Sukses


5 Pemain Timnas Indonesia yang Berpengalaman Berkarier di Luar Negeri

Bola.com, Jakarta - Skuad Timnas Indonesia saat ini dihuni oleh wajah yang lebih segar. Pelatih Shin Tae-yong melakukan perombakan dengan mengabaikan sejumlah pemain senior.

Shin Tae-yong mengumpulkan 29 pemain Timnas Indonesia dalam rangka pemusatan latihan (training centre) di Jakarta pada 7 Agustus 2020. Persiapan terus dilakukan sebelum melanjutkan putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.

Pada pemusatan latihan kali ini, Shin Tae-yong mengolaborasikan sisa-sisa dari Timnas Indonesia senior dengan alumnus timnas U-23 dan beberapa nama baru. Materi pemain tim berjulukan Skuad Garuda itu terlihat lebih segar.

Dari daftar tersebut, bercokol pula sejumlah pemain yang berpengalaman berkarier di luar negeri. Ada pemain yang pernah berkancah di Asia Tenggara, ada pula yang berhasil menembus persaingan ketat sepak bola Eropa.

Dengan pengalamannya, para pemain dengan riwayat menjanjikan ini diharapkan dapat memberikan warna berbeda untuk Timnas Indonesia. Berikut lima pemain Skuad Garuda yang berpengalaman berkiprah di negeri orang:

Video

2 dari 6 halaman

Irfan Bachdim

Irfan Bachdim adalah nama pertama dari skuad Timnas Indonesia saat ini yang mencicipi karier di luar negeri. Bahkan, kiprah penyerang PSS Sleman itu memang dimulai di benua biru, tepatnya di kompetisi Belanda.

Maklum, Bachdim lahir dan besar di Amsterdam, Belanda. Pemain berusia 31 tahun tersebut memilih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada 2010.

Kiprah sepak bola Bachdim diawali di tim junior SV Argon pada 1997-1998, Ajax Amsterdam pada 1998-2000, kembali ke SV Argon pada 2000-2003, dan FC Utrecht pada 2003-2007.

FC Utrech menjadi klub pertama Bachdim di dunia profesional. Dia membukukan debut pada 2007. Lantaran ingin lebih berkembang karena hanya mencatatkan satu penampilan di klub tersebut, Bachdim hengkang ke Haarlem pada 2009. Namun, Bachdim hanya bertahan semusim di klub itu. Ia lantas kembali ke klub masa kecilnya, SV Argon, pada 2010 sebelum membuat keputusan besar untuk berkelana ke Indonesia pada tahun yang sama.

Bachdim bergabung dengan Persema Malang dan hengkang ke klub Thailand, Chonburi FC pada 2013. Karier Bachdim di Thailand di luar ekspektasinya. Baru juga bermain setengah musim bersama Chonburi, ia sudah dipinjamkan ke klub kasta kedua, Sriracha FC.

Dalam setengah musim itu, Bachdim tampil dalam sembilan laga dan mencetak dua gol. Namun, manajemen Chonburi tetap tidak puas dengan performanya. Setahun di Thailand, Bachdim mengintip peluang untuk berkiprah di Liga Jepang.

Bachdim mengikuti seleksi bersama dua pemain Indonesia lain, Andik Vermansah dan Syakir Sulaiman di klub J1 League alias kasta teratas Liga Jepang, Ventforet Kofu. Dia berhasil menyingkirkan dua rekan senegaranya itu untuk memulai petualangannya di Negeri Sakura.

Lagi-lagi, Bachdim gagal saat membangun pamornya di Asia. Dia tidak pernah sekalipun dimainkan sepanjang 2014. Alhasil, Bachdim memilih hengkang ke Consadole Sapporo, kontestan J2 League atau kasta kedua Liga Jepang pada 2015.

Dua musim di Consadole Sapporo, Bachdim hanya mengemas tujuh penampilan. Dia kerap di luar posisi aslinya sebagai penyerang. Terkadang, Bachdim malah diplot sebagai bek sayap.

Akhir 2016, Consadole Sapporo menendang Bachdim. Posisinya diganti oleh superstar Timnas Thailand, Chanathip Songkrasin. Karier Bachdim di luar Indonesia tamat. Dia kembali ke Indonesia dengan menerima pinangan Bali United.

3 dari 6 halaman

Ryuji Utomo

Nama kedua di skuad Timnas Indonesia saat ini yang pernah berkesempatan berkarier di luar negeri adalah Ryuji Utomo. Bek Persija Jakarta itu dua sempat singgah di Bahrain untuk membela Al Najma.

Ryuji dikontrak Al Najma pada Agustus 2015 setelah nasibnya bersama Mitra Kukar menggantung usai Indonesia Super League (ISL) musim itu dihentikan. Adalah Rudy Eka Priyambada, pelatih yang berperan besar membawanya ke Bahrain.

Rudy Eka ketika itu berstatus sebagai asisten pelatih Al Najma, kontestan Second Division atau kasta kedua Liga Bahrain. Setelah melalui rangkaian seleksi, ia diganjar kontrak selama dua tahun.

