Sukses


Suporter Disemprot Gas Air Mata hingga Panjat Pagar di Final Liga Champions, Liverpool Menuntut Penyelidikan Resmi

Bola.com, Paris - Liverpool menyayangkan kejadian yang dialami suporternya pada laga final Liga Champions 2021/2022, Minggu (29/5/2022) dini hari WIB. Klub asal Inggris itu menuntut UEFA melakukan penyelidikan resmi.

Pertandingan final Liga Champions 2021/2022 antara Liverpool melawan Real Madrid sempat molor selama 36 menit. Penyebabnya adalah karena kekisruhan yang terjadi di luar stadion dan melibatkan suporter.

UEFA memutuskan untuk menunda jadwal kick-off final Liga Champions dengan mempertimbangkan dua faktor. Pertama, banyak suporter yang datang telat karena kesulitan memasuki stadion. Kedua, karena alasan keamanan.

"Kami sangat kecewa dengan masalah masuk stadion dan kerusakan perimeter keamanan yang dialami penggemar Liverpool malam ini di Stade de France," bunyi pernyataan resmi Liverpool.

Pengendalian suporter yang dilakukan pihak keamanan menjadi dipertanyakan. Banyak suporter menerima perlakuan berupa tembakan gas air mata dan ada yang terpaksa harus memanjat pagar stadion untuk bisa masuk.

"Ini adalah pertandingan terbesar di sepak bola Eropa dan para pendukung tidak seharusnya mengalami adegan yang telah kita saksikan. Kami telah secara resmi meminta penyelidikan resmi atas masalah yang tidak dapat diterima ini," tegas pernyataan Liverpool.

2 dari 5 halaman

Kalah di Final

Liverpool menelan kekalahan 0-1 dari Real Madrid pada laga final Liga Champions 2021/2022. Kekalahan tersebut membuat The Reds gagal menambah koleksi trofi Si Kuping Besar.

Kekalahan di final ini juga menjadi yang keempat bagi Liverpool. Sebelumnya, The Reds pernah menjadi runner-up Liga Champions pada edisi 1985, 2007, dan 2018.

Menariknya, Madrid menjadi tim paling banyak menggagalkan misi Liverpool menjadi juara. Tak hanya musim ini, Madrid juga mengalahkan Liverpool pada final 2018.

3 dari 5 halaman

Patah Hati

Perasaan bek Liverpool, Andrew Robertson, hancur setelah timnya gagal menjuarai Liga Champions 2021/2022. Menurut bek Timnas Skotlandia tersebut, Liverpool tak memulai babak kedua dengan baik.

"Kami hancur. Itulah yang terjadi ketika Anda datang ke final dan tidak memenanginya. Jika kami boleh jujur, kami sebenarnya bisa bermain lebih baik, terutama pada babak kedua," kata Robertson.

"Liverpool tidak memulainya dengan baik sehingga mereka dapat menahan permainan. Mereka adalah tim yang berpengalaman dan ketika unggul, mereka tahu bagaimana memenangi final. Mereka menunjukkan itu," tegas Andrew Robertson.

4 dari 5 halaman

Sulit Menerima

Sementara itu, manajer Jurgen Klopp juga sukar menerima kekalahan 0-1 timnya dari Real Madrid pada final Liga Champions 2021/2022. Klopp menyebut, The Reds lebih layak menang karena tampil dominan dan punya banyak peluang.

"Kami memiliki lebih banyak tembakan dan peluang tepat sasaran. Akan tetapi, statistik yang paling menentukan ada di pihak Madrid," kata Jurgen Klopp.

Penyataan Klopp memang masuk akal. Statistik UEFA mencatat, Liverpool melepaskan 23 tembakan, sedangkan Real Madrid hanya punya tiga tembakan yang satu di antaranya tepat sasaran.

"Mereka mencetak gol, sedangkan kami tidak. Itulah penjelasan termudah dalam dunia sepak bola. Itu penjelasan kasar, akan tetapi kami tentu saja menghormatinya," tegas Klopp.

5 dari 5 halaman

Ukir La Decimocuarta

Real Madrid berhasil mengukir La Decimocuarta atau meraih 14 trofi Liga Champions. Pencapaian tersebut membuat Madrid semakin mempertegas statusnya sebagai penguasa Liga Champions.

Sebelumnya, Los Blancos sukses mengangkat trofi Si Kuping Besar pada musim 1955/1956, 1956/1957, 1957/1958, 1958/1959, 1959/1960, 1965/1966, 1997/1998, 1999/2000, 2001/2002, 2013/2014, 2015/2016, 2016/2017, dan 2017/2018.

Jumlah itu lebih banyak dua kali lipat dari koleksi AC Milan sebagai pesaing terdekat. Milan tercatat sudah meraih tujuh gelar Liga Champions.

Sumber: BBC Sports, Liverpool

Video Populer

Foto Populer