Sukses


5 Pesepak Bola Benua Eropa Paling Berpengaruh di Indonesia

Bola.com, Jakarta - Apabila dibandingkan pesepak bola dari Amerika Latin atau Benua Asia, keberadaan pesepak bola asal Benua Eropa di kompetisi Indonesia terbilang lebih sedikit.

Ada sejumlah faktor mengapa jumlah pesepak bola asal Benua Biru di negeri ini kalah banyak. Faktor perbedaan cuaca jadi salah satu alasan. Kemudian soal kisaran nilai kontrak yang mayoritas lebih tinggi dari pemain benua lain, hingga bahwa kiblat sepak bola Indonesia mengacu ke Amerika Latin, bukan Eropa. Ada lagi, secara global Brasil, Argentina, Cile, dan lain-lain dikenal sebagai pengekspor pemain.

Meski begitu, keberadaan pesepak bola Eropa di pentas sepak bola Indonesia tetap memberikan warna sendiri di setiap klub yang dibela dan kompetisi yang dilakoni. Ada yang sukses mencuri perhatian pecinta sepak bola negeri ini, ada pula yang bak berlalu begitu saja dari panggung kompetisi Indonesia.

bola.com dalam kesempatan ini mencoba memilihkan pesepak bola dari Benua Eropa yang bersinar bersama klub yang dibela mereka hingga memiliki pengaruh besar dalam pentas sepak bola Indonesia. Siapa saja pesepak bola itu? Berikut daftarnya :

Sosok Dejan Gluscevic masih dikenang di kalangan fans sepak bola Indonesia berkat penampilan ciamiknya pada awal Liga Indonesia edisi pertama. (Youtube)

1. Dejan Gluscevic

Nama Dejan Gluscevic langsung menjadi buah bibir publik sepak bola nasional saat keran pemain asing dibuka pada Liga Indonesia 1994-1995. Bermain membawa bendera Pelita Jaya, sosok asal Serbia ini mampu merebut hati suporter. Produktivitasnya yang di atas rata-rata membuat Pelita Jaya jadi magnet penonton.

Konsistensinya dalam menjebol gawang lawan mencapai puncaknya saat bermain di Mastrans Bandung Raya (MBR). Memperkuat klub asal Bandung itu, Dejan berhasil mencetak 30 gol dari 33 laga dan mengantarkan MBR meraih gelar juara Liga Indonesia 1995-1996.

Hingga kini Dejan yang berkewarganegaraan Serbia ini masih mengingat masa-masa indahnya di Indonesia. Ia bahkan beberapa kali sempat digosipkan akan segera melatih klub Indonesia, yakni Persija Jakarta. Hanya, konflik di sepak bola Indonesia yang terus terjadi membuatnya menarik diri. Saat ini Dejan Gluscevic masih aktif di pembinaan sepak bola usia muda di Singapura.

Pelatih Persipasi Bandung Raya (PBR), Dejan Antonic (tengah) memberi arahan pada pemainnya  saat laga uji coba dengan Villa 2000 di Stadion Lebak Bulus Jakarta, Sabtu (22/8/2015). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

2. Dejan Antonic

Pertama kali datang ke Indonesia, Dejan Antonic memperkuat Persebaya Surabaya pada 1995. Statusnya saat itu cukup mentereng, yakni sebagai pemain yang pernah ikut membawa Yugoslavia juara Piala Dunia U-20. Kala itu Dejan Antonic satu tim dengan Zvonimir Boban, Robert Jarni, Igor Stimac, Zvonimir Boban, Robert Prosinecki, Predrag Mijatovic, hingga Davor Suker.

Hanya satu musim memperkuat Persebaya, Dejan Antonic pindah ke Persita Tangerang pada 1996-1997. Dari situ pria yang sekarang berusia 46 tahun itu pindah ke Persema Malang pada 1997-1998. Di Indonesia pula Dejan menemukan jodoh dan menikahi wanita berstatus WNI.

Setelah tiga tahun berkiprah di Indonesia, Dejan Antonic pindah ke Hong Kong. Di sana ia bermain untuk Instant Dict hingga Kitchee FC. Pada 15 Desember 2015, Dejan Antonic baru saja meraih lisensi pelatih UEFA Pro dan diisukan akan melatih Persib Bandung menggantikan Djadjang Nurdjaman.

