Bola.com, Jakarta - Liga Champions 2022/2023 segera memasuki babak 16 besar. Hingga hari ini, 12 tim sudah memastikan diri memasuki fase gugur. Mereka adalah Napoli, Liverpool, Bayern Munchen, Inter Milan, Chelsea, Real Madrid, Manchester City, Borussia Dortmund, Paris Saint-Germain, dan Benfica.
Sementara itu, empat kontestan lainnya di Grup D, yakni Tottenham Hotspur, Sporting CP, Eintracht Frankfurt, dan Marseille masih saling bunuh. Artinya, dua wakil dari grup tersebut bakal berjibaku sampai laga terakhir.
Baca Juga
Panas Seperti Liga Inggris, Simak Jadwal Lengkap Pekan Terakhir MPL ID Season 13 : Penentu Nasib 2 Raksasa Terluka
Ulah Kocak Kiper Manchester City Berujung Serbuan Fans Arsenal Gara-Gara Nomor Ponsel Tersebar, Ederson : Pesannya Lucu-Lucu
Berebut Satu Tiket ke Liga Italia Serie A, Klub Bek Timnas Indonesia Bisa Bersua 5 Tim : Bang Jay Menyala, Catatan Pertemuan Positif Nih
Advertisement
Apa kabar Juventus dan Barcelona? Maaf, keduanya musim ini menjadi raksasa pesakitan di ajang antarklub paling bergengsi di Eropa. Sang Nyonya Tua dan Blaugrana tersingkir di fase grup.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Raksasa Tumbang
Terdepaknya Juventus dan Barcelona menjadi sinyal bahaya bagi tim-tim unggulan. Maklum, neraka bisa saja menimpa mereka.
Artinya, tim-tim underdog bukan tak mungkin justru tampil sebagai juara atau paling tidak melangkah ke fase bergengsi. Sejarah mencatat, tim-tim underdog pernah bikin gempar Liga Champions. Masa sih? Nih buktinya bos!
Advertisement
Â
Advertisement
FC Porto - 2003/2004
Saat itu, Jose Mourinho masih jagoan kampung. Belum sebeken sekarang. Ketika dia membawa Porto ke final Liga Champions 2003/2004 semua orang syok. Kok bisa? Di final, Porto ketemu Monaco dan mereka menang telak 3-0 via Carlos Alberto, Deco, serta Alenichev.
Setelah kesuksesan yang gemilang itu, Mourinho lalu laris manis. Dia meninggalkan Portugal, menukangi Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, Manchester United, Tottenham Hotspur, dan kini AS Roma.
Advertisement
Â
Dynamo Kyiv – 1998/1999
Satu persatu tim-tim raksasa berguguran. Sementara itu, Dynamo Kyiv, tim yang sejak awal dipandang sebelah mata, justru merangsek ke semifinal.
Pada babak empat besar, mereka menantang Bayern Munchen. Di leg 1, mereka berhasil memaksa Die Roten bermain imbang 3-3. Sayang, di leg kedua, Andriy Shevchenko dkk kalah 0-1.
Advertisement
Toh begitu, mereka tetap panen sanjungan sekaligus membungkam para pencibir.
Â
Advertisement
Leeds United– 2000/2001
Berada di Grup H bersama AC Milan, Barcelona, dan Besiktas, penghakiman sudah diberikan kepada Leeds United. Wakil Inggris itu diprediksi bakal tersingkir.
Namun, Leeds justru melaju ke semifinal. Bentrok kontra Valencia di leg 1 dan 2, Leeds kalah aggregat 0-3. Bila saja mereka bisa menggebuk Valencia, bukan tak mungkin merekalah sang juara.
Advertisement
Â
Valencia – 1999/2000
Tak diunggulkan, justru mendatangkan keuntungan bagi Valencia. Para ksatria Los Che tampil lepas namun trengginas.
Pelan namun pasti, Valencia tiba-tiba sudah sampai saja di final. Di partai puncak, pasukan Héctor Cúper menantang raksasa Spanyol, Real Madrid. Nasib tak berpihak. Claudio López dkk menyerah 0-3.
Advertisement
Â
Advertisement
APOEL Nicosia – 2011/2012
Banyak pihak menghambat, malah kian merambat. Itulah yang diperlihatkan klub Yunani ini di pentas Liga Champions 2011/2012.
Semakin diremehkan, APOEL semakin tampil kesetanan. Kerja keras membawa mereka ke perempat final. Saatnya merubuhkan Real Madrid.
Advertisement
Tapi, Los Blancos yang kala itu dimotori Cristiano Ronaldo masih terlalu kokoh untuk ditumbangkan. APOEL kalah aggregat 2-8.
Â
AS Monaco – 1997/1998
Sebelum menjadi legenda Arsenal, Thierry Henry adalah pemain AS Monaco. Satu di antara momen yang paling indah ketika ia mengantar klubnya ke semifinal Liga Champions 1997/1998.
Sial, AS Monaco kalah agrregat 4-6 dari Juventus. Tapi setidaknya mereka sudah membuktikan tak ada yang tak mungkin di sepak bola. Sejak saat itu pula, Henry jadi buah bibir di seantero Eropa.
Advertisement
Â
Advertisement
Nantes – 1995/1996
Nantes, Nantes, yes! Fans tak meyangka, tim kesayangan bisa menyegel satu tempat di semifinal. Doa pun kian kencang diteriakkan.
Nantes bertekad melangkah lebih jauh. Itu berarti, mereka harus mengubur Juventus hidup-hidup. Namun sayang beribu sayang, Nantes tumbang dengan aggregat 3-4.
Advertisement
Walau terjungkal, fans tetap mengirimkan sanjungan bertubi-tubi kepada Claude Makelele dan kolega.