Sukses


Curhat Huistra: Salam Perpisahan untuk Sepak Bola Indonesia

Bola.com, Jakarta - Mantan Direktur Teknik (Dirtek) Timnas Indonesia, Pieter Huistra, menuliskan surat terbuka yang ditujukan kepada Indonesia. Dalam surat tersebut, pria asal Belanda itu menceritakan pengalamannya selama berada di Tanah Air.

Ia memulai cerita dari pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia pada Desember 2014. Ketika itu ia bersama anggota dari Komite Teknik AFC, Narayanan Sivaji Nair, diminta untuk membantu mengembangkan sepak bola di Indonesia.

"Kami berkonsentrasi pada salah satu pilar paling penting untuk perbaikan sepak bola yakni pendidikan pelatih. Dalam waktu singkat kami mendirikan sebuah program besar untuk pelatih agar bisa mendapatkan lisensi AFC mereka di Indonesia," tulis Huistra di website pribadinya.

"Para pelatih kepala berpartisipasi dalam program pertama. Sebelumnya, banyak dari mereka yang sebelumnya telah mengikuti kursus nasional yang tidak diakui AFC," tambah Huistra.

Pelatih Persipasi Bandung Raya (PBR), Pieter Huistra, saat konferensi pers setelah pertandingan melawan Persija dalam Piala Jenderal Sudirman 2015 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Kamis (19/11/2015). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Kemudian Huistra pun bercerita tentang pengalamannya mendatangi beberapa provinsi yang ada di Indonesia untuk mempelajari kultur sepak bola nasional. Mulai dari Jayapura, Manokwari, Ternate, Ambon, dan Palembang. Ia pun kagum dengan antusiasme masyarakat di Indonesia terhadap sepak bola.

Semua program sepak bola usia dini yang telah diagendakan Huistra awalnya berjalan baik. Namun, semua berubah menjadi buruk, saat kongres PSSI di bulan April 2015. Ketika itu pemerintah melayangkan surat pembekuan terhadap PSSI dan tidak mengakui kepengurusan baru mereka.

Sejak saat itu, menurut Huistra perkembangan sepak bola di Tanah Air terhenti. PT Liga Indonesia bersama dengan PSSI memutuskan seluruh kompetisi di Indonesia dihentikan karena force majeure. FIFA pun menjatuhkan sanksi kepada Indonesia pada 30 Mei 2015, membuat Timnas tidak boleh berpartisipasi di semua ajang yang masuk dalam agenda FIFA.

Padahal, hanya  berjarak dua pekan, Timnas Indonesia akan melakukan pertandingan pertama di kualifikasi Piala Dunia. Sanksi FIFA membuat Timnas Garuda kehilangan kesempatan untuk berlaga di Piala Asia 2019.

"Tim Transisi dibentuk oleh Pemerintah untuk menggantikan PSSI, tapi tidak ada rencana yang jelas bagaimana membantu kemajuan sepak bola. Semua kursus kepelatihan AFC dibatalkan karena suspensi dan Piala AFF U-16 dan U-19 pindah ke negara lain."

"Program (timnas U-16 dan U-19) yang tampak begitu menjanjikan terhenti setelah lebih dari sembilan bulan bekerja keras. Tak satu pun dari klub di ISL mempunyai pendapatan untuk membayar gaji pemain. Para pemain kehilangan kontrak mereka dan pendapatan mereka karena situasi ini. Ribuan orang terkena dampak keputusan pemerintah untuk membekukan PSSI."

Mantan pemain FC Twente itu menyatakan vakumnya kompetsi memengaruhi dirinya. Ia kesulitan mencari sponsor untuk mendanai program kompetisi usia dini karena perusahan-perusahan besar takut mengeluarkan dana karena iklim sepak bola di Tanah Air yang tidak kondusif.

Setelah sekian lama tidak ada pertandingan sepak bola, akhirnya masyarakat Indonesia kembali terhibur dengan diselenggarakannya turnamen Piala Presiden 2015 pada bulan September. Huistra pun merasa turnamen ini sedikit membantu sepak bola Indonesia. Sebanyak 13 tim ISL dan tiga tim dari Divisi Utama berpartisipasi dalam turnamen itu.

Selepas turnamen tersebut Huistra ditunjuk sebagai pelatih Persipasi Bandung Raya (PBR) untuk turnamen Piala Jenderal Sudirman. Ia merasa senang karena sudah lama dirinya tidak melihat atmosfer dari para pecinta sepak bola di Tanah Air.

Mantan pelatih timnas Indonesia, Pieter Huistra resmi menangani Persipasi Bandung Raya di Piala Jenderal Sudirman mendatang. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

"Saya diminta untuk melatih di PBR saat Piala Jenderal Sudirman, pengalaman yang sangat menyenangkan. Dalam turnamen ini saya merasa lebih dekat dengan pemain, dan dapat melihat permainan mereka."

Kerja sama yang telah terjalin antara Huistra dengan PSSI akhirnya berakhir pada 8 Desember 2015. Keputusan itu diambil tak lepas dari kisruh yang masih melanda sepak bola nasional. Meski begitu, mantan asisten pelatih Ajax Amsterdam itu meyakini sepak bola Indonesia akan kembali berjaya. Asalkan, Pemerintah dan PSSI bisa berkolaborasi dengan baik.

"Tapi ini hanya bisa terjadi ketika PSSI dan Pemerintah berdamai, serta mulai bekerja bersama-sama. Kemudian sponsor akan masuk dan sepak bola usia muda bisa kembali naik. Sayangnya semua itu akan tanpa saya. Saya sudah pergi dan kini mencari tantangan baru,"kata Pieter Huistra menutup.

Video Populer

Foto Populer