Sukses


4 Titik Lemah Timnas Indonesia Jelang Tampil di Piala AFF 2016

Bola.com, Jakarta - Kekalahan 2-3 Timnas Indonesia dari Vietnam dalam duel persahabatan yang digelar di Stadion My Dinh, Hanoi, Selasa (8/11/2016) menyisakan sejumlah pekerjaan rumah bagi Alfred Riedl. Sang mentor kudu bisa memperbaiki kelemahan Tim Merah-Putih jika ingin bisa memenangi persaingan berat penyisihan Grup A Piala AFF 2016.

Rekor Timnas Indonesia tidak bisa dibilang bagus jelang tampil di Piala AFF 2016. Dari empat uji coba yang dilakoni, Boaz Solossa dkk. hanya sukses mengantungi satu kali kemenangan.

Timnas Indonesia sukses menggasak Malaysia 3-0, selanjutnya meraih dua hasil imbang beruntun dalam duel kontra Vietnam (2-2) dan Myanmar (0-0) plus kekalahan melawan Vietnam dalam duel persahabatan ulangan.

Alfred sejak awal menyebut bahwa tugasnya teramat berat di Piala AFF 2016. Ia tidak banyak punya waktu membangun soliditas Timnas Indonesia. Persiapan dilakukan amat pendek, semenjak bulan Agustus, setelah selama setahun lebih Tim Garuda tidak merasakan atmosfer pertandingan internasional karena sanksi FIFA ke PSSI.

"Masyarakat jangan punya ekspetasi berlebihan terhadap Timnas Indonesia. Jangan dulu bicara juara, bisa lolos ke semifinal sudah amat bagus bagi Indonesia, karena lebih dari setahun timnas hilang dari peredaran internasional," kata Alfred saat memulai tugasnya.

Fachrudin (kiri) menjadi salah satu benteng kokoh timnas Indonesia saat melawan Vietnam pada laga uji coba di Stadion Maguwoharjo, Minggu (09/10/2016). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Di sisi lain, pelatih asal Austria tersebut juga tidak bisa leluasa berkreasi. Ia terbentur kesepakatan antara PSSI dengan klub, yang hanya memperbolehkannya mengambil dua pemain per klub untuk mengikuti seleksi. Klub yang tengah mengarungi kompetisi Torabika Soccer Championship 2016, tak ingin kehilangan pilar-pilar penting.

Jika mengacu pada regulasi FIFA apa yang diminta klub wajar. Mereka hanya punya kewajiban melepas pemainnya saat kalender FIFA match day saja. Sementara itu, Alfred tidak mungkin menggeber sesi pelatnas jangka pendek hanya berdasarkan pertandingan uji coba internasional resmi.

"Mereka butuh lebih banyak waktu berkumpul untuk menyamakan visi bermain dan menjalin kekompakan antarsesama," ujar Alfred.

Beruntung, di tengah kondisi sulit sang arsitek menemukan banyak pemain muda potensial untuk diberdayakan. Walau memang, mereka butuh dimatangkan sebanyak mungkin pertandingan internasional serta menjalani sesi latihan bersama agar bisa kompak sebagai satu kesatuan tim.

Hasil uji coba melawan Vietnam membuka mata bahwa ada sejumlah pekerjaan rumah yang wajib dibenahi di waktu sepekan tersisa, agar Timnas Indonesia tidak keteteran menghadapi tuan rumah Filipina, juara bertahan Thailand, dan pengoleksi gelar terbanyak Piala AFF Singapura. Apa-apa saja?

Statistik Vietnam Vs Indonesia (Labbola)

2 dari 5 halaman

Mimimnya Pemain Kreatif di Sektor Tengah

Minimnya Pemain Kreatif di Sektor Tengah

Dengan mengandalkan skema konvensional 4-4-2 secara otomatis Alfred Riedl membutuhkan sosok seorang pemain kreatif untuk menjaga keseimbangan permainan di sektor tengah. Ia jadi pengatur tempo permainan, pemecah kebuntuan, sekaligus pemasok bola-bola matang bagi para penyerang.

Sosok Evan Dimas memenuhi kualifikasi itu. Di empat uji coba yang dilakoni Tim Merah-Putih pemain berbakat veteran Timnas Indonesia U-19 didikan Indra Sjafri dipercaya jadi jendral lapangan tengah. Evan cukup apik memainkan perannya.

Hanya saja Timnas Indonesia tidak punya pemain serep untuk melapis Evan. Keputusan Alfred mendatangkan pemain naturalisasi, Stefano Lilipaly, dapat dipahami untuk menutup lubang pemain kreatif di sektor tengah. Sang pemain punya jam terbang tinggi di kompetisi Divisi II Belanda bersama klub Telstar.

Aksi Evan Dimas (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Namun Lilipaly yang baru didatangkan sehari jelang duel uji coba terakhir melawan Vietnam, terlihat belum nyetel benar dengan style bermain Timnas Indonesia racikan Alfred Riedl. Patut dicatat juga, Stefano kudu beradaptasi lagi sebagai gelandang serang, mengingat ia di Telstar dimainkan sebagai bek sayap.

Saat pertandingan melawan Negeri Paman Ho, Alfred mencoba bereksperimen menduetkan Stefano Lilipaly dengan Evan Dimas di jantung lini tengah. Evan diminta mengalah tampil sedikit ke belakang sebagai gelandang bertahan. Ada kesan Alfred ingin pemain Bhayangkara FC itu bermain sebagai deep lying playmaker layaknya Andrea Pirlo di Timnas Italia dan Juventus.

Namun, Evan yang punya kekuatan di sisi menyerang terlihat keteteran saat bertahan. Ia gagal berperan sebagai pelapis pertahanan. Pilihan paling realistis ke depannya adalah dengan mengorbankan salah satu pemain dan mengembalikan posisi gelandang bertahan ke pemain-pemain yang sejatinya bermain di posisi ini.

