Sukses


6 Taktik Darurat Timnas Indonesia di AFF 2016 Tanpa Irfan Bachdim

Bola.com, Jakarta - Cedera yang menimpa Irfan Bachdim empat hari menjelang kick-off Piala AFF 2016 terasa memukul bagi Timnas Indonesia. Pelatih Tim Merah-Putih, Alfred Riedl secara darurat kudu menyiapkan taktik alternatif untuk menjaga ketajaman lini depan tim asuhannya.

Timnas Indonesia sendiri bakal menjajal kekuatan Thailand di laga perdana penyisihan Grup A Piala AFF 2016 pada Sabtu (19/11/2016).

Hasil positif di laga pembuka akan mempermulus langkah Tim Garuda untuk bisa lolos ke semifinal, mengingat persaingan grup ini terhitung neraka, menghadirkan dua langganan juara Thailand dan Singapura plus Filipina yang selalu lolos ke fase empat besar di tiga edisi terakhir turnamen.

Irfan Bachdim, harus meratapi kenyataan tak bisa memperkuat Tim Merah-Putih di Piala AFF 2016. Hal ini setelah pemain Consadole Sapporo itu mengalami cedera di tulang fibula yang cukup parah saat sesi latihan di Lapangan Sekolah Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang, Selasa (15/11/2016) pagi.

Dokter Timnas Indonesia, Syarief Alwi, mengatakan Irfan mengalami cedera cukup parah setelah berbenturan dengan Hansamu Yama dalam sesi simulasi serangan balik. Efek dari benturan itu membuat Irfan mengalami  cedera sekaligus mengubur mimpinya untuk tampil di Piala AFF 2016.     

Cederanya Irfan jelas merisaukan Alfred Riedl. Maklum, selama masa uji coba Tim Merah Putih sosok pemain berdarah Belanda itu sangat diandalkan di lini depan timnas. Ia berduet dengan kapten Persipura Jayapura, Boaz Solossa.

Sejauh ini, Irfan juga merupakan top scorer Timnas Indonesia bersama Boaz dari empat laga uji coba. Keduanya sama-sama mengoleksi tiga gol, di mana Irfan berhasil mencetak satu gol ke gawang Malaysia dan dua gol ke gawang Vietnam. 

Yang menjadi pertanyaaan apa yang akan dilakukan oleh Alfred, untuk menjaga ketajaman sisi ofensif Tim Merah-Putih? Bareng Ganesha Putera, Co Founder Biro Pelatihan Sepak Bola KickOff! Indonesia, Bola.com mencoba menganalisis skenario taktik yang bakal diusung pelatih asal Austria tersebut.

Skenario 1

Menduetkan Boaz Solossa dengan Ferinando Pahabol

Begitu Irfan Bachdim divonis harus istirahat total minimal dua bulan, tim pelatih Timnas Indonesia langsung bergerak cepat memanggil Ferinando Pahabol. Penyerang mungil yang membela Persipura Jayapura tersebut melengkapi kuota 23 pemain yang mengikuti pelatnas saat ini.

Menduetkan Boaz dengan Pahabol pilihan realistis, mengingat keduanya sudah saling memahami karakter permainan masing-masing di level klub.

Ferinando Pahabol (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Hanya yang menjadi pekerjaan rumah performa Pahabol di Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo tak bisa dibilang bagus. Ia tampil di 26 laga dengan hanya mengemas lima gol.

Jika diduetkan dengan Boaz, ia hanya akan berfungsi sebagai pelayan. Striker kelahiran 16 Januari 1992 punya kelebihan dari skill individu. Ia tipikal pemain yang berani memegang bola.

Gocekannya yahud, jadi momok bagi pemain lawan. Selain itu pemain yang mentas di Timnas Indonesia U-23 SEA Games 2013 punya tendangan jarak jauh yang oke. Ia kerap menciptakan gol lewat skema bola mati.

Tapi pemain yang satu ini punya kelemahan dari sisi stamina. Ia dinilai tidak bisa pernah bermain konstan selama 90 menit. Dengan postur yang amat pendek 157 cm, ia diprediksi akan kesulitan mengatasi pengawalan bek-bek jangkung Thailand, Filipina, dan Singapura.

Skenario 2

Memainkan duo cepat Ferdinand Sinaga dengan Boaz Solossa

Ferdinand Sinaga jadi satu-satunya pemain dengan rekor gol mentereng di skuat Timnas Indonesia yang bisa mengimbangi produktivitas Boaz Solossa. Membela PSM Makassar, Ferdinand sudah mencetak 10 gol di pentas TSC 2016, hanya kalah sebiji gol dibanding Boaz Solossa.

Seperti halnya Boaz, Ferdinand merupakan sedikit pemain lokal yang bisa konsisten menembus jajaran pencetak gol kompetisi kasta elite di tengah dominasi predator asing. Pada Indonesia Premier League 2012 Ferdinand jadi Top Scorer kompetisi dengan lesakan 15 gol.

Ferdinand Sinaga (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Jangan lupakan ia tercatat sebagai pencetak gol terbanyak Asian Games 2014 lalu dengan koleksi enam gol. Kombinasi Boaz dengan Ferdinand bakal memunculkan kengerian bagi lini pertahanan tim-tim lawan.

Namun, jika mereka berdua diplot sebagai duet lini depan utama ada konsekuensi yang ditanggung. Tipikal permainan keduanya hampir mirip, mengandalkan speed and power. Mereka amat berbahaya kala mendapat pasokan umpan daerah.