3. Roman Chmelo

Roman Chmelo merupakan salah satu pemain asing yang langsung sukses di Indonesia. Ketika pertama kali bermain di ISL dengan memperkuat Arema Indonesia pada 2009-2010 Roman Chmelo langsung ikut mempersembahkan gelar juara ISL. Kemampuannya dalam menyuplai bola dari lini tengah membuat Arema Indonesia ketika itu terbilang digdaya.Kolaborasinya dengan pemain asing lain, yaitu duo Singapura: Noh Alam Shah dan M. Ridhuan, ditambah bek bekas pemain Kamerun di Piala Dunia: Pierre Njanka, serta gelandang bertahan Amerika Latin, Esteban Gullien, menjadi poros kekuatan Arema Indonesia.

Sampai sekarang Roman Chmelo selalu ada di hati Aremania, suporter fanatik Arema. Jasanya membawa Arema sebagai juara ISL 2009-2010 tidak akan pernah dilupakan segenap pendukung Arema.

Namun, dualisme pengelolaan klub yang muncul di Arema mulai 2011, membuatnya tersingkir. Sempat kemudian berseragam PSM Makassar, kini Roman Chmelo yang sudah 35 tahun memutuskan pulang ke negaranya di Slowakia.

4. Evgheni Hmaruc

Kiper jangkung asal Moldova ini pernah menjadi buah bibir di Divisi Utama 2007. Performanya bersama Persija Jakarta membuat tim asal ibu kota negara itu mampu menembus semifinal Divisi Utama. Penempatan posisi dan kepiawaiannya mengawal gawang kerap mengundang decak kagum dari penonton.

Akan tetapi, di babak 8 besar Evgheni Hmaruc sempat terlibat perkelahian dengan Cristian Gonzales dari Persik Kediri. Akibatnya ia dihukum larangan bertanding sebanyak satu kali oleh Komdis PSSI. Tetapi, Komding PSSI menganulir keputusan Komdis dan Evgheni Hmaruc bisa kembali bermain di laga berikutnya.

Ketidakberuntungan dialami Hmaruc karena Persija kalah dari Sriwijaya FC di pertandingan semifinal. Hanya bertahan satu musim di Persija, Evgheni Hmaruc pulang ke Moldova karena pelatih yang mengajaknya berkiprah di Indonesia, Sergei Dubrovin, dihukum dua tahun oleh PSSI karena perilaku buruk di Divisi Utama 2007.

Bek Persib Bandung, Vladimir Vujovic duduk-duduk di hotel jelang laga final Piala Presiden di Stadion Utama Gelora Bung Karno. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

5. Vladimir Vujovic

Bek jangkung asal Montenegro ini tercatat sebagai salah satu pemain asing yang mampu menghilangkan dahaga gelar juara buat Persib Bandung. Pada kiprah pertamanya di Indonesia, tepatnya ISL 2014, Vladimir Vujovic kut mempersembahkan gelar kompetisi terelite di Indonesia ini. Trofi itu mengakhiri penantian selama 19 tahun Persib untuk kembali menjadi juara kompetisi kasta teratas di Tanah Air.

Permainannya yang lugas dan tanpa kompromi membuat lini belakang Persib sulit ditembus lawan. Meski kerap mendapatkan kartu kuning atau kartu merah, Vladimir Vujovic tetap memberi arti besar buat tim. Bahkan, tercatat Vujovic adalah pemain yang ikut menyumbang gol di final ISL 2014 ke gawang Persipura.

Walau dalam waktu normal pertandingan berakhir 2-2, gol Vujovic mampu memberi semangat luar biasa kepada rekan-rekannya hingga menang di adu penalti. Di laga final itu Vujovic juga mendapat kartu merah di pengujung pertandingan. Kini, Vujovic sudah memutuskan hengkang dari Persib.

Alasan Vujovic bukan karena tidak lagi ingin memperkuat Persib melainkan karena kompetisi di Indonesia tidak bisa digelar menyusul kisruh sepak bola Indonesia yang melibatkan negara dan PSSI. Selama memperkuat Persib, Vujovic menyumbang andil dua gelar juara, yaitu ISL dan Piala Presiden 2015. 

Video Populer

Foto Populer