Sukses


September, Fase Liverpool Menjadi Medioker

Bola.com - Medioker bukanlah kata yang pantas dipadankan untuk tim sekaliber Liverpool. Prestasi pada masa lalu menjadi alasan kuat sebutan itu dianggap tak sesuai. Namun, situasi The Reds sepanjang September membuat julukan 'medioker' agaknya menjadi sejalan.

September pada musim 2017-2018 merupakan fase sulit bagi Liverpool. Skuat Jurgen Klopp hanya sekali menang dari enam pertandingan di berbagai kompetisi. Teranyar, mereka bermain 1-1 melawan Spartak Moscow pada laga lanjutan Grup A Liga Champions.

Inkonsistensi performa membuat sejumlah suporter Liverpool melantunkan suara sumbang. Mereka menganggap kinerja Jordan Henderson dan kawan-kawan tidak mencerminkan kekuatan sebuah tim yang mengantongi sejarah besar.

Liverpool tak ayal tidak bisa bersanding dengan kelima kompetitor papan atas Premier League seperti Chelsea, Manchester United, Manchester City, Tottenham Hotspur, dan Arsenal saat ini.

Chelsea, Manchester United, Tottenham Hotspur, dan Arsenal mampu mengemas lima kemenangan dari enam laga sepanjang September. Manchester City pun tampil lebih moncer karena berhasil menumbangkan setiap lawan-lawannya.

Akan tetapi, catatan negatif Liverpool nyatanya tidak hanya dialami pada September ini. Mereka kerap meraih hasil kurang maksimal selama bulan itu setidaknya dalam tujuh musim terakhir.

Persentase kemenangan Liverpool tidak heran menjadi yang terkecil jika berkaca hasil kelima klub papan atas Inggris lainnya. Performa minor itulah yang menjadi salah satu faktor The Reds sering mendulang pil pahit setiap akhir musim.

Statistik kemenangan kelima tim papan atas Premier League sepanjang September musim 2017-2018 (Bola.com/Adreanus Titus)

Infografis yang telah disajikan menjadi gambaran betapa sulitnya Liverpool menang selama periode September. Namun, tidak adil rasanya jika menolok performa The Reds hanya dengan kelima klub papan atas yang secara stabilitas lebih baik.

Agar informasi berimbang, Bola.com mencoba menilik kinerja klub semenjana Premier League, misalnya West Ham United. Sepanjang September dalam tujuh musim terakhir, The Hammers mencatatkan 12 kali menang dari total 30 pertandingan.

Bertolak dari statistik, West Ham United lantas mendulang 40 persentase kemenangan selama periode tersebut. Jumlah yang diraih klub London itu hanya terpaut satu persen saja dari yang diklaim Liverpool.

Sejumlah fakta-fakta yang dijabarkan membuat julukan "medioker" pantas disematkan kepada Liverpool. Namun, apa lacur yang membuat mereka sulit unjuk gigi setidaknya dalam periode September?

2 dari 2 halaman

Lini serang dan pertahanan

Lini serang dan pertahanan adalah kedua hal yang selalu menjadi sorotan setiap tim sepak bola. Namun, kedua subjek itu acap kali menjadi polemik klasik yang tak kunjung selesai dibenahi Liverpool.

Liverpool memperlihatkan kualitas pertahanan negatif sepanjang September. Buruknya koordinasi lini belakang membuat jala tim Jurgen Klopp kebobolan 13 kali dari total enam pertandingan.

Legenda Liverpool, John Arne Riise, pun angkat bicara. Eks pemain bertahan yang mengantarkan The Reds meraih Liga Champions pada 2005 itu tidak ragu menjadikan salah satu bek Liverpool sebagai kambing hitam.

"Apakah kami mempunyai atau memang ada bek tengah yang lebih baik ketimbang Lovren? Dia terlalu banyak membuat kesalahan. Lovren sempat berkata ingin membuktikan diri sebagai salah satu yang terbaik di Premier League. Namun, hal itu tidak terjadi," kata John Arne Riise.

Kalimat senada juga diungkapkan mantan bek Manchester United, Rio Ferdinand. "Dejan Lovren kurang bagus dalam pandangan saya. Dia terlalu banyak menunjukkan kesalahan selama periode yang cukup panjang."

Penilaian kedua tokoh dunia sepak bola itu dapat menjadi tolok ukur kualitas pertahanan Liverpool saat ini. Namun, rapuhnya lini belakang setidaknya bisa terobati jika para penyerang tampil maksimal.

Contoh teranyar kurang maksimalnya lini serang Liverpool adalah ketika bermain 1-1 melawan Spartak Moscow. Roberto Firmino dan kolega hanya mendulang satu gol dari total 17 kesempatan sepanjang pertandingan.

Fenomena itu lagi-lagi menuai kritik dari eks pemain Liverpool, Paul Ince. Dia mengibau mantan timnya harus lebih tajam dalam hal penyelesaian akhir.

"Semua orang menyoroti soal lini pertahanan Liverpool. Itu memang jadi topik tersendiri saat ini. Namun orang-orang lupa Liverpool menciptakan banyak peluang dari sebagian besar pertandingan yang telah mereka jalani. Namun, mereka tidak bisa menuntaskannya," kata Ince.

"Jika Liverpool mampu memaksimalkan setiap peluang musim ini, termasuk ketika diimbangi Spartak Moscow di Liga Champions, pertandingan mungkin bisa diakhiri dengan kemenangan tiga atau empat gol. Jika Liverpool lebih baik di depan gawang, tidak akan ada yang berceloteh mengenai lini belakang mereka," lanjut Ince.

Jurgen Klopp tak ayal harus segera menemukan formula yang tepat untuk membenahi segala persoalan di skuatnya. Jika tidak segera menemukan solusi, bukan tidak mungkin Liverpool akan menelan pil pahit karena kembali nir gelar musim ini.

Sumber: Berbagai sumber

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, La Liga, Liga Champions dan Liga Europa, dengan kualitas HD di sini

Video Populer

Foto Populer