Dikhawatirkan variasi permainan menyerang Timnas Indonesia bakal mononton, karena sejatinya di skuat Tim Garuda juga ada dua pemain cepat di posisi sayap. Timnas Indonesia butuh pemain sebagai tembok atau seseorang yang pintar dalam penempatan posisi.

Skenario 3

Memberdayakan Lerby Eliandry sebagai Duet Boaz Solossa

Lerby Eliandry selama ini selalu diposisikan sebagai serep Irfan Bachdim. Tipikal permainan keduanya hampir mirip. Ia jadi penyeimbang striker cepat yang menjadi rekan duetnya.

Namun, memaksakan Lerby bermain sebagai penyerang inti berisiko. Bomber kelahiran 21 November 1991 masih terlihat kesulitan unjuk produktivitas. 

Lerby Eliandry Pongbabu  (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Di empat duel uji coba, Alfred Riedl lebih sering menurunkan Lerby sebagai pemain pengganti. Saat berlaga di lapangan, Lerby terhitung minim memberikan ancaman bagi pertahanan lawan-lawan yang dihadapi Timnas Indonesia.

Walau tidak fair juga memvonis pemain Pusamania Borneo FC mandul gol, karena menit bermainnya tidak banyak. Namun tak ada salahnya mencoba kemampuan sang pemain agar daya serang Timnas Indonesia lebih bervariasi dan tidak mudah dibaca lawan.

Skenario 4

Mematenkan Skema Striker Tunggal

Melihat ketersediaan stok pemain yang ada, Alfred Riedl amat mungkin bereksperimen merubah sistem bermain Timnas Indonesia. Tim Merah-Putih yang di empat duel uji coba mengusung patron 4-4-2 tak ada salahnya mencoba skema 4-5-1, dengan menempatkan penyerang tunggal.

Posisi yang biasanya diisi Irfan Bachdim bisa digantikan oleh seorang gelandang serang. Ia bisa berperan sebagai penyerang bunglon (false nine).

Boaz Solossa (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Perubahan pola bermain bisa jadi solusi mengatasi persoalan kekikukan Evan Dimas dan Stefano Lilipaly. Kedua gelandang serang terlihat tidak cocok tampil bareng saat uji coba terakhir melawan Vietnam yang berkesudahan 2-3 buat kubu lawan.

Di sisi lain, Alfred Riedl bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan Irfan Bachdim dengan seorang gelandang bertahan.

Penambahan jumlah gelandang jangkar bisa memberi efek positif dalam memperkuat lini pertahanan, yang di sejumlah duel persahabatan jelang Piala AFF 2016 terlihat masih keropos.

Skenario 5

Boaz Solossa Jadi Penyerang Pelayan

Posisi Irfan Bachdim di sektor depan Timnas Indonesia, tidaklah murni sebagai penyerang. Dalam skema 4-4-2 yang diusung Alfred Riedl, pemain blasteran Indonesia-Belanda tersebut dalam situasi tertentu diposisikan sebagai gelandang serang.

Pelatih asal Austria tersebut ingin sektor tengah padat pemain, terutama saat kubu lawan dalam posisi menekan. Irfan sendiri tidak kesulitan memainkan posisi tersebut, karena sejatinya ia memulai karier di Utrecht FC dengan bermain sebagai gelandang serang dan sayap.

Boaz Solossa dan Irfan Bachdim. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Ketika Irfan absen, dibutuhkan pemain pengganti. Figur Boaz Solossa amat mungkin berganti peran untuk menutupi lubang di posisi transisi sektor tengah ke depan.

Boaz yang selama ini bermain sebagai finisher harus rela menjadi penyerang pelayan. Kemampuan pemain asal Papua tersebut memegang bola membuatnya diyakini tidak akan kesulitan berotasi posisi.

Akan tetapi tentunya ada konsekuensi dari perubahan ini. Boaz bisa jadi tidak seproduktif kala ia diposisikan sebagai finisher. Di sisi lain, otomatis pemain yang mengisi posisinya harus siap memikul beban sebagai ujung tombak produktivitas Tim Merah-Putih.

Skenario 6

 Mengubah Sistem Bermain 4-4-2 Menjadi 4-3-3

Di empat laga uji coba menjelang Piala AFF 2015, Alfred Riedl mengusung skema permainan dasar konvensional 4-4-2. Strategi ini cukup berjalan baik karena Timnas Indonesia punya duet maut, Boaz Solossa dan Irfan Bachdim.

Kini, setelah Irfan absen, pilihan mengubah sistem permainan terasa realistis. Melihat begitu banyaknya stok pemain sayap, Tim Merah-Putih bisa dengan mudahnya beradaptasi dengan perubahan formasi. Dengan skema 4-3-3 Tim Garuda hanya butuh seorang penyerang murni.

Andik Vermansah (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Ia akan diapit sayap-sayap ganas, yang akan sering melakukan tusukan dari kedua sisi melebar lapangan. Di Timnas Indonesia sendiri memiliki Andik Vermansah, Bayu Gatra, Rizky Pora, dan Zulham Zamrun yang bisa dimaksimalkan sebagai penyerang sayap bagian dari trisula lini depan.

Jangan lupakan sosok Boaz Solossa dan Ferdinand Sinaga, penyerang tengah yang bisa bermain apik di sektor sayap. Pilihan menggunakan skema 4-3-3 bakal berjalan maksimal jika tiga penyerang bisa berotasi posisi untuk memecah konsentrasi pertahanan lawan. Sistem ini berjalan apik di tim Spanyol, Belanda, atau Barcelona.

Video Populer

Foto Populer