Sukses


Roekito: Ada Turnamen Elite tapi Ribuan Orang Mencari Tarkam

Bola.com, Semarang - Tanpa aktivitas melatih sejak diberhentikan dari Persepam MU musim 2014, Daniel Roekito kembali muncul di tengah kevakuman sepak bola nasional. Pelatih asal Rembang ini tetap bergelut dengan si kulit bundar. Kali ini, mantan pelatih yang membawa Persik juara LI 2006 ini didaulat untuk menukangi tim Garuda Merah pada laga ekshibisi melawan Garuda Putih di Stadion Maguwoharjo Sleman dan Stadion Manahan Solo.

Pertandingan ini digagas wartawan senior Yon Moeis dan Toro. Sementara Edy Syahputra yang selama ini bergelut sebagai agen pemain di Indonesia kebagian tugas menghubungi para pemain yang baru saja tampil di Piala Presiden 2015. Daniel punya pesan yang ingin disampaikan, dari ajang ekshibisi tersebut. Berikut wawancara bola.com dengan Daniel Roekito.

Apa kegiatan Anda setelah lepas dari Persepam MU?

Saya kembali menggeluti hobi memancing untuk melepas kejenuhan. Saya biasa memancing hingga Yogyakarta. Tapi terkadang juga memancing di laut kalau ombaknya sedang tenang.

Apa alasan Anda mau jadi pelatih tim yang hanya berlaga di ekshibisi?

Bagi saya melatih telah jadi bagian dari kehidupan. Jadi saya tak melihat apakah tim yang saya tangani tampil di kompetisi resmi, turnamen, atau cuma persahabatan. Apapun ajang yang diikuti, saya tetap serius melatih tim itu.

Soal pertandingan ekshibisi nanti, saya dihubungi teman-teman Jakarta. Istilahnya, saya dimintai tolong untuk meramaikan acara itu. Kebetulan ada misi mulia di ekshibisi tersebut. Pertandingan nanti adalah laga amal yang hasil pemasukan tiket penonton untuk membantu para pelaku sepak bola yang kurang beruntung, seperti Alfin Tuasalamony yang saat ini mengalami cedera dan butuh bantuan, memberi sarana pemain tak terkenal untuk bisa mencari nafkah, dan Kurnia Sandy yang saat ini menderita sakit di Sidoarjo. 

Reputasi Anda sebagai pelatih cukup bagus. Apakah Anda tak merasa rendah dengan melatih tim setaraf partai ekshibisi?

Saya mau membantu teman-teman karena ini laga amal dengan tujuan mulia. Saya tak merasa dilecehkan atau direndahkan dengan melatih tim ini. Separuh lebih usia saya berkecimpung di sepak bola. Orang mengenal nama saya juga dari olahraga rakyat ini. Jadi saya malah merasa tersanjung bisa membantu orang lain di laga amal ini. 

Berapa honor Anda untuk melatih tim Garuda Merah?

Saya tak pernah bicara imbalan. Bisa membantu teman-teman yang sedang kesusahan merupakan sesuatu yang tak bisa dinilai dengan uang. Saya kira para pemain yang akan tampil pun tak akan menilai soal honor. Meskipun secara realistis, kami butuh uang untuk menghidupi keluarga setelah sepak bola kita berhenti. 

Seperti apa format duel Garuda Merah dan Garuda Putih nanti?

Kedua tim nanti bermaterikan pemain-pemain bintang yang tampil di Piala Presiden. Partai ini ibarat perang bintang seperti yang pernah digelar setelah kompetisi berakhir. Dulu kan ada Perang Bintang Barat dan Timur. Ibaratnya, saya nanti melatih tim Bintang Timur karena penyelenggara memberikan saya materi pemain dari klub-klub Indonesia Timur. Tim satunya yang dipegang Isman Jasulmei berasal dari klub-klub Indonesia Barat.

Saat agenda Perang Bintang beberapa tahun lalu, pelatih dan pemain yang masuk di tim itu sangat bangga. Mereka adalah yang terbaik di antara kolega mereka di kawasan itu. Laga amal ini juga sebuah kepedulian dari para pemain yang tampil di Piala Presiden untuk berbagi suka dan duka.

Jujur saja, berapa pemain sih yang kemarin berkiprah di turnamen itu? Hanya pemain pilihan yang bisa unjuk kebolehan. Masih ada ribuan pemain yang tak ikut menikmati gemerlap Piala Presiden lalu.

Pemain semenjana hanya bisa cari uang kecil dengan tampil dari tarkam ke tarkam.

Hanya publik tertentu yang juga bisa menyaksikan langsung pertandingan Piala Presiden itu. Makanya, Sleman dan Solo dipilih supaya bisa merasakan atmosfer pertandingan sepak bola yang dimainkan para bintang Indonesia saat ini.

Bagaimana Anda melihat konflik sepak bola Indonesia saat ini?

Dampak konflik PSSI dengan Pemerintah sangat kompleks. Ribuan rakyat baik pelaku maupun masyarakat terkena imbasnya. Jangan lupa, para pelatih dan pemain sepak bola itu juga rakyat Indonesia yang punya hak untuk hidup sejahtera dari kemampun mereka bermain bola. Saya tak mau menilai siapa yang salah dan siapa yang benar. Tapi saya melihat konflik ini karena egoisme orang-orang yang tak memikirkan akibat dari sikap mereka itu.

Cobaan sakit yang sekarang dialami Kurnia Sandy salah satu dampak konflik tersebut. Dia pernah jadi pemain saya saat di Persik. Dia salah satu kiper terbaik di zamannya. Sumbangsih Sandy untuk negara ini juga tak bisa dipandang sebelah mata. Tapi, ketika dia sudah pensiun dan ingin berkarir sebagai asisten pelatih Timnas U-15 dan U-17 bersama Fachri Husaini, tiba-tiba sepak bola kita gonjang-ganjing.

Padahal, sebagai asisten timnas tentu Kurnia Sandy mendapat gaji dan dia pasti berharap kariernya sebagai pelatih kiper terus berlanjut. Namun harapan itu tampaknya jadi mimpi bagi dia. Kalau Kurnia Sandy hanya melatih SSB di Sidoarjo, saya kira itu sangat tidak cukup untuk menghidupi keluarganya. Semoga Kurnia Sandy cepat sembuh dan keluarganya tabah menghadapi ujian ini.

Video Populer

Foto Populer