Sukses


    Bulutangkis dan Angkat Besi Jadi Cabor Unggulan Indonesia di SEA Games 2019

    Bola.com, Jakarta - Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora), Gatot S. Dewa Broto, mengatakan beberapa cabang olahraga (cabor) akan menjadi tumpuan kontingen Indonesia untuk mendulang medali emas di SEA Games 2019. Dua di antaranya ialah bulutangkis dan angkat besi.

    "Kami kira, cabor-cabor unggulan kami di SEA Games 2019 itu ada di angkat besi karena kami punya Eko Yuli Irawan dan juga cabor bulutangkis. Beberapa cabor lain juga berpotensi," ujar Gatot di Jakarta, Senin (18/11/2019).

    Pernyataan Gatot bukan tanpa sebab. Pada SEA Games 2017, cabor angkat besi keluar sebagai juara umum.

    Para lifter berhasil mendulang dua medali emas dan dua medali perunggu. 

    "Insyaallah kami bisa mewujudukan target. Fokus kami menjadi juara umum," ucap Dirdja Wihardja, pelatih kepala pelatnas angkat besi.

    Begitu pula untuk cabor bulutangkis. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI, Susy Susanti, menginginkan atletnya dapat membawa pulang minimal dua medali emas.

    "Persiapan kami cukup baik. Target yang ditetapkan seperti tahun kemarin yaitu dua emas. Tapi, kami berharap ini ada peningkatan. Kami berharap bisa jadi juara umum di SEA Games 2019," imbuh Susy.

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 2 halaman

    Tidak Mungkin Juara Umum SEA Games 2019

    Sebelumnya, Zainudin Amali selaku Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) menurunkan target medali emas Indonesia di SEA Games 2019. Yang mulanya 54 keping, menjadi minimal 45 medali emas.

    "Pak Menpora mengatakan, paling sedikit 45 medali emas karena di SEA Games 2017 kami mendapatkan 38 medali emas. Syukur kami bisa naik peringkat dari urutan kelima dua tahun lalu," imbuh Gatot.

    "Jadi, harapannya, margin eror dari wasit, kondisi lingkungan dan sebagainya bisa berkurang. Kami sadar tidak mungkin jadi juara umum. Supaya tidak kalah sebelum berperang, kami tetap realistis juga dalam konteks kami tahu ukuran negara lain seperti apa," tuturnya.

    Video Populer

    Foto Populer