4 Caretaker yang Berhasil di Tim-Tim Besar Liga Inggris, Enggak Termasuk Frank Lampard Lho

Ia datang menggantikan posisi Jose Mourinho pada Desember 2018, Ole Gunnar Solskjaer membawa aura positif ke Old Trafford. Di bawah kepemimpinan juru taktik asal Norwegia itu, Manchester United menjalani 12 pertandingan Liga Inggis tanpa terkalahkan.

Momen-momen itu terjadi sebelum malam yang sangat dramatis di Paris, Prancis, pada Maret 2019. Tertinggal 0-2 dalam duel leg 1 babak 16 besar Liga Champions, Setan Merah berhasil melaju ke babak berikutnya setelah mengalahkan Paris Saint-Germain 3-1 di leg 2.

Setelah itu, manajemen klub memberi Ole Gunnar Solskjaer kontrak tiga tahun. Sayang, ia tak sanggup meneruskan pondasi timnya, sehingga gagal total alias tak mendapatkan trofi apapun.

Pria asal Belanda ini dua kali menjadi pelatih sementara Chelsea, 2008/2009 dan 2015/2016. Walau begitu, Guus Hiddink memahat pencapaian yang cukup membanggakan.

Pada musim pertamanya, Hiddink memenangkan Piala FA. Hiddink juga membawa The Blues finis di posisi ketiga Liga Inggris 2008/2009. Musim itu pula, Chelsea terhenti di semifinal Liga Champions, usai disingkirkan Barcelona.

Lalu, pada 2015, Hiddink membuat Chelsea tidak terkalahkan dalam 12 pertandingan pertamanya sebagai nakhoda sementara. Di akhir musim, The Blues finis di papan tengah.

Awalnya, Di Matteo bertugas sebagai asisten Andre Villas-Boas. Namun dia naik pangkat menjadi pelatih kepala sementara setelah Chelsea mendepak AVB pada 2012.

Di Matteo berhasil mempersembahkan dua trofi, yakni Piala FA dan Liga Champions. Sesuatu hal yang sangat mustahil dilakukan seorang pelatih yang sama sekali minim pengalaman.

Di Matteo tak lama. Manajemen memecat Sang Italiano pasca-tiga bulan pertama musim berikutnya. Warisan Di Matteo sebagai pelatih sementara Chelsea akan selamanya menjadi inspirasi. Terlebih kepada Frank Lampard saat ini.

Ketika pelatih Aston Villa Ron Saunders bergabung dengan rival sekota, Birmingham City, pada Februari 1982, The Villans langsung terpuruk. Padahal, semusim sebelumnya, mereka menjadi yang terhebat di Divisi Utama.

Manajemen kemudian mendapuk Tony Barton sebagai pelatih sementara. Barton sama sekali tak punya pengalaman melatih sebelumnya.

Sang juara terkapar di urutan ke-15, saat Barton mengambil alih tim. Tapi dia berhasil menstabilkan klub saat akhirnya finis di urutan ke-11.

Kesuksesan sejati Barton tersaji di Eropa. Dia membawa Villa ke semifinal Piala Eropa. Klub menghadiahinya kontrak permanen sebagai hasilnya, dan mereka sepatutnya mencapai final dengan mengalahkan Anderlecht di semifinal.

Dalam beberapa bulan, Barton mendalangi kemenangan Piala Eropa di final atas Bayern Munchen, mengalahkan raksasa Jerman 1-0 melalui gol Peter Withe. Tidak buruk untuk kali pertama sebagai manajer.

Sumber : Fourfourtwo