Sukses


Kilas Balik: Inilah Kunci Kesuksesan Sepak Bola Thailand

Bola.com, Jakarta - Pada hari ini, 6 Desember, setahun yang lalu, Thailand ditahan 0-0 Filipina di leg pertama semifinal Piala AFF 2014. Hasil itu dianggap buruk karena publik sepak bola Thailand berharap skuat asuhan Kiatisuk Senamuang itu bisa membawa pulang kemenangan.

Empat hari setelah itu, asa lolos ke ke final membuat timnas Thailand bermain bak kesetanan dan mengandaskan Filipina dengan tiga gol tanpa balas ketika bermain di depan publik sendiri di semifinal leg kedua. 

Akhir cerita ini sudah bisa ditebak. Thailand akhirnya menuntaskan dahaga 12 tahun atas gelar Piala AFF. Gelar juara turnamen paling prestisius di regional ASEAN ini terakhir diraih timnas Thailand pada 2002.

Perjuangan Thailand memenangi gelar Piala AFF 2014 pantas diacungi jempol. Mengantongi keunggulan 2-0 di final leg pertama, Charyl Chappuis dkk. dikejutkan dengan tiga gol yang dicetak tuan rumah, Malaysia, saat bertandang di leg kedua. Namun, Thailand menolak menyerah.

Di saat pertandingan yang digelar di Stadion Bukit Jalil itu tinggal menyisakan delapan menit dalam waktu normal, Charyl Chappuis dan Chanatip Songkrasin masing-masing mencetak satu gol di menit ke-82 dan 87.

Dalam tempo lima menit dan kurang dari tiga menit jelang bubaran, Thailand berbalik unggul atas Malaysia dalam hal agresivitas gol! Thailand kalah di final leg kedua dengan skor 2-3, tapi mereka sukses jadi kampiun dengan agregat 4-3 dari tim Harimau Malaya.

Setahun berselang, momen istimewa itu masih lekat dalam ingatan. Seperti dikutip di Bangkok Post, Sabtu (5/12/2015), ada satu orang yang merupakan sumber inspirasi timnas Gajah Putih memenangi gelar Piala AFF 2014.

Adalah Udom Kachintorn, Dekan Bagian Ilmu Kedokteran di Rumah Sakit Siriraj, yang menguak kisah di balik kesuksesan itu. Udom menuturkan Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej, merupakan sosok kunci prestasi timnas Thailand tahun lalu.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Udom mengungkapkan, meski dalam sakitnya dan sedang dirawat di rumah sakit, Raja Bhumibol Adulyadej yang ketika itu berusia 87 tahun selalu meluangkan waktu menyaksikan aksi timnas Thailand di laga final kontra Malaysia.

"Saat leg pertama beliau menyaksikan mulai babak kedua. Kemudian beliau tidur sore hari dan bangun jam 19.00 untuk menonton leg kedua," kenang Udom.

"Saat Thailand ketinggalan 0-2 (dari Malaysia), beliau minta sekretaris pribadinya menelpon manajer timnas, Kasem Jariyawatwong, dan menyampaikan bila beliau menonton pertandingan serta memberikan dukungan moral," cerita Udom.

Menurut Udom, setelah Thailand memastikan jadi juara, Raja Bhumibol Adulyadej yang sangat dihormati warga Negeri Gajah Putih itu tersenyum dan menyebut "brilian".

Raja Bhumibol Adulyadej ternyata tidak hanya jadi sumber inspirasi di cabang olah raga sepak bola melainkan bagi banyak atlet di cabor lain. Raja yang begitu disegani rakyatnya itu pernah berstatus sebagai atlet semasa mudanya. Gairah dan antusiasmenya terhadap olahraga membuatnya diganjar sejumlah penghargaan.

"Olahraga hal penting dalam pembangunan negara dan masyarakat," ujar sang raja, yang pada Sabtu (5/12/2015) merayakan HUT ke-88 itu.

Bila Thailand sukses memenangi Piala AFF 2014, Indonesia justru tertatih-tatih. Jangankan lolos ke semifinal, Tim Merah Putih bahkan gagal lolos dari fase penyisihan grup.

Indonesia, yang ketika itu dilatih Alfred Riedl berada di urutan ketiga klasemen Grup A di bawah Vietnam dan Filipina yang lolos ke babak gugur. Zulkifli Syukur dkk. hanya mampu mengemas poin empat hasil dari sekali menang dan sekali imbang.

Bila melihat kondisi terkini, perlu upaya keras untuk mengejar kemajuan yang sudah digapai Thailand setidaknya dalam kurun waktu setahun belakangan. Jangankan bicara soal memenangi Piala AFF 2016, Timnas Garuda dipastikan absen bila sanksi FIFA tak dicabut dalam waktu dekat.

Video Populer

Foto Populer