Sukses


Persija bak Liverpool, Kapan Kutukan Berakhir?

Bola.com, Jakarta - Tidak ada yang membantah Persija Jakarta adalah klub dengan nama besar di Tanah Air. Sejarah mereka sejak didirikan pada 1928, telah membuktikan banyak hal. Sekadar diketahui Persija adalah klub dengan gelar terbanyak juara Perserikatan.

Total sembilan gelar juara Perserikatan pernah diraih tim berjulukan Macan Kemayoran, yaitu musim 1931, 1933, 1934, 1938, 1954, 1964, 1972-1973, 1974-1975, dan 1978-1979. Saat Perserikatan dilebur dengan Galatama menjadi Liga Indonesia, Persija masih sempat meraih satu gelar juara, yaitu Divisi Utama Liga Indonesia 2001. Tapi, setelah itu sampai sekarang Persija seperti kehilangan marwahnya.

Ketika kompetisi ganti kulit lagi menjadi Indonesia Super League (ISL), Persija makin tidak mampu berbicara banyak. Bahkan tim ibu kota ini kerap terseok-seok. Satu-satunya catatan lumayan hanya terjadi saat ISL 2010-2011, ketika finis di peringkat ketiga di bawah Persipura Jayapura dan Arema Indonesia. Setelah itu Persija tidak mampu menjadi tim dengan nama besar yang bersaing di papan atas. Bahkan di ISL 2014 musim lalu, Persija gagal lolos ke delapan besar. Mereka kalah bersaing dengan Pelita Bandung Raya (PBR) yang menyalip di menit-menit terakhir.

Di level turnamen, Persija juga sudah lama tidak berprestasi. Tim yang bermarkas di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) ini terakhir kali juara turnamen bergengsi saat meraih trofi Piala Emas Bang Yos pada 2003. Sebelumnya Persija sempat juara dua kali di Brunei Invitation Cup pada 2000 dan 2001. Pada pramusim ISL 2015, Persija memang sempat juara Trofeo Persija, tapi itupun juara bersama dengan Sriwijaya FC dan Arema Cronus. Plus, Trofeo Persija sifatnya hanya pertandingan ekshibisi.

Dengan nama besar seperti itu bisa dikatakan Persija sangat memprihatinkan. Padahal di setiap musimnya Persija tidak kekurangan pemain bintang. Dukungan melimpah dari The Jakmania juga tidak pernah surut. Bila dikatakan Persija sulit berprestasi karena faktor finansial, sepertinya tidak melulu karena hal itu saja. Saat APBD masih boleh dipakai untuk klub sepak bola profesional, Persija juga hanya sekali jadi juara, pada 2001 itu. Belakangan, isu kesulitan keuangan kerap mengemuka, yang mereduksi penampilan skuat bintang Tim Oranye.

Kini di turnamen Piala Presiden 2015, peruntungan Persija sepertinya juga belum membaik. Bermain di Grup C tergabung dengan Bali United, Persita Tangerang, serta Mitra Kukar, Persija baru mendapatkan satu poin. Satu poin itu didapat saat berhasil memaksakan skor imbang melawan Persita Tangerang. Sebelumnya di pertandingan pertama, Persija malah dibantai Bali United dengan skor 0-3. Padahal dari sisi materi pemain, Persija memiliki lebih banyak pemain berpengalaman.

Meski memang, persiapan mereka tergolong mepet. Hanya, bila bicara masalah persiapan, klub lain di Grup C seperti Persita dan Mitra Kukar, juga menggelar persiapan cukup mepet. Terhitung hanya Bali United yang bersiap lebih dini karena mereka secara kontinyu menggelar latihan rutin di masa kompetisi vakum. Problem tunggakan gaji mungkin bisa jadi penyebab lain melempemnya performa Ismed Sofyan dkk. Padahal, manajemen sudah menjanjikan akan melunasi seluruh tunggakan itu bila skuat Tim Oranye bisa melaju hingga setidaknya ke semifinal.

Akibatnya, peluang Persija untuk lolos ke perempat final tidaklah besar. Mereka harus menang di pertandingan terakhir melawan Mitra Kukar dan berharap Persita kalah dari Bali United. Melihat fakta itu sepertinya agak berat buat Persija untuk melangkah ke perempat final, apalagi melihat cara bermain Mitra Kukar yang mampu menahan Bali United di pertandingan kedua.

Sementara jauh di belahan bumi Eropa, ada kisah tentang Liverpool. Klub dari kota pelabuhan itu sepertinya mirip dengan cerita Persija. Seperti halnya klub berlogo Monas itu, tidak ada yang membantah betapa hebatnya Liverpool di masa lalu. Total, 18 gelar juara Divisi Utama Liga Inggris pernah diraih Liverpool.

Klub yang bermarkas di Stadion Anfield itu juara pada musim 1900-1901, 1905-1906, 1921-1922, 1922-1923, 1946-1947, 1963-1964, 1965-1966, 1972-1973, 1975-1976, 1976-1977, 1978-1979, 1979-1980, 1981-1982, 1982-1983, 1983-1984, 1985-1986, 1987-1988, dan 1989-1990. Terbanyak di antara seluruh klub Inggris Raya!

Tapi, apa yang terjadi setelah format Liga Inggris berubah format menjadi English Premier League pada 1992? Liverpool terjun bebas, seperti kena kutukan selalu kesulitan meraih gelar juara. Satu-satunya kesempatan emas terjadi pada musim 2013-2014, ketika selama berminggu-minggu mampu menduduki puncak klasemen, tapi pada akhirnya justru Manchester City yang keluar sebagai juara. Momen terpelesetnya Steven Gerrard hingga detik ini masih saja segar dalam ingatan, hingga membuat trofi juara Englih Premier League yang sudah di depan mata terempas begitu saja.

Lalu, kapan kutukan Persija dan Liverpool berakhir?

Baca Juga :

Persija Terbawah, Ini Klasemen Sementara Grup C Piala Presiden

4 Hal ini yang Bikin Persija Kalah dari Bali United

Feature: Penantian Panjang Jakmania Menyaksikan Kejayaan Persija

Video Populer

Foto Populer