Sukses


CERITA BOLA: Menjajal Pekerjaan Unik, Malah Disangka Mafia Sepak Bola

"Kok dari tadi saya perhatiin mencurigakan? Sampean mafia sepak bola?" celetuk seorang penonton yang tiba-tiba menghampiri saat penulis sedang melakukan sambungan telepon.

Bola.com, Jakarta - Saat itu April 2014, laga seru tersaji di Stadion Manahan, Surakarta, saat tuan rumah Persis Solo berhadapan dengan sesama tim Jawa Tengah, Persip Pekalongan. Sore hari itu stadion tidak seramai yang diperkirakan meski tim yang dihadapi Laskar Sambernyawa lumayan beken dan secara kualitas cukup merata.

Awalnya penulis hendak memilih tribune timur bersama kelompok suporter tuan rumah. Namun, saat masih di dalam bus ketika perjalanan dari Semarang ke Solo, seseorang dengan aksen Singlish (Singaporean English) memberikan pesan kepada penulis untuk mengambil posisi di tribune barat saja. "You take VIP section lah for better environment."

Itu adalah kali pertama penulis melakukan laporan pertandingan. Bukan pekerjaan utama sebenarnya, sebab pada saat itu sudah bekerja di Fanatix, sebuah perusahaan media olahraga berbasis di Inggris yang tengah trial and error di Indonesia. Mumpung libur dan tidak ada jadwal kuliah, penulis ambil 'pekerjaan aneh' ini.

Semuanya bermula dari message di Facebook. Seseorang yang mengaku tinggal di Jawa Tengah menawarkan pekerjaan. Bayarannya lumayan buat anak kuliahan, Rp250 ribu per pertandingan. Job desc-nya juga mudah; memberikan laporan pertandingan sepak bola. Kalau levelnya Liga Super, bayarannya lebih besar.

Kemudian ia memberikan semacam leaflet digital berisi panduan serinci mungkin mengenai apa yang harus dilakukan. Karena lokasinya dekat (Semarang - Solo), penulis tanpa ragu mengambil kesempatan itu tanpa tahu sama sekali latar belakang perusahaan itu. Kata-kata yang masih diingat adalah, "Kamu nanti akan berhubungan via telepon dengan seseorang dari luar negeri, bisa Singapura, Makau, atau Filipina. Bukan saya. Saya juga tidak tahu."

Secara garis besar, tugas utamanya adalah melaporkan setiap detail pertandingan. Mulai dari warna jersey kedua kesebelasan, siapa tim yang kick-off lebih dulu, sampai lemparan ke dalam. Penulis merasa, "Ah, ini sih mirip komentator sepak bola."

Bedanya, semua memakai bahasa Inggris, seperti, "First corner, home team, taken by number 11", dan dilakukan melalui sambungan telepon.

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Dituduh Mengatur Skor

Berbekal sebuah gawai dan power bank, penulis berangkat menaiki bus. Selama di dalam bus, materi dan panduan dibuka berulang kali. Terkadang ada telepon masuk dan cuma beberapa detik saja. Kode negaranya bukan +62. Benar kata orang di Facebook, akan ada orang asing yang menelepon.

Saat tersambung, masih di dalam bus, orang dengan aksen Singlish tadi meminta penulis untuk mengganti kartu telepon jika sudah tiba di Solo. "Bad signal, change SIM card after you arrive, Telkomsel is better. Make sure you are in the stadium already 30 minutes before kick off. There will be test."

Memang ada sedikit pertanyaan yang muncul di pikiran, "Ini kerja apa, sih? Buat website judikah?".

Penulis mencoba untuk fokus saja kepada pertandingan nanti. Sebab ini bakal jadi yang pertama dan berharap kinerjanya bagus supaya bisa diperpanjang lagi. Terlebih, sudah ada rencana beberapa pertandingan Divisi Utama lagi yang masuk rencana, termasuk di Cilacap dan Purwodadi.

Pukul 14.45 WIB, setelah menghabiskan sebatang rokok, penulis masuk ke Stadion Manahan. Seperti arahan, penulis memilih tribune barat sebelah kiri, tepat bersebelahan dengan suporter Persip Pekalongan.

Tak berapa lama, ada telepon masuk. Ada voice test untuk mengetes kualitas suara. Orang yang menelepon ini tidak banyak bicara, bahkan cenderung diam. Sayup-sayup terdengar ketikan keyboard seakan sedang menulis sesuatu.

Pertandingan dimulai, penulis mengikuti arahan dengan memberikan laporan pertandingan. "Throw in away team; free kick home team; foul home team number 9; offside away team" dan sebagainya.

Terkadang penulis mengucapkannya dengan lantang untuk memastikan suara sampai ke telinganya. Sampai pada satu momen, ada dua orang pemuda yang tampaknya curiga dan telah mencurigai. Satu di antaranya menghampiri perlahan.

"Mas, suporter mana? Kok dari tadi saya perhatiin mencurigakan? Sampean mafia bola? Teleponan terus saya dengar pake Bahasa Inggris." katanya.

Penulis dengan tenang menjelaskan apa yang sedang dilakukan. Untungnya, orang itu bisa memahami dan kembali ke tempat duduknya. Sempat waswas juga sebetulnya.

3 dari 3 halaman

Situs Judi dalam Sepak Bola?

Meski sempat ada gangguan karena intervensi penonton tadi, penulis bisa menyelesaikan 'pekerjaan unik itu. Penulis lalu menceritakan mengenai hal ini kepada rekan. Dijelaskannya bahwa kemungkinan besar itu ada hubungannya dengan situs judi.

Kebetulan, rekan penulis ini juga pernah bermain judi bola online, sehingga dia paham betul teknisnya. Jenis taruhannya pun luar biasa, sampai taruhan tim mana yang duluan dapat corner pun dijadikan betting.

Dari sana, penulis memutuskan untuk tidak mengambil lagi pekerjaan dari 'orang asing di Facebook'. Sebab jujur saja, ada perasaan cemas bakal terjadi hal yang tidak diinginkan.

Sementara di sisi lain, judi dalam sepak bola memang jamak ditemui dalam sepak bola. Namun, di Indonesia, hal ini dilarang keras.

PSSI dan operator Liga Indonesia menegaskan dalam peraturannya, bahwa situs judi, perusahaan alkohol, dan rokok dilarang menyeponsori sebuah tim. Penegasan itu dikeluarkan PT LIB melalui surat bernomor 103/LIB/II/2020 tertanggal 25 Febuari 2020.

Secara spesifik surat tersebut membahas mengenai Penegasan Implementasi Peraturan Nasional Terkait Sponsor Industri Olahraga.

Surat ini dikeluarkan untuk memperkuat aturan terkait sponsor industri olahraga yang pernah tertuang dalam surat bernomor 161/LIB/V/2019.

"PT. Liga Indonesia Baru (LIB) dengan ini menyampaikan penegasan kembali sesuai peraturan pemerintah yang berlaku, LIB tidak mengizinkan klub yang berpartisipasi pada kompetisi resmi yang dikelola LIB untuk menjalin kerjasama komersial dengan produk yang berkaitan langsung dengan brand rokok, minuman beralkohol, dan situs perjudian," bunyi pernyataan PT LIB.

Namun menariknya, selama perhelatan Liga 1 2020 yang terhenti akibat virus corona, ada dua tim yang disponsori situs judi, yakni PS Tira Persikabo dan Borneo FC. Nah loh?!

Timnas Indonesia Masih Punya Peluang ke Olimpiade 2024

Video Populer

Foto Populer