Di skuat Timnas Indonesia saat ini ada figur Rizky Pellu, Dedi Kusnandar, serta Bayu Pradana. Mereka tentu bakal jadi duet sepadan bagi Evan atau Stefano, yang nantinya dipilih sebagai pemain utama sebagai gelandang serang.

3 dari 5 halaman

Lini Belakang yang Keropos

Lini Belakang yang Keropos

Keputusan Alfred Riedl mempercaya duet pemain terhitung minim pengalaman, Fachrudin Aryanto dan Rudolof Yanto Basna, di jantung pertahanan sebuah perjudian. Bicara kecakapan bermain keduanya bisa dibilang punya modal bagus sebagai sebagai bek tengah.

Mereka jago dalam duel satu lawan satu, agresif dalam melakukan tekel, dan solid dalam duel-duel udara. Namun, faktor kematangan memengaruhi kesetabilan permainan Fachrudin dan Basna. Mereka terlihat masih kurang tenang saat menghadapi serangan bertubi-tubi lawan.

Rudolf Yanto Basna (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Tiga gol Vietnam yang bersarang ke gawang Kurnia Meiga terjadi karena buruknya koordinasi poros pertahanan. Jika ditotal Negeri Paman Ho telah menjebol lima kali gawang Tim Merah-Putih dalam dua uji coba berdekatan.

Timnas Indonesia bisa dibilang tidak memiliki jenderal lini belakang, karena tak satupun di antara kedua pemain yang komunikatif menjalankan peran mengkomando.

Situasi diperperparah dengan kerap disiplinnya dua bek sayap Beny Wahyudi dan Abduh Lestaluhu. Mereka kerap terlalu asyik naik dan keteteran menghadapi serangan cepat  memanfaatkan kedua sisi sayap yang digeber kubu lawan.

Tantangan terbesarnya adalah bagaimana para bek bisa bermain lebih solid. Lawan perdana Timnas Indonesia di penyisihan Grup A Piala AFF, Thailand, gaya bermainnya hampir mirip dengan Vietnam. Mereka amat cepat dan kuat dalam skema ofensif yang memanfaatkan lebar lapangan.

Gunawan Dwi Cahyo, yang grafik permainannya tengah menanjak di Persija Jakarta, bisa jadi opsi untuk menambal kekeroposan lini belakang Tim Garuda.

4 dari 5 halaman

Stamina Masih Bermasalah

Stamina Masih Bermasalah

Kebugaran pemain jadi problem yang tak pernah terpecahkan di Timnas Indonesia di berbagai era. Pemain tak bisa konsisten bermain dengan standar sama selama 90 menit.

Dua gol Vietnam pada menit 70 dan 82, dipicu mulai menurunnnya konsentrasi para pemain. Mereka mulai kepayahan meladeni permainan cepat kubu lawan karena staminanya sudah habis.

Standar latihan fisik di level klub yang berbeda ditambah lagi jadwal kompetisi domestik yang amat rapat membuat pemain tidak dalam kondisi benar-benar bugar saat menjalani pelatnas Timnas Indonesia jelang Piala AFF 2016.

Rizky Pora (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Upaya Alfred Riedl menggeber program latihan fisik tidak bisa berjalan efektif, karena ia tidak punya waktu. Idealnya untuk membangun ketahanan kebugaran latihan fisik digeber dengan durasi tiga sampai empat pekan. 

Tapi, hal itu mustahil dilakukan, karena Timnas Indonesia baru mulai menjalani pelatnas mulai pertengahan bulan Agustus. Di saat sesi latihan berlangsung konsentrasi Alfred dan para asistennya terbelah. Mereka fokus menyeleksi pemain, mengeset latihan buat uji coba, serta menyamakan persepsi taktik dengan para pemain.

Situasi yang tak mengenakkan juga dialami sang mentor di Piala AFF 2014 silam. Para pemain Tim Merah-Putih kepayahan menjalani kompetisi selama hampir 10 bulan. Dengan bermodal stamina ampas Indonesia terkapar di persaingan penyisihan. Akankah situasi sama kembali berulang?

5 dari 5 halaman

Penampilan Pemain Muda Labil

Penampilan Pemain Muda Labil

Terlepas dari sederet kelemahan, Alfred Riedl pun sedikit beruntung. Keputusannya memilih para pemain muda sebagai tulang punggung Timnas Indonesia memunculkan atmosfer positif.

Para pemain muda memiliki semangat membara ingin membuktikan diri mampu memberikan yang terbaik bagi Tim Merah-Putih. Mereka juga masih lapar prestasi.

Semangat ini membuat pelaksanaan pelatnas suasananya ceria. Alfred mengaku lebih mudah menamamkan filosofi permainan, karena penggawa timnas membuka diri dan antusias.

Beny Wahyudi (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Tapi tentu, kalau bicara soal pemain muda, ujung-ujungnya bicara konsistensi permainan. Berbeda dengan pemain matang pengalaman yang lebih pintar menjaga ritme, pemain belia performanya cenderung labil. Pada situasi tertentu Evan Dimas dkk. penampilannya kerap melorot.

Mencuat kekhawatiran mental mereka mudah ambruk jika mengalami kekalahan atau hasil buruk sebuah pertandingan. Kehadiran sejumlah pemain senior macam Boaz Solossa, Irfan Bachdim, Rizki Rizaldi Pora, Beny Wahyudi, diharapkan bisa menetralisir hal tersebut.

Mereka diharapkan jadi sosok panutan sekaligus pembangkit semangat juang kala para young guns mentalnya terhuyung karena hasil buruk.

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

Video Populer

Foto Populer