"Coach Rudi Eka menawari merekrut saya. Ketika itu, pihak Al Najma melihat video saya mereka tertarik. Akhirnya saya diberi kesempatan untuk mengikuti tes," imbuh Ryuji medio Agustus 2016.

Sayang, petualangan Ryuji di Bahrain hanya seumur jagung. Pada Februari 2016, ia kembali ke Indonesia untuk memperkuat Arema FC. Di Al Najma, ia mampu tampil dalam beberapa pertandingan. Namun, usianya yang masih sangat muda waktu itu, 20 tahun, membuat kualitasnya masih mentah.

Sebelum membangun karier di Bahrain, Ryuji sebenarnya pernah mencoba peruntungan di klub Jepang, Jubilo Iwata pada pengujung 2014. Dia berangkat ke Negeri Sakura bersama dua pemain muda lainnya, Syamsir Alam dan Gavin Kwan Adsit.

"Belum rezeki. Setelah mengikuti serangkaian tes di Jepang, saya gagal direkrut," kata pemain yang suka bermain gitar dan drum tersebut.

Mundur ke belakang, pengalaman berkarier di luar negeri pertama Ryuji didapatkan ketika masuk skuad Sociedad Anonima Deportiva (SAD), program mercusuar PSSI, pada 2012-2013.

Bersama tim SAD, Ryuji seperti merasakan getaran bermain layaknya gladiator lapangan hijau. Menurut Ryuji, sepak bola di Uruguay memiliki tempo permainan tinggi dan duel yang sangat keras antarpemain.

"Sepak bola Uruguay amat keras menjurus kasar. Fisik saya harus benar-benar bugar karena benturan fisik seringkali terjadi dalam sebuah pertandingan. Awalnya sempat kaget juga, tapi lama-lama terbiasa dan bisa menikmati," kata Ryuji.

Ryuji kembali ke Tanah Air seiring pembubaran program SAD oleh PSSI. Ia dipanggil untuk  mengikuti seleksi Timnas Indonesia U-19 guna menghadapi Piala AFF U-19 2013 di Sidoarjo, Jawa Timur. Hanya, ia gagal masuk tim asuhan Indra Sjafri karena cedera paha. Tim Merah-Putih kala itu jadi juara turnamen. Nama-nama pemain muda macam Evan Dimas, Ilham Udin, Putu Gede, jadi idola baru publik sepak bola nasional.

Usai pulih dari cedera, Ryuji bergabung dengan Persib Bandung U-21. Sinar kebintangan sang pemain kembali berkilau di Tim Maung Ngora. Pemain yang jadi fans berat band rock Amerika era 90-an, Nirvana itu, masuk skuad Timnas Indonesia U-19 di Kualifikasi Piala AFC U-19 2014.

4 dari 6 halaman

Adam Alis Setyano

Tidak lama setelah Ryuji Utomo diamankan Al Najma, Adam Alis Setyano menyusul ke Bahrain untuk membela East Riffa. Dia lebih beruntung karena dapat bermain di First Division League atau divisi teratas Liga Bahrain.

Keberhasilan Ryuji bergabung dengan Al Najma membuka jalan bagi Adam Alis. Potensi Ryuji yang dianggap menjanjikan kala itu membuat sejumlah klub Bahrain tertarik mencari pemain muda potensial yang lain asal Indonesia.

Namun, perjalanan Adam Alis di Bahrain tidak sesuai harapan. Pada awal 2016, kontraknya diputus oleh East Riffa setelah tampil dalam sejumlah laga.

"Adam Alis sebenarnya bermain sebanyak 66 persen bersama klubnya. East Riffa mengutamakan gelandang muda Timnas Bahrain. Tak hanya Adam Alis, pemain asing asal Afrika mereka juga dipecat," ujar agen Adam Alis, Muly Munial saat dihubungi Liputan6.com, Januari 2016.

Didepak East Riffa, Adam Alis kembali ke Indonesia. Dia memilih untuk berseragam Barito Putera dan tampil konsisten hingga memperkuat Bhayangkara FC saat ini.

5 dari 6 halaman

Evan Dimas Darmono

Jalan panjang pernah ditempuh Evan Dimas untuk mewujudkan impiannya berkarier di Eropa. Meskipun pada hasilnya, gelandang Timnas Indonesia ini hanya mampu berkancah di Malaysia Super League alias divisi teratas Liga Malaysia bersama Selangor FA.

Agustus 2015, Evan Dimas memulai peruntungannya di sepak bola Eropa dengan berangkat ke Spanyol untuk memenuhi undangan seleksi dari klub divisi dua Negeri Matador, UE Llagostera. Selama di sana, bintang Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2015 itu ditemani oleh agen top asal Argentina, Josep Maria Minguella.

