Sukses


Duel Lini per Lini Singapura Vs Indonesia di Piala AFF 2016

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia dan Singapura akan berjumpa pada partai ketiga atau yang terakhir dalam fase penyisihan Grup A Piala AFF 2016. Berbeda dari dua pertandingan sebelumnya, duel ini akan dimainkan di Stadion Rizal Memorial, Manila, Jumat (25/2016).

Pertandingan ini dilabeli partai krusial untuk kedua tim. Begitu krusialnya karena pertandingan ini jadi penentu nasib kedua tim di Piala AFF edisi ke-11 ini. Tim yang menang, berpotensi lolos ke semifinal sementara yang kalah, dipastikan mengemasi koper dan pulang lebih dini.

Kendati, kemenangan tidak serta-merta membawa Indonesia atau Singapura otomatis melaju ke semifinal karena bagaimanapun, Tim Merah-Putih maupun The Lions harus melihat hasil pertandingan Filipina versus Thailand yang dimainkan di Philippine Sports Stadium, Bocaue, Bulacan, dalam waktu bersamaan.

Bila Filipina mampu mengalahkan Thailand, apapun hasil yang terjadi pada partai Singapura versus Indonesia dipastikan menutup kans kedua tim ke semifinal. Tetapi, kans Indonesia dan Singapura tetap terbuka asalkan Filipina bermain imbang terlebih bila kalah dari Thailand.

Tanpa diembel-embeli partai krusial sekalipun, pertemuan Indonesia versus Singapura ini diprediksi bakal seru karena laga ini bakal mempertontonkan tim yang dianggap punya lini depan produktif melawan tim yang kuat dalam bertahan selama berlangsungnya Piala AFF 2016.

Hingga laga kedua, Indonesia mampu mencetak empat gol dan kebobolan enam gol sementara Singapura, belum mampu menjebol gawang lawan namun baru kebobolan satu gol.

Skema yang diterapkan kedua pelatih untuk tim masing-masing, V. Sundramoorthy di timnas Singapura dan Alfred Riedl di timnas Indonesia, bisa menggambarkan kekuatan sekaligus kelemahan kedua tim.

Bila melihat dua pertandingan sebelumnya, timnas Indonesia bermain dengan formasi awal 4-4-2 atau 4-4-1-1 sementara Singapura 4-5-1 yang bisa berubah jadi 5-4-1.

Kesan Indonesia jadi tim yang memeragakan permainan ofensif terlihat dari deretan striker serta penyerang sayap yang lincah dan aktif dalam pergerakannya. Sementara Singapura lebih senang sesekali mengandalkan serangan balik.

Cukup menarik membedah lini per lini Timnas Indonesia dan timnas Singapura. Bola.com mencoba mengupas kemungkinan pemain dan skema yang akan dimainkan kedua pelatih dalam setiap lini timnya.

Bersinar Vs Sorotan

Indonesia punya Kurnia Meiga sementara Singapura mengandalkan Hassan Sunny. Kedua penjaga gawang ini terbilang veteran di timnas masing-masing. Dari segi usia, Hassan Sunny lebih tua enam tahun daripada Kurnia Meiga yang saat ini berusia 26 tahun. 

Piala AFF ke-11 pada tahun ini menjadi Piala AFF keenam buat Hassan Sunny setelah edisi pertamanya pada 2004 dan secara beruntun pada 2006, 2008, 2010, dan 2014. Ia hanya absen pada 2012. 

Menariknya, Kurnia Meiga juga absen pada 2012, akibat dualisme federasi, setelah menjalani debut di Piala AFF pada 2010. Kurnia Meiga baru menjaga gawang Timnas Indonesia lagi pada 2014 sehingga Piala AFF 2016 jadi yang keempat buat kiper Arema Cronus.

Kedua kiper punya postur ideal untuk jadi kiper kelas atas. Hassan Sunny punya tinggi 185 cm sedangkan Kurnia Meiga 184 cm sehingga keduanya mampu menghalau bola-bola atas.

