Sukses


Surat Larangan FAM Persulit Pemain Indonesia Bermain di Malaysia

Bola.com, Jakarta - Imbas tidak jelasnya pelaksanaan kompetisi profesional di Indonesia karena konflik berkepanjangan antara PSSI dengan Kemenpora, memaksa sejumlah pesepak bola Tanah Air mencari peruntungan ke negara tetangga, Malaysia. Hanya tak mudah ternyata bagi mereka untuk bisa mendapat kontrak permanen dari klub-klub Negeri Jiran.

Menurut sumber bola.com di Malaysia, Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) telah melayangkan surat edaran ke klub-klub peserta Malaysia Super League dan Malaysia Premier League untuk sebisa mungkin tidak melakukan interaksi dengan pelaku sepak bola Indonesia. Saat ini status keanggotaan PSSI tengah dibekukan oleh FIFA.

Klub-klub asal Malaysia akan mengalami kesulitan berliku mengurus surat transfer pemain-pemain asal Indonesia. Memang surat ini hanya sekadar imbauan, keputusan akhir tetap diserahkan di klub.

Namun, kabarnya sejumlah klub Malaysia mengambil langkah ekstrem tidak menjalin kesepakatan kontrak dengan pesepak bola pesepak bola negara tetangganya. Ambil contoh klub yang dinakhodai Jacksen F. Tiago, Penang FA.

Walau Jacksen berminat mendatangkan sejumlah pemain asal Indonesia, namun petinggi Penang FA kabarnya melarang.

Jacksen memberi jawaban diplomatis saat ditanya kenapa tidak merekrut pemain asal Indonesia, yang notabene kualitasnya sudah ia ketahui benar karena bertahun-tahun sang mentor berkiprah di sana. "Kami memprioritaskan pemain lokal asli Penang. Itu instruksi manajemen yang saya harus taati," ucap pelatih asal Brasil tersebut.

Yang punya kans besar bermain di kompetisi Malaysia mungkin hanya legiun-legiun asing yang pernah berkiprah di pentas kompetisi Indonesia. Proses kepindahan mereka lebih mudah karena statusnya free transfer dan tidak punya keterikatan langsung dengan PSSI, yang statusnya sedang terhukum.

Pemain asing termasuk Achmad Jufriyanto dan Yongki Aribowo mengikuti trial bersama Terengganu FA di Stadion Sultan Mizan Zainal Abidin, Rabu (16/12/2015). (Terengganu FA)

Jangan heran kalau pelatih asal Indonesia, Rahmad Darmawan, lebih memilih mendatangkan duo Mali, Abdoulaye Youssouf Maiga (Sriwijaya FC) dan Makan Konate (Persib Bandung) ke klub yang diasuhnya T-Team, dibanding menggaet pemain asal Indonesia. Bahkan saat punya satu slot kosong pemain asing, RD malah mencoba kemampuan gelandang asal Nepal, Rohit Chand. 

Padahal, di saat bersamaan dua gelandang muda berkualitas asal Indonesia, Achmad Jupriyanto dan Dedi Kusnandar tengah mencoba peruntungan dengan menjalani trial di klub-klub Negeri Jiran.

Konon gara-gara surat dari FAM membuat pemain-pemain Indonesia yang ingin berkiprah di Malaysia Super League dan Malaysia Premier League kudu menjalani tes terlebih dahulu, sebelum mendapat kontrak permanen. Pelatih-pelatih klub asal Malaysia ingin memastikan pemain-pemain asal Indonesia yang didatangkan benar-benar layak, di atas rata-rata pemain asing lainnya.

Oktovianus Maniani dipulangkan oleh UiTM FC setelah menjalani trial selama sepekan. Begitupula dengan Yongki Aribowo yang gagal memikat hati pelatih Terengganu FA. Praktis kini tinggal Dedi Kusnandar dan Achmad Jupriyanto yang berpeluang diikat kontrak permanen.

Oktovianus Maniani tampil membela klub asal Malaysia, UiTM FC saat beruji coba melawan MISC-MIFA pada Jumat (4/12/2015). (UiTM FC)

Jacksen F. Tiago, menyebut bahwa tingginya standar pemain asing di Malaysia membuat pesepak bola Tanah Air tidak bisa begitu saja leluasa merumput di sana. Musim 2015, beberapa nama pemain impor yang beken di Indonesia permainannya jeblok. Ambil contoh Hilton Moriera, Alberto Goncalves (Penang FA), Emmanuel Kenmogne (Terengganu FA). 

Andik Vermansah jadi satu-satunya pemain asal Indonesia yang beruntung. Ia bisa beradaptasi dengan gaya bermain kompetisi Negeri Jiran. "Pada awalnya ia kesulitan beradaptasi, tapi dengan semangat pantang menyerah Andik di musim kedua menjelma menjadi pemain inti yang tak tergantikan," ungkap Jacksen Tiago.

 

 

 

 

 

Video Populer

Foto Populer