Minguella kepincut melihat aksi Evan saat membela Timnas Indonesia U-19 dalam laga uji coba melawan Barcelona B tahun 2014. Atas bantuan pengusaha asal Indonesia, yang minta namanya dirahasiakan, Josep Maria kemudian menjalin komunikasi dengan Gede Widiade, CEO Persebaya Surabaya, klub Evan saat itu.

Di Llagostera, Evan diseleksi selama sepekan. Sayang, ia gagal mendapatkan kontrak dari Llagostera.

"Ia sudah kembali ke negaranya, Indonesia, dan tidak kami kontrak. Selama berlatih di La Costa Brava bersama tim utama Llagostera, ia menunjukkan sebagai seorang pemain yang sangat profesional dan punya keinginan besar untuk sukses," tulis pernyataan Llagostera, di akun Twitter-nya, @uellagostera, Agustus 2015.

Gagal pada kesempatan pertamanya, Evan tidak patah semangat. Dia kembali mendapatkan peluang untuk berkancah di Eropa setelah klub Spanyol lainnya, Espanyol, yang mengundangnya untuk berlatih bersama selama empat bulan.

Evan berangkat ke Spanyol melalui fasilitas promotornya, Nine Sport. Sedari awal, ternyata ia sudah tahu tidak akan dikontrak Espanyol.

“Kabar yang menyebutkan kalau saya akan dikontrak permanen jika tampil bagus saya rasa itu patut dipertanyakan. Dari semula saya sudah diberi tahu pihak promotor Nine Sport, di Espanyol hanya menjalani latihan saja, tidak ada embel-embel akan dikontrak oleh klub asal Spanyol tersebut,” kata Evan kepada Bola.com, medio April 2016.

Empat bulan di Espanyol, Evan berlatih bersama skuad B. Ia memang mendapatkan proyeksi sebatas menjalani program khusus selama periode tersebut yang dirancang La Liga.

Usai membawa Bhayangkara FC menjuarai Liga 1 2017, Evan merantau ke Malaysia untuk bergabung dengan Selangor FA. Dia membawa Ilham Udin Armaiyn, kompatriot di klub lamanya, di skuad berjulukan Raksasa Merah tersebut. Di sana, ia tampil reguler dengan membukukan 20 penampilan.

Hanya bertahan semusim, Evan kembali ke Indonesia untuk memperkuat Barito Putera pada 2019 sebelum hijrah ke Persija Jakarta pada tahun ini.

6 dari 6 halaman

Egy Maulana Vikri

Egy Maulana Vikri menjadi anggota terkini Timnas Indonesia yang berkancah di Eropa. Gelandang berusia 20 tahun tersebut bergabung dengan klub Ekstraklasa atau kasta teratas Liga Polandia, Lechia Gdansk.

Lechia Gdansk adalah klub profesional pertama Egy. Di sana, ia menandatangani kontrak selama tiga tahun. Potensi Egy mulai terlihat tatkala ia berseragam Timnas Indonesia U-19.

Namun, jalan terjal harus dihadapi Egy pada kesempatan pertamanya berkarier sebagai pesepak bola profesional. Dia tidak memperkuat tim utama Lechia Gdansk, melainkan skuad kedua, yang berkiprah di divisi empat Liga Polandia.

Namun, Egy sesekali dpromosikan ke skuad utama namun lebih banyak menghiasi bangku cadangan. Total selama dua musim, ia hanya membukukan tiga pertandingan dengan total 56 menit bermain.

Teraktual, Egy dirumorkan akan dijual Lechia Gdansk namun dibantah oleh agennya, Dusan Bogdanovic.

"Egy bekerja dengan baik dan berkonsentrasi kepada pekerjaannya di Lechia Gdansk dan semuanya berjalan dengan baik. Begitu dia mendapatkan kesempatan, dia akan siap untuk membuktikan kerja kerasnya. Masyarakat Indonesia hanya sedikit kurang sabar terkait ini. Egy datang ke Eropa tanpa pengalaman di sepak bola profesional dan tanpa menit bermain di kompetisi profesional," ucap Dusan kepada Bola.com, Juni 2020.

"Pada tahun pertama, Egy Maulana Vikri mendapatkan pengalaman di tim cadangan dan mencetak 16 gol dalam 21 pertandingan. Secara fisik dia lemah pada saat itu, tapi talentanya besar dan siap kerja keras untuk berkembang. Dia masih muda dan masuk skuat pada setiap pekannya. Perlu diingat, dia berada di klub yang memenangkan Piala Polandia dan Piala Super Polandia, bermain di Liga Europa dan tahun ini dalam posisi yang sangat baik untuk melakukan hal yang sama dengan bermaterikan banyak pemain muda dari Timnas Polandia."

"Jadi, baginya, ini adalah pengalaman yang tidak ternilai karena menjadi bagian dari ini dan tumbuh tidak hanya secara kondisi fisik dan taktik, tapi juga untuk membangun karakter pemenang dan mental yang kuat. Saya sangat senang dengan kerja kerasnya dan menantikan ke depannya," tutur Dusan mengakhiri.

Video Populer

Foto Populer