Di Piala AFF 2016, terlepas dari hasil akhir Singapura, Hassan Sunny tampil bersinar. Ia jadi pahlawan saat The Lions menahan tanpa gol Filipina ketika timnya bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-35. Jelang akhir pertandingan, gawang Hassan Sunny dibombardir para pemain Filipina.

Kiper Army United di Thai League 2016 itu tampil gemilang dengan membuat sejumlah penyelamatan penting yang membuat gawang Singapura aman dari gol lawan.

Saat kebobolan 0-1 dari Thailand, gol itu tidak mutlak kesalahannya melainkan ada andil pemain belakang yang lalai menjaga Sarawut Masuk hingga mampu menyundul bola umpan tendangan bebas Theerathon Bunmathan. 

Sementara Kurnia Meiga, kiper satu ini masih terus jadi sorotan dan sasaran kritikan tidak hanya pemerhati sepak bola melainkan juga suporter setia Timnas Indonesia. Ada keinginan Kurnia Meiga ini digantikan Andritany Ardhiyasa karena Meiga dinilai belum kembali ke penampilan terbaiknya pasca cedera panjang. Refleksnya belum kembali seperti semula dan ia beberapa kali terlihat salah posisi dan momentum untuk memotong bola lawan.

Parkir Bus Vs Longgar

Cukup menarik mengulik pertahanan kedua tim. Di Piala AFF 2016, kedua tim memiliki penilaian sangat berbeda. Lini belakang Timnas Indonesia dianggap sangat longgar. Sementara Singapura sangat kukuh hingga istilah parkir bus disematkan pada lini belakang The Lions.

Faktanya, Indonesia memang sudah kebobolan enam gol (empat gol saat melawan Filipina serta dua gol saat dijamu Filipina). Singapura? Baru kemasukkan satu gol, itu pun dengan usaha tak kenal lelah Thailand sepanjang pertandingan. Butuh 89 menit bagi Thailand hingga bisa menjebol pertahanan The Lions.

Filipina tidak seberuntung Thailand karena berbagai usaha percobaan mereka kandas oleh tebalnya tembok pertahanan Singapura. Pelatih timnas Filipina, Thomas Dooley, bahkan menuding Singapura memperagakan permainan negatif dengan memarkir bus.

Media lokal Singapura ikut menyindir dengan berujar bila bus yang diparkir V. Sundramoorty tidak hanya satu bahkan dua bus! "Six-man wall" alias pertahanan dengan enam bek kerap ditampilkan Singapura. Bahkan bila mereka dalam kondisi tertekan, delapan-sembilan pemain menumpuk di area pertahanan.

Lebih menarik, karena sejatinya lini belakang Singapura digalang bek veteran, Daniel Bennett, yang sudah berusia 38 tahun dan absen dari sepak bola internasional tiga tahun terakhir sebelum akhirnya dipanggil lagi oleh V. Sundramoorthy dalam persiapan Piala AFF 2016 ini. Kerja sama Bennett dengan Faritz Hameed, Madhu Mohana, dan Shakir Hamzah sejauh ini cukup solid.

Hal berbeda terlihat di pertahanan yang digalang para bek Timnas Indonesia. Mengandalkan empat bek dengan memberi kepercayaan jantung pertahanan dihuni duet Rudolof Yanto Basna-Fachrudin Wahyudi Aryanto, lini pertahanan merupakan titik lemah Tim Garuda sejauh ini.

Kesalahan elementer seperti halnya koordinasi dan komunikasi Yanto Basna, Fachrudin ditopang bek sayap Beny Wahyudi dan Abdul Lestaluhu masih terlihat dalam dua pertandingan timnas Indonesia.  

Menumpuk Vs 2 Bagian

Pertandingan penentuan antara timnas Indonesia melawan Singapura diprediksi bakal ketat di lini tengah. Singapura yang sering menumpuk sampai lima pemain di lini tengah, akan menghadapi Indonesia yang kerap membelah lini tengah menjadi dua bagian: sayap dan gelandang.

