Bola.com, Jakarta - Sungguh malang nasib Paul Pogba. Belum 100 persen bugar pascacedera panjang, kini pemain Juventus itu tersandung kasus pelik, yakni masalah penggunaan zat terlarang.
Pogba positif mengkonsumsi testosteron dalam hasil tes doping beberapa waktu lalu. Uji terhadap pemain Prancis itu dilakukan tak lama setelah Juventus bentrok kontra Udinese, dalam laga pembuka Serie A 2023/2024, beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Panas Seperti Liga Inggris, Simak Jadwal Lengkap Pekan Terakhir MPL ID Season 13 : Penentu Nasib 2 Raksasa Terluka
Ulah Kocak Kiper Manchester City Berujung Serbuan Fans Arsenal Gara-Gara Nomor Ponsel Tersebar, Ederson : Pesannya Lucu-Lucu
Berebut Satu Tiket ke Liga Italia Serie A, Klub Bek Timnas Indonesia Bisa Bersua 5 Tim : Bang Jay Menyala, Catatan Pertemuan Positif Nih
Advertisement
Ketika itu, Juventus unggul 3-0. Sesuai aturan, setelah pertandingan, tim dokter berhak melakukan tes terhadap para pemain dengan cara memilih acak.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kena Hukuman
Testosteron memiliki fungsi meningkatkan kekuatan, massa otot, dan berat badan tanpa lemak. Bisa dikonsumsi via oral atau disuntikkan alias injeksi.
The Guardian merilis, Pogba terancam hukuman larang bermain hingga empat tahun. Pogba tak bisa menghindar, karena Pengadilan Anti-doping Nasional Italia (NADO) pada awal pekan ini resmi menyatakan mantan pemain Manchester United itu bersalah.
Advertisement
“Sebagai penerimaan terhadap kasus yang diajukan Jaksa Anti-doping Nasional, mereka menetapkan skorsing sementara terhadap atlet Paul Labile Pogba,” kata NADO, lewat pernyataan resminya.
Pogba bukan pemain top pertama yang terlilit kasus penggunaan obat terlarang. Sebelumnya, sejumlah seniman lapangan hijau juga mengalami kondisi yang sama:
Advertisement
Edgar Davids
Terkenal dengan determinasinya di awal tahun 2000-an, karier Davids menemui hambatan pada 2001. Saat itu, ia dinyatakan positif menggunakan nandrolone.
Ia menjadi pemain ketujuh di Serie A yang dinyatakan positif menggunakan zat tersebut pada musim itu. Setelah gagal dalam tes antidoping kedua beberapa bulan setelah insiden awal, pemain asal Belanda itu dinyatakan positif lagi.
Advertisement
Kali ini, Davids menggunakan steroid anabolik norandrosteron dan noretiocolanolone setelah pertandingan Juventus melawan Udinese. Larangan 16 bulan yang diberikan pada saat itu akan membuatnya absen di Piala Dunia 2002, jika Belanda lolos. Namun, Davids hanya absen empat bulan.
Adrian Mutu
Mutu pernah mendapat masalah besar ketika baru saja mendarat di Chelsea. Banderol transfer 15,8 juta pounds menjadi beban tersendiri, dan itu tak terjadi sebelumnya ketika membela Parma.
Ia tak mendapat tempat reguler dan tim pelatih. Lebih memalukan lagi, dia menerima larangan bermain sepak bola selama tujuh bulan pada 2004.
Advertisement
Latarnya tak lain, Mutu positif menggunakan kokain. Tak ayal, vonis itu menjadi 'paku terakhir di peti mati' saat bergabung degan Chelsea.
Advertisement
Jaap Stam
Ingat ketika Edgar Davids yang terjebak dalam kasus steroid Serie A tahun 2001? Stam juga ternyata terlibat dan dinyatakan positif menggunakan nandrolone pada saat bersamaan.
Dia mendapat hukuman larangan bermain lima bulan. Setelah mengajukan banding, lama hukuman berkurang menjadi hanya empat bulan. Saat itu, eks MU ini sempat membuat resah lini pertahanan Lazio.
Advertisement
Frank de Boer
Pengguna nandrolone lainnya, De Boer dinyatakan positif menggunakan zat tersebut setelah pertandingan Barcelona di Piala UEFA, melawan Celta Vigo pada tahun 2001.
Ia langsung mendapat larangan bermain selama satu tahun. Namun, semua itu lebih cepat selesai, setelah sang pemain sanggup memberikan jaminan.
Advertisement
Advertisement
Diego Maradona
Maradona membuat pengalaman epik terkait hubungannya dengan zat terlarang. Maradona dinyatakan positif menggunakan zat terlarang saat berada di Napoli pada 1991.
Pemain asal Argentina itu bangkit kembali. Namun, ia kembali terlibat masalah beberapa tahun kemudian, ketika dinyatakan positif menggunakan efedrin di Piala Dunia 1994.
Advertisement
Akibatnya, manajemen Timnas Argentina mengeluarkan Maradona. Hal itu seolah menjadi penanda, Maradona mengakhiri karir internasionalnya dengan cara yang memalukan dan menandai awal dari akhir karier bermain di level klub.
Sumber : Planetfootball