Sukses


3 Pengalaman Pahit Arema Arema Sepanjang 2020, Termasuk Terlalu Boros Belanja Figur Asing

Bola.com, Jakarta - Dua pekan lagi tahun 2020 bakal berakhir. Arema FC tak akan melupakan perjalanan tahun ini. Ada tiga kesalahan yang jadi pelajaran penting bagi manajemen tim berjuluk Singo Edan tersebut.

Terlepas dari terhentinya kompetisi karena pandemi virus corona, kiprah Arema FC awal musim ini tergolong kurang stabil. Padahal mereka sudah berinvetasi lumayan banyak untuk membentuk tim.

Saat pramusim, Arema hanya melenggang sampai semifinal Piala Gubernur Jatim 2020. Singo Edan menyerah dari Persebaya Surabaya di fase itu.

Adapun pada tiga laga awal Liga 1, Arema baru mengoleksi tiga poin. Mereka sempat dipermalukan Persib Bandung di Malang. Itu jadi sebuah aib bagi Arema pada 2020.

Singo Edan juga bongkar pasang pemain dan pelatih saat kompetisi terhenti lantaran pandemi virus corona. Arema FC mendapat banyak pelajaran penting di musim ini. Berikut tiga pengalaman pahit yang dialami Singo Edan sepanjang 2020.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

1. Klub Paling Boros Slot Figur Asing

Musim ini Arema coba mengalokasikan dana besar untuk pemain asing di tim. Pelatih Mario Gomez yang direkrut dari Borneo FC jadi rekor pelatih termahal sepanjang sejarah. Nilai kontraknya disinyalir lebih dari Rp2 miliar.

Gomez membawa gerbong pemain dan asisten pelatih asing yang juga tidak murah. Pemain termahalnya adalah Jonathan Bauman. Setelah itu ada Matias Malvino, Oh In-Kyun, dan Elias Alderete.

Masih ada lagi, pelatih fisik Marcos Gonzales juga diminta oleh Gomez. Sementara Arema membawa pelatih kiper sendiri, Felipe Americo. Awal musim 2019, praktis Arema punya 7 figur asing dan harus menyiapkan segala fasilitasnya.

Sayang, pada Agustus lalu, gerbong Gomez dibersihkan di tim Arema. Ada beberapa faktor. Pertama tidak sepakat perihal pemangkasan 75 persen gaji.

Selain itu, manajemen kurang puas dengan kinerja mereka. Hanya Felipe Americo yang tersisa hingga saat ini. Sebagai gantinya, Arema mendatangkan trio Brasil. Carlos Oliveira di kursi pelatih kepala. Sedangkan dua pemainnya adalah Caio Ruan dan Bruno Smith.

“Musim ini kami keluarkan terlalu banyak dana untuk figur asing. Karena itu, sekarang lebih selektif memilihnya,” jelas General Manager Arema, Ruddy Widodo.

 

 

3 dari 4 halaman

2. Terlalu Pasrah Serahkan Perekrutan Pemain ke Pelatih

Awal musim ini Arema memasrahkan perekrutan pemain kepada tim pelatih. Pelatih kepala, Mario Gomez, punya hak penuh memilih pemain asing. Sedangkan perburuan pemain lokal, mayoritas hasil pengamatan asisten pelatih. Manajemen lebih ringan tugasnya, hanya mengeksekusi untuk mengontrak pemain tersebut.

“Awal musim ini kami coba kebijakan pasrah penuh kepada pelatih. Tapi hasilnya tidak bagus juga ternyata. Manajemen juga harus ikut berdiskusi dan melihat kualitas pemain, karena itu menyangkut budget untuk perekrutannya,” sambung Ruddy.

Setelah Gomez cabut dari Arema, pelatih baru Carlos Oliveira kena imbasnya. Carlos tidak dapat wewenang penuh seperti Gomez.

Pelatih asal Brasil ini tugasnya hanya meracik komposisi pemain yang sudah ada. Dua pemain asing Caio Ruan dan Bruno Smith merupakan hasil buruan manajemen bersama para asisten pelatih lama.

 

 

4 dari 4 halaman

3. Silau Nama Besar

Arema berada di trek yang benar saat membentuk tim untuk musim 2019. Mereka sudah sepakat dengan Mario Gomez pada akhir musim 2018. Manajemen tidak pusing mencari nahkoda pengganti Milomir Seslija waktu itu.

Arema merekrut Gomez karena pertimbangan nama besarnya yang pernah jadi asisten pelatih Valencia, Inter Milan hingga membawa klub Malaysia, Johor Darul Takzim juara Piala AFC 2015.

Singo Edan silau dengan nama besar Gomez. Beberapa pemain yang pernah dilatih Gomez juga memberikan masukan positif kepada manajemen Arema.

Gomez disebut punya spesialisasi mengorbitkan pemain muda, sehingga membuat Arema tertarik. Sayang, kerja sama Arema dengan Gomez hanya seumur jagung, yakni hingga tiga pertandingan Liga 1.

Selain Gomez, striker Jonathan Bauman juga jadi salah satu pemain asing papan atas Indonesia. Karena dia sempat membela Persib Bandung di musim 2018. Sayang, Bauman justru akrab dengan kartu merah di Arema. Satu dikantonginya saat pra musim, dan satu lagi di kompetisi resmi.  

 

Video Populer

Foto Populer