Di lini tengah Indonesia biasa mengandalkan Bayu Pradana, Stefano Lilipaly, dan Evan Dimas, sebagai gelandang. Sedangkan untuk sisi sayap menjadi tempat untuk Andik Vermansah dan Rizki Pora, dengan pemain pelapis seperti Zulham Zamrun.

Tetapi, untuk susunan pemain melawan Singapura, lini tengah Indonesia bisa jadi mengalami perubahan. Hal itu karena kondisi Stefano Lilipaly dan Rizki Pora belum bugar 100 persen. Kemungkinan posisi mereka akan diganti Dedi Kusnandar dan Zulham Zamrun.

Sedangkan barisan tengah Singapura biasa diisi Mohan Kumar, Haris Harun, Jumaat Jantan, Faris Ramli, dan Safuwan Baharudin. Untuk pelapis pemain inti lini tengah itu adalah Izzdin Shafiq, Yasir Hanapi, dan Shahril Ishak.

Kebiasaan lini tengah Singapura adalah menjadi barisan pertama yang mengadang serangan lawan. Dengan menumpuk sampai lima pemain di lini tengah, diharapkan lawan menjadi kesulitan untuk menembus pertahanan lawan.

Hal itu sudah terlihat dalam dua pertandingan awal Grup A. Namun, di pertandingan ketiga melawan Indonesia, Singapura juga butuh menang. Itu berarti Singapura tidak boleh berpatokan dengan taktik menumpuk pemain di lini tengah. Singapura tampaknya akan menggelar strategi untuk lini tengah lebih agresif.

Tak Bergigi Vs Dominan

Meski Indonesia menempati posisi paling buncit di klasemen Grup A, soal produktivitas gol tidak perlu diragukan lagi. Dari dua pertandingan Indonesia sudah mencetak empat gol.

Di lini depan sosok sentral Indonesia adalah kapten tim Boaz Solossa. Pemain asal Papua itu menyumbang dua gol buat Timnas Indonesia. Sisa dua gol lagi dicetak Lerby Eliandry dan Fachrudin Aryanto.

Kombinasi Boaz Solossa yang bermain di belakang striker tunggal Lerby Eliandry, kerap menghadirkan ancaman buat gawang lawan. Dalam dua pertandingan melawan Thailand dan Filipina, lini depan yang mengandalkan Boaz dan Lerby begitu dominan.

Kombinasi kecepatan di sisi sayap ikut memberi andil buat ketajaman Indonesia di depan gawang. Ini terbukti tiga dari empat gol Indonesia tercipta melalui permainan terbuka. Satu gol lainnya dihasilkan lewat sundulan memanfaatkan bola pasif.

Sementara Singapura? Lini depan timnas yang pernah empat kali juara Piala AFF ini pada edisi 2016 tampak tidak punya gigi. Dari dua pertandingan yang dijalani, tidak satupun gol mampu diciptakan.

Barangkali situasi itu tidak lepas dari taktik yang dimainkan tim pelatih Singapura. Pola 4-5-1 atau 5-4-1, membuat permainan Singapura tidak fokus lagi menyerang. Mereka hanya mengandalkan serangan balik.

Satu striker yang ditaruh di depan dalam dua pertandingan Singapura adalah Khairul Amri. Pemain Persiba Balikpapan di ISL musim 2010-2011 itupun harus berjuang sendiri untuk mendapatkan bola. Sebab, pasokan bola dari lini tengah, jarang didapatkannya.

Sebagai catatan, selama persiapan, produktivitas lini depan timnas Singapura jadi salah satu pekerjaan rumah terbesar pelatih V. Sundramoorthy dan hingga pertandingan kedua Grup A Piala AFF 2016, masalah itu belum terpecahkan.

 

Video Populer

Foto Populer