Milan memenangi dua titel Serie A, satu trofi Liga Champions dan satu gelar Piala Super UEFA selama merumput di Italia. 

4 dari 11 halaman

Lilian Thuram

Lilian Thuram (AFP/Paco Serinelli)

Lilian Thuram bisa bermain sebagai bek tengah atau bek kanan. Dia menjadi salah satu pemain kunci Parma saat menjuarai Piala UEFA 1999. Thuram juga dikenal sebagai pemain yang menjunjung tinggi fair play. 

Di luar lapangan, Thuram ikut berkampanye untuk hak asasi manusia dan pertarungan melawan diskriminasi. 

5 dari 11 halaman

Gabriel Batistuta

Gabriel Batistuta sempat disebut sebagai dewa dari Kota Firenze karena kehebatannya. La Viola juga memiliki Roberto Mancini dan playmaker top kala itu Rui Costa. (Photo by ADRIAN DENNIS / AFP)

Selama era 1990-an, Gabriel Batistuta menghabiskan kariernya di Fiorentina. Dia menyumbangkan 207 gol dalam 333 laga. 

Pemain asal Argentina itu dikenal sebagai striker yang memiliki skill penyelesaian akhir yang mematikan dan membuat bek-bek lawan tak berdaya. 

Batistuta juga menyumbangkan 54 gol untuk Timnas Argentina. 

6 dari 11 halaman

Alessandro Del Piero

Alessandro Del Piero, ikon dari Juventus ini tidak usai diragukan lagi kesetiannya bersama La Vecchia Signora, bertahan adalah satu-satunya pilihan bagi sang kapten. (Photo by GIUSEPPE CACACE / AFP)

Alessandro Del Piero menjadi striker andalan Juventus di era 1990-an. Bahkan, dia punya julukan khusus "Mr Juventus" karena saking identiknya dengan klub tersebut. 

Del Piero membantu Juventus meraih tiga gelar Serie A pada era 1990-an serta trofi Liga Champions pada 1996. Pada dekade berikutnya ia ikut menyumbangkan lima gelar liga lagi.

Del Piero juga selalu menjadi kandidat pemenang Ballon d'Or sejak 1995 hingga 19999. Dia memperkuat Juventus dalam 705 pertandingan, serta mencetak 290 gol.  

7 dari 11 halaman

Zinedine Zidane

Zinedine Zidane mulai bersinar saat membela Juventus. Tahun 2001 dirinya memecahkan rekor menjadi pemain termahal dunia saat memutuskan hijrah ke Real Madrid dengan mahar 78 juta euro. (AFP/Gabriel Bouys)

Nama Zinedine Zidane muncul sebagai satu di antara playmaker hebat menjelang akhir 1990-an. Ia sukses meraih gelar Piala Dunia 1998, Piala Eropa 2000 bersama Timnas Prancis, dan beberapa trofi bergensi bersama Real Madrid.

Ia juga dinobatkan sebagai Man of the Match di final Piala Eropa 2020, Pemain Terbaik Dunia FIFA, dan Ballon d'Or. Rekan setim Zidane di Juventus, Edgar Davids, pernah menyebutnya sebagai pemain spesial.

"Dia menciptakan ruang ketika rasanya tidak ada. Tak masalah bagaimana dia mendapatkan bola, maka dia bisa keluar dari masalah," kata Davids tentang Zidane. 

8 dari 11 halaman

Franco Baresi

Franco Baresi (FIFA.com)

Franco Baresi sudah membangun kesuksesan sejak era 1980-an. Bek Italia tersebut masih bertaji pada era 1990-an, dengan membawa AC Milan meraih empat gelar liga, dan trofi Liga Champions pada 1994. 

Dia juga membantu Timnas Italia menjuarai Piala Dunia 1982, menempati peringkat ketiga pada 1990, dan jadi runner up pada 1994. 

9 dari 11 halaman

Paolo Maldini

Paolo Maldini masuk dalam daftar pemain paling setia yang bermain di satu klub. Maldini menghabiskan seluruh kariernya di dunia sepak bola bersama AC Milan dengan catatan 901 penampilan. (AFP/Emilio Andreoli)

Paolo Maldini disebut-sebut sebagai salah satu bek terbaik yang pernah ada dalam sejarah sepak bola. Dia dua kali menempati urutan ketiga pada penghargaan Ballon d'Or, pada 1994 dan sembilan tahun berselang. 

Paolo Maldini sepanjang kariernya hanya membela AC Milan. Dia tampil sangat konsisten bersama Rossoneri. Selama menjadi kapten AC Milan, dia membantu klub memenangi lima gelar Liga Champions dan tujuh gelar Serie A. 

10 dari 11 halaman

Roberto Baggio

Brescia adalah klub terakhir Roberto Baggio sebelum pensiun. Baggio membela Brescia tahun 2000-2004. (AFP/Carlo Baroncini)

Roberto Baggio merupakan playmaker andal asal Italia. Ia mampu mencetak 220 gol di Serie A sebelum kariernya hancur karena cedera.

Ia juga merupakan eksekutor penalti yang ulung. Namun, satu kegagalan dalam mengeksekusi penalti pada Piala Dunia 1994 mengubah segalanya.

Permainan yang menawan selama perhelatan tersebut rontok dan semua orang hanya mengingat penalti buruknya. Namun, terlepas dari itu, ia tetap merupakan satu di antara playmaker terbaik era 90-an.

Pada era 1990-an, Baggio menghabiskan kariernya bersama Juventus, AC Milan, dan Bologna. Dia menjadi pemain penting di ketiga klub tersebut.   

11 dari 11 halaman

Ronaldo

Ronaldo Luis Nazario da Lima memperkuat Inter Milan pada tahun 1997-2002 dan mempersembahkan gelar Piala UEFA pada tahun 1998. (AFP/Patrick Kovarik)

Ronaldo mendulang kesuksesan saat memperkuat PSV pada 1994-1996 dengan menyumbangkan 54 gol dalam 58 laga. Pada 1996, pemain asal Brasil itu pindah ke Barcelona. 

Ronaldo hanya semusim di Camp Nou, namun menandainya dengan torehan 47 gol dalam 49 pertandingan, serta membantu tim meraih gelar Copa Del Rey, Piala Winners, dan Piala Super Spanyol pada 1996. 

Setelah Barcelona, petualangan Ronaldo berlanjut ke Inter Milan. Cedera merecoki sang pemain saat mengenakan jersey Nerazzurri. Meski demikian dia masih memyumbangkan 58 gol dalam 99 laga. Saat Ronaldo fit, dia bisa membuat Paolo Maldini dan Alessandro Nesta kalang kabut. Dia memiliki kecepatan, teknik tinggi, dan penyelesaian akhir yang mumpuni.  

Pemain yang berjuluk O Fenomeno tersebut juga mengoleksi dua trofi Piala Dunia dalam kariernya, yaitu pada 1994 dan 2002. 

Sumber: Berbagai sumber

Berita Terkait